Magelang, ANTARA JATENG - Penerapan inovasi dan teknologi untuk konsep penataan dan pengelolaan lingkungan Kota Magelang yang dilakukan pemerintah kota setempat mendapat pujian dari tim penilaian Adipura saat pemaparan oleh Wali Kota Sigit Widyonindito.

"Penerapan inovasi dan teknologi sangat dibutuhkan untuk mendukung penataan lingkungan, terutama pengelolaan sampah. Inovasi ini harus dikembangkan agar jumlah sampah terus berkurang," kata salah satu anggota tim itu, Connie Rahakundini ketika merespons paparan Wali Kota Sigit Widyonindito di Jakarta, Selasa, seperti dirilis oleh Humas Pemkot Magelang.

Dengan kondisi geografis Kota Magelang yang relatif sempit, yakni 18,12 kilometer persegi, katanya, daerah dengan jargon "Kota Sejuta Bunga" itu mampu menghadirkan hasil inovasi yang menawan perhatian terkait dengan penataan kota dan lingkungan daerah.

Ia menjelaskan pengelolaan sampah tidak cukup hanya terkait dengan pengurangan volume sampah secara fisik, akan tetapi juga komitmen pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia agar membudayakan hidup bersih.

Anggota tim lainnya, Rumawan Salain, mendorong Pemkot Magelang terus mengarahkan warga agar makin menyadari pentingnya pengelolaan sampah secara baik.

Pengelolaan sampah, ujarnya, tidak cukup mengandalkan peran pemerintah akan tetapi warga juga harus lebih aktif dan inovatif dalam menata lingkungan.

"Kota Magelang punya visi sebagai kota cerdas, jangan hanya wujud fisik kotanya yang bagus, tetapi ada konsep warga yang cerdas di dalamnya yang mencakup seluruhnya program pemerintah dalam mengajak masyarakat untuk sadar dan cerdas," ujarnya.

Wali Kota Sigit mengatakan program penataan lingkungan kota kecil itu, menjadi perhatian serius sejak lama.

Penataan kota, ucapnya, sebagai konsekuensi Kota Magelang karena tidak ada sumber daya alam yang dapat diandalkan.

Ia menjelaskan pergerakan kemajuan kota dan masyarakatnya, mayoritas menawarkan jasa sebagai penopang utama perekonomian. Hal itu memunculkan sisi inovatif dan kreatif warga terkait dengan masalah pengelolaan sampah dan penataan lingkungan.

"Masyarakat punya rasa memiliki kotanya. Kelihatan kotor sedikit saja sudah langsung dibersihkan, tidak ada yang nyuruh," katanya.

Ia menilai masyarakat Kota Magelang menyadari dengan baik bahwa sampah bukan musuh, karena sekarang ternyata bisa diubah menjadi bernilai ekonomi.

"Itu yang diterapkan di kota kecil kami. Saya katakan seperti itu di hadapan tim penilai," katanya.

Saat ini, di Kota Magelang terdapat 96 titik bank sampah yang tersebar di 17 kelurahan dengan total sekitar 3.000 nasabah bank sampah aktif.

Melalui program Tempat Pengolahan Sampah Terpadu, Kota Magelang berhasil mengurangi volume sampah yang harus diangkut ke TPA. Pemkot terus menambah jumlah TPST dengan target hingga akhir 2017 memiliki 4 unit di lokasi yang berbeda.

"Sekarang sarana dan prasarana sudah beres, lengkap dengan alat-alat pengangkut, pengelola sampah. Tugas kita sekarang menjaga konsistensi kesadaran masyarakat supaya tetap menjaga kebersihan sehingga akan terus terjadi keseimbangan antara perilaku masyarakat dan komitmen pemerintah," katanya.

Ia mengatakan banyaknya inovasi terkait penataan lingkungan juga karena andil besar masyarakat. Dukungan tersebut kemudian berubah menjadi spirit kebersamaan untuk senantiasa menjaga lingkungan dengan baik.

"Inovasi dan terobosan yang kami lakukan itu karena peran serta masyarakat. Kita tidak bisa sendirian. Tentunya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat jadi modal utama menata lingkungan," ujarnya.

Lomba kreativitas dan inovasi masyarakat (Krenova), serta riset unggulan daerah yang diselanggarakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Magelang juga menghasilkan banyak teknologi terapan yang ramah lingkungan. (hms).


Pewarta : Anggit Pamungkas
Editor :
Copyright © ANTARA 2024