Semarang, ANTARA JATENG - Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) menyatakan Jawa Tengah membutuhkan banyak tenaga barista seiring dengan menjamurnya kafe maupun restoran yang menjadikan kopi sebagai menu unggulan.
"Profesi barista (pembuat minuman berbahan baku kopi) sekarang ini sangat dibutuhkan. Akan tetapi, baru sedikit yang benar-benar memiliki kemampuan baik dalam menyajikan kopi," kata Ketua AEKI Jawa Tengah Mulyono Susilo di Semarang, Kamis.
Sebagai gambaran, dalam setiap bulan pertumbuhan kafe, restoran, maupun hotel baru mencapai empat sampai lima tempat. Padahal, untuk satu kafe maupun restoran yang buka dari pagi hingga malam paling tidak membutuhkan tiga barista.
"Apalagi, restoran yang setiap saat beroperasi. Jadi, perhitungannya dalam 1 bulan, khusus di Kota Semarang, paling tidak membutuhkan 15 tenaga barista," katanya.
Meski demikian, tenaga barista tersebut harus benar-benar memiliki kemampuan yang baik. Jika tidak, dikatakannya, akan memengaruhi kualitas dari kopi itu sendiri.
"Bisa saja kopi yang sebetulnya enak dan memiliki kualitas unggul. Akan tetapi, karena cara eksekusi salah, rasanya menjadi tidak enak. Konsumen akan menyalahkan rasa kopi yang tidak enak, padahal yang terjadi adalah barista tidak bisa mengolahnya menjadi minuman yang enak," katanya.
Oleh karena itu, dia berharap tenaga muda mengambil peluang tersebut agar kebutuhan tenaga barista dapat terpenuhi.
Sementara itu, pelatih barista Triadi Setiawan mengatakan bahwa sejauh ini peminat profesi barista relatif cukup banyak. Meski demikian, masih banyak yang sifatnya hanya coba-coba.
"Padahal, untuk bisa menjadi barista profesional syaratnya adalah melalui belajar teori hingga praktik. Barista sendiri di sekolah pariwisata dan perhotelan belum menjadi kurikulum khusus, hanya bersifat sisipan," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau bagi yang ingin menjadi barista harus didahului dengan kursus di sekolah-sekolah informal.
"Yang utama adalah jam terbang. Makin banyak jam terbang, makin baik kemampuan barista," katanya.
"Profesi barista (pembuat minuman berbahan baku kopi) sekarang ini sangat dibutuhkan. Akan tetapi, baru sedikit yang benar-benar memiliki kemampuan baik dalam menyajikan kopi," kata Ketua AEKI Jawa Tengah Mulyono Susilo di Semarang, Kamis.
Sebagai gambaran, dalam setiap bulan pertumbuhan kafe, restoran, maupun hotel baru mencapai empat sampai lima tempat. Padahal, untuk satu kafe maupun restoran yang buka dari pagi hingga malam paling tidak membutuhkan tiga barista.
"Apalagi, restoran yang setiap saat beroperasi. Jadi, perhitungannya dalam 1 bulan, khusus di Kota Semarang, paling tidak membutuhkan 15 tenaga barista," katanya.
Meski demikian, tenaga barista tersebut harus benar-benar memiliki kemampuan yang baik. Jika tidak, dikatakannya, akan memengaruhi kualitas dari kopi itu sendiri.
"Bisa saja kopi yang sebetulnya enak dan memiliki kualitas unggul. Akan tetapi, karena cara eksekusi salah, rasanya menjadi tidak enak. Konsumen akan menyalahkan rasa kopi yang tidak enak, padahal yang terjadi adalah barista tidak bisa mengolahnya menjadi minuman yang enak," katanya.
Oleh karena itu, dia berharap tenaga muda mengambil peluang tersebut agar kebutuhan tenaga barista dapat terpenuhi.
Sementara itu, pelatih barista Triadi Setiawan mengatakan bahwa sejauh ini peminat profesi barista relatif cukup banyak. Meski demikian, masih banyak yang sifatnya hanya coba-coba.
"Padahal, untuk bisa menjadi barista profesional syaratnya adalah melalui belajar teori hingga praktik. Barista sendiri di sekolah pariwisata dan perhotelan belum menjadi kurikulum khusus, hanya bersifat sisipan," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau bagi yang ingin menjadi barista harus didahului dengan kursus di sekolah-sekolah informal.
"Yang utama adalah jam terbang. Makin banyak jam terbang, makin baik kemampuan barista," katanya.