Magelang, ANTARA JATENG - Masyarakat pendidikan tinggi perlu merumuskan respons yang tepat dan terukur untuk mengantisipasi radikalisme dan terorisme, kata Ketua Badan Kerja Sama PTN-Kopertis Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum.

Fathur di Magelang, Jumat, mengatakan Menristekdikti telah menyampaikan tugas tambahan kepada perguruan tinggi negeri agar menjadi benteng pelindung dari serangan radikalisme dan terorisme.

"Hal itu diperlukan karena paham radikal telah menjadikan anak-anak muda atau mahasiswa sebagai sasarannya," katanya pada pembukaan rapat kerja Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri (PTN)-Kopertis Jateng dan DIY di Magelang.

Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini menuturkan tugas tambahan tersebut rasanya bukanlah tugas yang mengada-ada, karena perguruan tinggi memang telah lama diharapkan publik menjadi pencetus gagasan dan nilai luhur. Dengan gagasan dan nilai luhur itulah, perguruan tinggi menunaikan peran kebangsaannya.

"Semoga, pertemuan BKS Perguruan Tinggi Negeri Kopertis Jawa Tengah dan DIY kali ini membawa dampak positif yang nyata bagi kita semua," katanya.

Rektor Universitas Tidar (Untidar) Magelang, Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd. usai pembukaan rapat kerja Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri PTN-Kopertis Jateng dan DIY, mengatakan untuk mengantisipasi radikalisme dan terorisme di kampus pihaknya selalu memantau mahasiswanya.

Ia menuturkan di Untidar tidak ada organisasi ekstrakampus, yang ada hanya organisasi intrakampus.

"Jadi, hanya organisasi intrakampuslah yang hidup di kampus. Itulah salah satu cara kami mengantisipasi radikalisme dan terorisme," katanya.

Selain itu, katanya dalam kuliah, terutama berkaitan dengan pendidikan Pancasila, pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan agama juga bermuatan tentang bahaya radikalisme.

"Berdasarkan pantauan kami, selama ini tidak ada gejolak di Untidar terkait dengan radikalisme. Di Kampus Untidar suasananya kondusif," katanya. 

Pewarta : Heru Suyitno
Editor :
Copyright © ANTARA 2024