Mi hingga kini masih tetap jadi makanan favorit banyak orang. Baik goreng maupun kuah sama sedapnya di tangan koki berbakat. Begitu pula mi yang dijajakan oleh warung mi berlabel Bakmi Gebyok di Jalan Magelang Km 14 Murangan, Sleman, D.I. Yogyakarta ini.
Tidak mudah memang menemukan Bakmi Gebyok meski lokasinya di pinggir jalan. Setelah melajukan kendaraan dengan sangat pelan sambil terus memelototi setiap warung bakmi, akhirnya ketemu juga Bakmi Gebyok.
Mendapati lokasi warung Bakmi Gebyok pada petang hari ketika perut mulai lapar memang seperti menemukan sebongkah emas di tanah bebatuan. Dan yang lebih menyenangkan lagi, saat itu kamilah yang pertama dilayani oleh Sang Koki. Bakmi Gebyok memang buka mulai petang.
"Telur bebek atau ayam?" tanya Koki.
Tertantang ingin sensasi rasa baru, kami memilih telur bebek. Tidak sampai 15 menit, mi kuah telur bebek sudah tersaji. Dari racikan bumbu, menguar aroma harum bawang putih, merah, dan rempah lainnya. Bikin tambah lapar saja.
Sendokan pertama menyasar kuah. Memang gurih, masih terasa gerusan udang yang biasa digunakan koki bakmi untuk membuat bumbu siap pakai. Seperti halnya bakmi jawa lainnya di Yogyakarta, Mi Gebyok juga meniadakan kecap untuk memperkuat rasa. Jadi, kuah dominan warna putih telur.
Warna tidaklah penting karena rasa Mi Gebyok memang istimewa. Kalau pun masih ada yang kurang komplet, warung mi ini tidak menyediakan satai ayam "ungkep" yang lazim disediakan warung bakmi jawa.
Memang sudah ada suwiran ayam kampung dalam mi, namun porsinya tidak akan cukup untuk memuaskan penggemar daging ayam kampung.
Oke, kekurangan kecil ini tetap tidak mengurangi rasa ingin kembali menikmati Mi Gebyok di kemudian hari. Apalagi harganya pun ramah dompet.
Tidak mudah memang menemukan Bakmi Gebyok meski lokasinya di pinggir jalan. Setelah melajukan kendaraan dengan sangat pelan sambil terus memelototi setiap warung bakmi, akhirnya ketemu juga Bakmi Gebyok.
Mendapati lokasi warung Bakmi Gebyok pada petang hari ketika perut mulai lapar memang seperti menemukan sebongkah emas di tanah bebatuan. Dan yang lebih menyenangkan lagi, saat itu kamilah yang pertama dilayani oleh Sang Koki. Bakmi Gebyok memang buka mulai petang.
"Telur bebek atau ayam?" tanya Koki.
Tertantang ingin sensasi rasa baru, kami memilih telur bebek. Tidak sampai 15 menit, mi kuah telur bebek sudah tersaji. Dari racikan bumbu, menguar aroma harum bawang putih, merah, dan rempah lainnya. Bikin tambah lapar saja.
Sendokan pertama menyasar kuah. Memang gurih, masih terasa gerusan udang yang biasa digunakan koki bakmi untuk membuat bumbu siap pakai. Seperti halnya bakmi jawa lainnya di Yogyakarta, Mi Gebyok juga meniadakan kecap untuk memperkuat rasa. Jadi, kuah dominan warna putih telur.
Warna tidaklah penting karena rasa Mi Gebyok memang istimewa. Kalau pun masih ada yang kurang komplet, warung mi ini tidak menyediakan satai ayam "ungkep" yang lazim disediakan warung bakmi jawa.
Memang sudah ada suwiran ayam kampung dalam mi, namun porsinya tidak akan cukup untuk memuaskan penggemar daging ayam kampung.
Oke, kekurangan kecil ini tetap tidak mengurangi rasa ingin kembali menikmati Mi Gebyok di kemudian hari. Apalagi harganya pun ramah dompet.