Jakarta, ANTARA JATENG - Pakar bahasa tubuh Monica Kumalasari menganalisa setiap kandidat calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta berdasarkan bahasa tubuh yang terlihat selama Debat Calon Kepala Daerah DKI Jakarta di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (13/1) malam.
Monica adalah pakar bahasa tubuh berbasis sains yang mendapat lisensi dari Paul Ekman, lisensi tersebut baru dimiliki tiga orang di Indonesia.
Dia menjabarkan lima kategori bahasa tubuh menjadi lima kategori, yaitu raut wajah, gestur, suara, gaya verbal dan konten verbal.
RAUT WAJAH
Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni
Monica menilai Agus terlihat jelas sering memaksakan diri tersenyum, padahal dalam situasi netral Agus biasanya memasang ekspresi datar.
"Base line wajah Agus bukan smiley face. Karena dia mantan tentara, biasanya wajahnya flat,†kata Monica pada ANTARA News, Sabtu.
Bisa jadi itu merupakan salah satu cara putra sulung Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono itu untuk menenangkan diri dari rasa gugup yang melandanya semalam.
"Kelihatan kayak banyak menelan ludah, kelihatan dari jakunnya. Mungkin juga karena ruangan dingin, jadi terasa kering (tenggorokan)," katanya.
Sementara Sylvi memiliki berbagai ekspresi wajah yang terlihat saat dia berbicara di atas panggung.
Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Purnama
Monica menjelaskan ada dua hal yang diperhatikan dari bahasa tubuh: konsisten dan spontan. Dua hal itu terpancar jelas dari sosok Basuki alias Ahok. Apa yang dikemukakan Basuki selama debat dinilainya spontan dan konsisten sejak awal hingga akhir.
"Karena dia sudah menjalankan itu (gubernur) dan apa yang dia kemukakan adalah kenyataan," katanya.
Hanya saja, Basuki sempat tertawa ketika muncul pertanyaan jelang akhir debat mengenai apakah para kandidat akan tergiur mengikuti ajang pemilihan presiden 2019.
"Harusnya itu momen serius," ujar Monica.
Serupa dengan Basuki, mimik wajah Djarot terlihat spontan dan konsisten. Dia terlihat lebih tenang karena apa yang diutarakan selama debat adalah apa yang sudah ia kerjakan.
Anies Baswedan - Sandiaga Uno
Monica berpendapat Anies adalah seorang orator yang baik dengan kemampuan retorika mumpuni.
"Bertuturnya pintar, bahasa tubuhnya tergambar dengan baik," puji Monica.
Sandiaga Uno memang berada di atas panggung bersama kandidat lain, namun Sandiaga terlihat seperti orang yang sedang menikmati tontonan.
Salah satu contohnya adalah momen ketika dia tertangkap kamera sedang menggeleng-gelengkan kepala sambil menatap ke arah penonton, seakan memberi isyarat "harap tenang".
"Padahal itu bukan menjadi tanggung jawab dia," kata Monica.
Saat Anies berbicara, Sandi mirip seperti penonton yang terlihat "terhanyut" dalam retorika Anies.
BAHASA TUBUH
Monica menilai bahasa tubuh dari gerakan tangan para kandidat selama debat berlangsung.
Agus - Sylvi
Pada awal debat, Agus terlihat masih kaku. Namun tangannya jadi lebih dinamis seiring berjalan waktu. Tangan Agus sudah mulai "berekspresi".
Monica mencatat ada saat ketika Sylvi memasukkan tangan kanan ke dalam saku.
"Bisa jadi karena kedinginan, tapi saat menghadapi sesuatu yang penting lebih baik hindari (tangan masuk saku)," katanya.
Basuki - Djarot
Gerakan tangan pasangan Basuki dan Djarot dianggap normal dan spontan karena apa yang mereka ungkapkan dalam debat adalah pekerjaan keduanya selama ini.
Anies - Sandi
"Anies bagus banget," kata Monica. Anies banyak menggunakan gerakan ke atas dan bawah, seperti saat berbicara soal antinarkoba. Gerakan tangan Anies digunakan untuk memberi penekanan pada apa yang dibicarakannya atau bahwa tema itu penting baginya.
"Mungkin karena dia sudah terbiasa jadi dosen atau berbicara di depan umum," katanya.
Sandi membuat bahasa tubuh dengan istilah "emblem", yakni gerakan menempelkan jempol dengan telunjuk membentuk "O" dengan tiga jari tetap terangkat saat menyebut program kerja One Kecamatan One Center for Enterpreneurship (OK OCE).
SUARA
Agus - Sylvi
Nafas Agus agak memburu, terdengar seperti terburu-buru sehingga menimbulkan kesan defensif. Sementara Sylvi memiliki suara mengalun seperti orang bertutur.
Ahok - Djarot
Suaranya terdengar seperti penampilan mereka di muka publik seperti biasanya.
Anies - Sandi
Suara Anies terdengar seperti orang bertutur dan bercerita. Dia bisa mengatur kapan tinggi, rendah dan mana yang jadi penekanan.
Sedangkan Sandiaga Uno dianggap lebih bisa menjaga tone suaranya sehingga terdengar lebih tenang ketimbang Agus.
GAYA VERBAL
Monica mencatat Sylvi dan Sandi kerap menggunakan kata "saya" ketimbang "kami" untuk hal yang sebenarnya tidak dikerjakan sendirian.
Misalnya perkataan Sandiaga Uno "Saya membina UKM". Bisa dipastikan bukan hanya ia seorang diri yang jadi pembina, tapi ada tim yang ikut mengerjakan.
Gaya verbal seperti itu dianggap bisa menyiratkan keinginan menonjolkan diri sendiri, namun Monica mengatakan alasan di balik gaya verbal para kandidat tentu harus digali lebih dalam.
KONTEN VERBAL
Monica menganalisa logika dari perkataan yang dilontarkan para kandidat hanya dari segi bahasa, terlepas dari isu politik.
"Ini hanya untuk edukasi masyarakat ketika melihat informasi dari sisi konten verbalnya, informasi itu logis atau tidak?"
Dilihat dari sisi logika, spontan dan detil, pasangan Basuki - Djarot dianggap lebih unggul dari yang lain karena bisa menjabarkan data dari realita.
"Yang lain ngomongnya masih di awang-awang," katanya.
Monica adalah pakar bahasa tubuh berbasis sains yang mendapat lisensi dari Paul Ekman, lisensi tersebut baru dimiliki tiga orang di Indonesia.
Dia menjabarkan lima kategori bahasa tubuh menjadi lima kategori, yaitu raut wajah, gestur, suara, gaya verbal dan konten verbal.
RAUT WAJAH
Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni
Monica menilai Agus terlihat jelas sering memaksakan diri tersenyum, padahal dalam situasi netral Agus biasanya memasang ekspresi datar.
"Base line wajah Agus bukan smiley face. Karena dia mantan tentara, biasanya wajahnya flat,†kata Monica pada ANTARA News, Sabtu.
Bisa jadi itu merupakan salah satu cara putra sulung Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono itu untuk menenangkan diri dari rasa gugup yang melandanya semalam.
"Kelihatan kayak banyak menelan ludah, kelihatan dari jakunnya. Mungkin juga karena ruangan dingin, jadi terasa kering (tenggorokan)," katanya.
Sementara Sylvi memiliki berbagai ekspresi wajah yang terlihat saat dia berbicara di atas panggung.
Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Purnama
Monica menjelaskan ada dua hal yang diperhatikan dari bahasa tubuh: konsisten dan spontan. Dua hal itu terpancar jelas dari sosok Basuki alias Ahok. Apa yang dikemukakan Basuki selama debat dinilainya spontan dan konsisten sejak awal hingga akhir.
"Karena dia sudah menjalankan itu (gubernur) dan apa yang dia kemukakan adalah kenyataan," katanya.
Hanya saja, Basuki sempat tertawa ketika muncul pertanyaan jelang akhir debat mengenai apakah para kandidat akan tergiur mengikuti ajang pemilihan presiden 2019.
"Harusnya itu momen serius," ujar Monica.
Serupa dengan Basuki, mimik wajah Djarot terlihat spontan dan konsisten. Dia terlihat lebih tenang karena apa yang diutarakan selama debat adalah apa yang sudah ia kerjakan.
Anies Baswedan - Sandiaga Uno
Monica berpendapat Anies adalah seorang orator yang baik dengan kemampuan retorika mumpuni.
"Bertuturnya pintar, bahasa tubuhnya tergambar dengan baik," puji Monica.
Sandiaga Uno memang berada di atas panggung bersama kandidat lain, namun Sandiaga terlihat seperti orang yang sedang menikmati tontonan.
Salah satu contohnya adalah momen ketika dia tertangkap kamera sedang menggeleng-gelengkan kepala sambil menatap ke arah penonton, seakan memberi isyarat "harap tenang".
"Padahal itu bukan menjadi tanggung jawab dia," kata Monica.
Saat Anies berbicara, Sandi mirip seperti penonton yang terlihat "terhanyut" dalam retorika Anies.
BAHASA TUBUH
Monica menilai bahasa tubuh dari gerakan tangan para kandidat selama debat berlangsung.
Agus - Sylvi
Pada awal debat, Agus terlihat masih kaku. Namun tangannya jadi lebih dinamis seiring berjalan waktu. Tangan Agus sudah mulai "berekspresi".
Monica mencatat ada saat ketika Sylvi memasukkan tangan kanan ke dalam saku.
"Bisa jadi karena kedinginan, tapi saat menghadapi sesuatu yang penting lebih baik hindari (tangan masuk saku)," katanya.
Basuki - Djarot
Gerakan tangan pasangan Basuki dan Djarot dianggap normal dan spontan karena apa yang mereka ungkapkan dalam debat adalah pekerjaan keduanya selama ini.
Anies - Sandi
"Anies bagus banget," kata Monica. Anies banyak menggunakan gerakan ke atas dan bawah, seperti saat berbicara soal antinarkoba. Gerakan tangan Anies digunakan untuk memberi penekanan pada apa yang dibicarakannya atau bahwa tema itu penting baginya.
"Mungkin karena dia sudah terbiasa jadi dosen atau berbicara di depan umum," katanya.
Sandi membuat bahasa tubuh dengan istilah "emblem", yakni gerakan menempelkan jempol dengan telunjuk membentuk "O" dengan tiga jari tetap terangkat saat menyebut program kerja One Kecamatan One Center for Enterpreneurship (OK OCE).
SUARA
Agus - Sylvi
Nafas Agus agak memburu, terdengar seperti terburu-buru sehingga menimbulkan kesan defensif. Sementara Sylvi memiliki suara mengalun seperti orang bertutur.
Ahok - Djarot
Suaranya terdengar seperti penampilan mereka di muka publik seperti biasanya.
Anies - Sandi
Suara Anies terdengar seperti orang bertutur dan bercerita. Dia bisa mengatur kapan tinggi, rendah dan mana yang jadi penekanan.
Sedangkan Sandiaga Uno dianggap lebih bisa menjaga tone suaranya sehingga terdengar lebih tenang ketimbang Agus.
GAYA VERBAL
Monica mencatat Sylvi dan Sandi kerap menggunakan kata "saya" ketimbang "kami" untuk hal yang sebenarnya tidak dikerjakan sendirian.
Misalnya perkataan Sandiaga Uno "Saya membina UKM". Bisa dipastikan bukan hanya ia seorang diri yang jadi pembina, tapi ada tim yang ikut mengerjakan.
Gaya verbal seperti itu dianggap bisa menyiratkan keinginan menonjolkan diri sendiri, namun Monica mengatakan alasan di balik gaya verbal para kandidat tentu harus digali lebih dalam.
KONTEN VERBAL
Monica menganalisa logika dari perkataan yang dilontarkan para kandidat hanya dari segi bahasa, terlepas dari isu politik.
"Ini hanya untuk edukasi masyarakat ketika melihat informasi dari sisi konten verbalnya, informasi itu logis atau tidak?"
Dilihat dari sisi logika, spontan dan detil, pasangan Basuki - Djarot dianggap lebih unggul dari yang lain karena bisa menjabarkan data dari realita.
"Yang lain ngomongnya masih di awang-awang," katanya.