London, Antara Jateng - Brazil harus segera meninjau ulang kebijakan kesehatan reproduksinya karena lebih dari 50 persen ibu mengatakan ingin menghindari kehamilan karena khawatir risiko terkena virus zika, demikian laporan hasil studi.
"Pemerintah Brazil harus menempatkan perhatian kesehatan reproduksi di tengah tanggapan terhadap Zika, termasuk meninjau kriminalisasi berlanjut aksi aborsi," catat para ahli kesehatan yang dipimpin Debora Diniz dari Universitas Brasilia dalam Jurnal Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, yang dikutip Reuters.
Hasil studi itu menunjukan banyak wanita takut terhadap risiko terjangkit zika, yang bisa menyebabkan cacat lahir parah pada anak-anak dari wanita yang terinfeksi ketika hamil.
Para peneliti tersebut menilai, Pemerintah Brazil harus berbuat lebih banyak untuk memastikan akses terhadap kontrasepsi yang aman dan efektif sekaligus mempertimbangkan untuk mencabut larangan aborsi.
Penyakit Zika, yang disebabkan oleh virus yang dibawa oleh nyamuk, telah menyebar ke lebih dari 60 negara.
Brazil termasuk kawasan wabah zika yang diidentifikasi tahun lalu, dan membangkitkan kekhawatiran atas cacat bayi lahir dengan kasus langka berupa kepala berukuran kecil (microcephalus) seiring dengan gangguan syaraf otak lainnya.
Sejauh ini Brazil menjadi negara yang terkena dampak paling parah dengan lebih dari 2.200 laporan kasus microcephalus yang berdampak terhadap masalah tumbuh kembang maupun kecerdasan anak di bawah rata-rata.
Regu Diniz melakukan survei nasional di Brazil pada Juni 2016 menggunakan metode kuisioner tatap muka untuk mengumpulkan data mengenai kesehatan reproduksi dan kehamilan, serta kotak suara rahasia untuk mendapatkan informasi terkait pengalaman aborsi para ibu.
Data tersebut dikumpulkan dari 2.002 wanita Brazil terdidik yang tinggal di perkotaan dengan rentang usia 18 hingga 39 tahun.
Hasil survei menunjukkan bahwa lebih dari setengah dari responden mengatakan bahwa mereka telah atau berusaha menghindari kehamilan karena epidemi penyakit zika. Sementara itu, hanya 27 persen mengemukakan bila mereka tidak mencoba menghindari kehamilan karena zika.
Selanjutnya, ada 16 persen dari responden mengatakan bahwa mereka tidak merencanakan kehamilan, terlepas dari risiko wabah virus zika.
Penelitian itu juga menemukan proporsi lebih tinggi dari wanita di Timur Laut Brazil (66 persen) dibandingkan di Selatan (46 persen) yang melaporkan menghindari kehamilan.
Para peneliti menilai hal ini sangat mungkin terjadi karena epidemi virus zika lebih terkonsentrasi di Timur Laut Brazil.
"Pemerintah Brazil harus menempatkan perhatian kesehatan reproduksi di tengah tanggapan terhadap Zika, termasuk meninjau kriminalisasi berlanjut aksi aborsi," catat para ahli kesehatan yang dipimpin Debora Diniz dari Universitas Brasilia dalam Jurnal Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, yang dikutip Reuters.
Hasil studi itu menunjukan banyak wanita takut terhadap risiko terjangkit zika, yang bisa menyebabkan cacat lahir parah pada anak-anak dari wanita yang terinfeksi ketika hamil.
Para peneliti tersebut menilai, Pemerintah Brazil harus berbuat lebih banyak untuk memastikan akses terhadap kontrasepsi yang aman dan efektif sekaligus mempertimbangkan untuk mencabut larangan aborsi.
Penyakit Zika, yang disebabkan oleh virus yang dibawa oleh nyamuk, telah menyebar ke lebih dari 60 negara.
Brazil termasuk kawasan wabah zika yang diidentifikasi tahun lalu, dan membangkitkan kekhawatiran atas cacat bayi lahir dengan kasus langka berupa kepala berukuran kecil (microcephalus) seiring dengan gangguan syaraf otak lainnya.
Sejauh ini Brazil menjadi negara yang terkena dampak paling parah dengan lebih dari 2.200 laporan kasus microcephalus yang berdampak terhadap masalah tumbuh kembang maupun kecerdasan anak di bawah rata-rata.
Regu Diniz melakukan survei nasional di Brazil pada Juni 2016 menggunakan metode kuisioner tatap muka untuk mengumpulkan data mengenai kesehatan reproduksi dan kehamilan, serta kotak suara rahasia untuk mendapatkan informasi terkait pengalaman aborsi para ibu.
Data tersebut dikumpulkan dari 2.002 wanita Brazil terdidik yang tinggal di perkotaan dengan rentang usia 18 hingga 39 tahun.
Hasil survei menunjukkan bahwa lebih dari setengah dari responden mengatakan bahwa mereka telah atau berusaha menghindari kehamilan karena epidemi penyakit zika. Sementara itu, hanya 27 persen mengemukakan bila mereka tidak mencoba menghindari kehamilan karena zika.
Selanjutnya, ada 16 persen dari responden mengatakan bahwa mereka tidak merencanakan kehamilan, terlepas dari risiko wabah virus zika.
Penelitian itu juga menemukan proporsi lebih tinggi dari wanita di Timur Laut Brazil (66 persen) dibandingkan di Selatan (46 persen) yang melaporkan menghindari kehamilan.
Para peneliti menilai hal ini sangat mungkin terjadi karena epidemi virus zika lebih terkonsentrasi di Timur Laut Brazil.