Den Haag, Belanda, ANTARA JATENG - Pemerintah dan perusahaan-perusahaan
Eropa pada Senin (15/5) pagi tampaknya berhasil menghindari dampak
lanjutan serangan siber global baru menurut badan kepolisian Europol.
"Jumlah korban tampaknya tidak bertambah dan sejauh ini situasinya tampak stabil di Eropa, yang berarti sebuah kesuksesan," kata juru bicara senior Europol, Jan Op Gen Oorth, kepada AFP.
"Sepertinya banyak orang-orang keamanan internet terus bekerja pada akhir pekan dan melakukan pembaruan perangkat lunak keamanan."
Europol mengatakan lebih dari 200.000 komputer di seluruh dunia terdampak "serangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya" akhir pekan lalu.
Serangan membabi buta itu dimulai Jumat dan menyerang bank, rumah sakit dan badan pemerintah, mengeksploitasi kelemahan yang diketahui dalam sistem operasi komputer Microsot yang lebih lama.
Direktur eksekutif Europol Rob Wainwright pada Minggu memperingatkan situasinya bisa memburuk ketika para karyawan kembali bekerja pada Senin setelah akhir pekan dan log on.
"Kami belum pernah melihat yang seperti ini," kata kepala badan kepolisian Uni Eropa itu kepada televisi ITV Inggris pada Minggu.
Op Gen Oorth mengatakan pada Senin "masih terlalu dini untuk mengatakan siapa yang ada di baliks serangan ini, tapi kami sedang mengupayakan alat dekripsi".
Disebut "WannaCry", malware yang menyebar cepat itu merupakan yang pertama yang diketahui menggabungkan worm dan ransomware. Worm mampu menggali seluruh jaringan hanya dari satu komputer yang terinfeksi dan ransomware menuntut tebusan 300 dolar AS (275 euro) mata uang virtual Bitcoin untuk membuka sistem yang terserang.
(Baca juga: Ransomware WannaCry berhubungan dengan Korea Utara?)
"Jumlah korban tampaknya tidak bertambah dan sejauh ini situasinya tampak stabil di Eropa, yang berarti sebuah kesuksesan," kata juru bicara senior Europol, Jan Op Gen Oorth, kepada AFP.
"Sepertinya banyak orang-orang keamanan internet terus bekerja pada akhir pekan dan melakukan pembaruan perangkat lunak keamanan."
Europol mengatakan lebih dari 200.000 komputer di seluruh dunia terdampak "serangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya" akhir pekan lalu.
Serangan membabi buta itu dimulai Jumat dan menyerang bank, rumah sakit dan badan pemerintah, mengeksploitasi kelemahan yang diketahui dalam sistem operasi komputer Microsot yang lebih lama.
Direktur eksekutif Europol Rob Wainwright pada Minggu memperingatkan situasinya bisa memburuk ketika para karyawan kembali bekerja pada Senin setelah akhir pekan dan log on.
"Kami belum pernah melihat yang seperti ini," kata kepala badan kepolisian Uni Eropa itu kepada televisi ITV Inggris pada Minggu.
Op Gen Oorth mengatakan pada Senin "masih terlalu dini untuk mengatakan siapa yang ada di baliks serangan ini, tapi kami sedang mengupayakan alat dekripsi".
Disebut "WannaCry", malware yang menyebar cepat itu merupakan yang pertama yang diketahui menggabungkan worm dan ransomware. Worm mampu menggali seluruh jaringan hanya dari satu komputer yang terinfeksi dan ransomware menuntut tebusan 300 dolar AS (275 euro) mata uang virtual Bitcoin untuk membuka sistem yang terserang.
(Baca juga: Ransomware WannaCry berhubungan dengan Korea Utara?)