Ankara, Antara Jateng - Militer Turki dan pemberontak Suriah menewaskan 32 petempur ISIS dalam bentrokan terbaru di Suriah bagian utara pada Kamis, demikian pernyataan angkatan bersenjata Turki, Jumat (6/1).
Dalam periode 24 jam terakhir pihak militer Turki yang mendukung pemberontak di Suriah bagian utara telah mengerahkan pesawat-pesawat tempur untuk menghancurkan 21 target menghancurkan ISIS di wilayah al-Bab dan Bzagah, termasuk menyerang bangunan dan kendaraan.
Operasi militer Turki, yang berkode "Perisai Efrat", diluncurkan lebih dari empat bulan lalu untuk memaksa keluar ISIS dari perbatasan Turki-Suriah, dan mencegah milisi Kurdi mengambil alih wilayah kekuasaan yang ditinggalkan. Dalam beberapa pekan terakhir, militer Turki terus mengepung Kota al-Bab.
Sementara itu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) telah mengesahkan resolusi yang menyambut baik kesepakatan gencatan senjata perang sipil Suriah yang diperantarai Rusia dan Turki.
Rusia dan Turki pekan ini mengumumkan gencatan senjata, yang ketiga kalinya dicapai dalam setahun ini, sebagai upaya mengakhiri perang selama hampir enam tahun di Suriah.
Resolusi DK PBB juga menyambut rencana pelaksanaan perundingan di Astana, Kazakhstan, antara pemerintah dan oposisi Suriah menjelang pembukaan kembali perundingan yang diperantarai PBB di Jenewa pada Februari 2017.
DK PBB, yang beranggotakan lima negara sebagai anggota tetap dan 10 negara bukan anggota tetap, mengumumkan resolusinya langsung setelah pemungutan suara diputuskan hasilnya. Sejumlah delegasi DK PBB menyambut baik gencatan senjata, namun menilai kesepakatan tersebut berisi wilayah abu-abu sehingga penerapannya menjadi rapuh.
Rancangan asli resolusi yang disiapkan Rusia itu sebelumnya akan membuat DK PBB "menyetujui" kesepakatan, namun kalimatnya diganti menjadi "menyambut dan mendukung" kesepakatan, demikian laporan Reuters.
Kesepakatan terbaru menyangkut penghentian permusuhan, yang mulai diterapkan pada 30 Desember 2016, serta rencana penyelenggaraan perundingan perdamaian mendapat dukungan penuh dari Dewan Keamanan PBB pada 31 Desember 2016.
Gencatan senjata itu merupakan yang ketiga kalinya dicapai di Suriah, setelah dua kesepakatan sebelumnya mengalami kegagalan tahun lalu.
Kesepakatan pertama dicapai pada Februari 2016 dan bergulir selama tiga bulan sebelum akhirnya buyar.
Gencatan senjata kedua disetujui pada September 2016, namun faktanya hanya bisa bertahan selama seminggu.
Dalam periode 24 jam terakhir pihak militer Turki yang mendukung pemberontak di Suriah bagian utara telah mengerahkan pesawat-pesawat tempur untuk menghancurkan 21 target menghancurkan ISIS di wilayah al-Bab dan Bzagah, termasuk menyerang bangunan dan kendaraan.
Operasi militer Turki, yang berkode "Perisai Efrat", diluncurkan lebih dari empat bulan lalu untuk memaksa keluar ISIS dari perbatasan Turki-Suriah, dan mencegah milisi Kurdi mengambil alih wilayah kekuasaan yang ditinggalkan. Dalam beberapa pekan terakhir, militer Turki terus mengepung Kota al-Bab.
Sementara itu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) telah mengesahkan resolusi yang menyambut baik kesepakatan gencatan senjata perang sipil Suriah yang diperantarai Rusia dan Turki.
Rusia dan Turki pekan ini mengumumkan gencatan senjata, yang ketiga kalinya dicapai dalam setahun ini, sebagai upaya mengakhiri perang selama hampir enam tahun di Suriah.
Resolusi DK PBB juga menyambut rencana pelaksanaan perundingan di Astana, Kazakhstan, antara pemerintah dan oposisi Suriah menjelang pembukaan kembali perundingan yang diperantarai PBB di Jenewa pada Februari 2017.
DK PBB, yang beranggotakan lima negara sebagai anggota tetap dan 10 negara bukan anggota tetap, mengumumkan resolusinya langsung setelah pemungutan suara diputuskan hasilnya. Sejumlah delegasi DK PBB menyambut baik gencatan senjata, namun menilai kesepakatan tersebut berisi wilayah abu-abu sehingga penerapannya menjadi rapuh.
Rancangan asli resolusi yang disiapkan Rusia itu sebelumnya akan membuat DK PBB "menyetujui" kesepakatan, namun kalimatnya diganti menjadi "menyambut dan mendukung" kesepakatan, demikian laporan Reuters.
Kesepakatan terbaru menyangkut penghentian permusuhan, yang mulai diterapkan pada 30 Desember 2016, serta rencana penyelenggaraan perundingan perdamaian mendapat dukungan penuh dari Dewan Keamanan PBB pada 31 Desember 2016.
Gencatan senjata itu merupakan yang ketiga kalinya dicapai di Suriah, setelah dua kesepakatan sebelumnya mengalami kegagalan tahun lalu.
Kesepakatan pertama dicapai pada Februari 2016 dan bergulir selama tiga bulan sebelum akhirnya buyar.
Gencatan senjata kedua disetujui pada September 2016, namun faktanya hanya bisa bertahan selama seminggu.