Sore itu, sisa hujan masih membasahi ruas-ruas jalan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Seorang perempuan muda bergegas memacu sepeda motornya, menembus bising lalu lintas di kala petang.

Berbekal sarung tangan khusus dan pelindung kepala, dia menuju sebuah bangunan di dekat alun-alun kota, tempat ia biasa berlatih tinju.

Sesampainya di sana, ia melakukan rutinitas yang telah dijalani selama sekitar sembilan tahun terakhir, mulai dari doa pembuka, pemanasan, "joging", memukul samksak, "sparing", pengarahan, pendinginan, pelemasan, hingga doa penutup.

Namanya Ari Marsyana, lahir di Banyumas, pada 12 April 1994. Di usianya yang ke-23 tahun, sederet prestasi tinju telah ia raih, salah satunya medali emas pada Pekan Olah Raga Provinsi Jawa Tengah 2013 di Banyumas dan medali emas pada Kejurnas Open se-Jawa Bali.

Selain itu, medali perak pada Kejurnas Tinju Senior di Makassar Sulawesi Selatan dan sederet prestasi lainnya di cabang tinju.

"Tinju itu menyenangkan, jika dijalankan dengan ikhlas tinju akan sangat menyenangkan," kata Ari Marsyana.

Ia mengakui kadang rasa takut timbul sesaat sebelum dirinya naik ke atas ring untuk bertanding.

"Kadang ada rasa takut dan resah, namun setelah di atas ring, mendengar sorak penonton, semua rasa takut berangsur hilang," katanya.

Pertama kali ia terjun ke dunia tinju saat duduk di bangku kelas II Sekolah Menengah Pertama.

"Saya datang ke tempat berlatih tinju di antar naik becak sama bapak saya," katanya.

Sang bapak juga memiliki minat di bidang tinju, namun demi menghidupi keluarganya ia menghabiskan sisa waktunya untuk menarik becak.

Oleh karena itu, sang bapak mendorong anaknya itu untuk berlatih tinju, meneruskan cita-citanya.

"Kebetulan saya sendiri juga memiliki minat di bidang tinju," katanya.

Selama setengah tahun pertama, sang bapak dengan penuh pengharapan dan rasa bangga, selalu mengantar puterinya berlatih tinju dengan mengayuh becak yang hampir tua.

"Bapak selalu mengawal saya," kenang Ari.

Kemudian, Ari berhasil mengumpulkan rupiah demi rupiah, dari hasil pertandingan tinju, untuk membeli sepeda agar sang bapak tidak perlu bersusah payah lagi mengantarnya latihan, dan bisa fokus mencari nafkah. Saat ini, bahkan ia bisa membeli sepeda motor untuk ke tempat latihan.

Pada 27 Mei 2014, sang bapak yang sebelumnya menjadi pusat semangat Ari berlatih tinju, meninggal dunia karena sakit.

Ketika itu, ia baru saja pulang dari bertanding di kejurnas di Lahat.

Ia pun bertekad mengikuti pesan bapaknya untuk terus meraih cita-cita, khususnya melalui olahraga tinju. Ia pun selalu bersemangat mengikuti jadwal latihan.

"Alhamdulillah, selama ikut tinju saya belum pernah cedera atau terluka, dan pada saat latihan saya selalu semangat menjalani mulai dari teknik, fisik, hingga mental," katanya.

Disadarinya bahwa seorang petinju harus terus mengasah teknik, fisik, dan mentalnya, pada saat latihan rutin.

Sekarang ini, ia terus berlatih untuk menghadapi Kejuaraan Provinsi pada 2017 dan Pekan Olah Raga Provinsi 2018.

Sebagai ibu yang memiliki satu anak, Ari mengaku kadang timbul rasa jenuh dan lelah, namun serpihan semangat terus ia kumpulkan demi masa depan dirinya dan keluarganya.

"Ya harus berusaha terus semangat untuk masa depan anak juga," ujarnya.

Harapannya juga tertuju kepada pemerintah daerah agar memperhatikan para atlet yang telah mengharumkan nama daerah.

Apalagi, atlet seperti dirinya tidak mungkin selamanya akan berkarir di tinju.

"Memang tidak akan mungkin selamanya berkarir di bidang tinju, apalagi sudah berkeluarga seperti sekarang ini," katanya.

Selagi masih memungkinan, dirinya akan tetap berupaya memenangkan pertandingan dan mengharumkan nama Kabupaten Banyumas.

Hingga saat ini, Ari terus berupaya melakukan yang terbaik, di bawah bimbingan Ketua Persatuan Tinju Amatir (Pertina) Banyumas Hananto Prasetyo.

Tentu saja, semangat perempuan petinju, Ari Marsyana itu, tidak lepas dari inspirasi pahlawan emansipasi perempuan Indonesia, Raden Ajeng Kartini, yang diperingati setiap 21 April.

Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor :
Copyright © ANTARA 2024