Banyumas, ANTARA JATENG - Penyerapan gabah yang dilakukan oleh Perum Bulog hingga saat ini baru mencapai kisaran 910.000 ton atau sekitar 25 persen, kata Direktur Pengadaan Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh.

"Kami dari sisi korporasi mempunyai target 3,7 juta ton tapi Pak Mentan (Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, red.) mengharapkan kami bisa mencapai 5,2 juta ton sampai akhir Desember," katanya saat menerima kunjungan Komisi IV DPR RI di gudang Bulog Subdivisi Regional Banyumas, Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa sore.

Selain itu, kata dia, hingga sekarang sudah tidak ada lagi harga gabah di bawah harga pembelian pemerintah (HPP).

Saat ini, harga gabah di tingkat petani rata-rata sudah mencapai di atas Rp4.600-Rp4.700 per kilogram.

"Jadi, kalau ada informasi harga gabah di sawah masih di bawah HPP, kami akan cari informasi itu di mana dan kami akan borong kalau memang itu ada," katanya.

Di bagian lain, dia mengatakan Bulog ditarget menyerap gabah sebanyak 30 ribu ton per hari.

Akan tetapi, katanya, berdasarkan diskusi dengan para mitra kerja Bulog, panen di wilayah eks-Keresidenan Banyumas yang meliputi Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara sudah hampir berakhir.

Bahkan, kata dia, masa tanam di beberapa daerah sudah dimulai dan akan panen kembali sekitar Juli mendatang.

"Yang menarik dalam lima tahun terakhir, penyerapan yang dilakukan Bulog pada bulan April merupakan yang tertinggi karena bisa mencapai 800 ribu hingga 900 ribu ton. Tetapi pada bulan April tahun ini hanya menyerap kurang lebih 400 ribu ton," katanya.

Ia mengaku belum tahu kapan puncak panennya sehingga pihaknya mendiskusikan hal itu dengan Penyuluh Pertanian Lapangan.

Tri Wahyudi mengatakan stok beras Bulog secara nasional mencapai 2 juta ton yang diperkirakan mencukupi kebutuhan hingga delapan bulan ke depan.

Sementara stok beras di Jawa Tengah sekitar 270 ribu ton dan Banyumas sekitar 30 ribu ton yang diperkirakan mencukupi kebutuhan sekitar tujuh bulan ke depan.

Khusus stok beras di gudang Sokaraja sekitar 4.000 ton.

"Stok beras di gudang ini sudah tersimpan sekitar tujuh hingga delapan bulan sejak kami membeli pada bulan Oktober, November, sampai saat ini," katanya.

Ia mengatakan hal itu akan menjadi persoalan karena saat rapat di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, penyaluran beras keluarga sejahtera (rastra) akan dipangkas dari 14 juta rumah tangga sasaran (RTS) menjadi 5,5 juta RTS dan selanjutnya tinggal 3 juta RTS.

Dengan demikian, katanya, jika biasanya Bulog menyiapkan 2,7 juta ton untuk rastra, ke depan hanya menyiapkan 750 ribu ton dalam satu tahun.

"Artinya, kami harus mencari `outlet` (penyaluran, red.) baru. Di sisi lain kami harus menyerap sebanyak-banyaknya untuk stok nasional, tetapi `outlet-nya` seperti ini," katanya.

Ia mengatakan dengan menyiapkan stok begitu besar, biaya perawatannya juga cukup besar sehingga menjadi persoalan bagi Bulog.

Pewarta : Sumarwoto
Editor :
Copyright © ANTARA 2024