Magelang, Antara Jateng - Jemaat Gereja Santo Ignatius, Kota Magelang, Jawa Tengah, membuat pohon natal dari bahan-bahan bekas dalam merayakan Natal 2016.
Sekretaris Panitia Perayaan Natal Gereja Santo Ignatius, Erni Susilani di Magelang, Jumat, mengatakan barang-barang bekas yang digunakan untuk membuat pohon Natal tersebut, antara lain
botol plastik, kertas, dan kayu.
"Pembuatan pohon Natal dari barang bekas ini sekaligus mendukung program 'go green'," katanya.
Ia menyebutkan pohon Natal setinggi tiga meter itu disusun dari 10.000 botol bekas air minum.
Selain pohon Natal, katanya botol bekas juga disusun menjadi goa atau tempat kelahiran Yesus Kristus. Rangkaian itu dihias menggunakan lampu warna-warni, ditambah berbagai ornamen, yang kemudian diletakan di dekat altar di dalam dan di depan pintu masuk gereja.
Menurut dia, botol-botol bekas dikumpulkan dari jemaat sejak Juni 2016. Seminggu sekali setiap jemaat membawa botol bekas, kemudian dikumpulkan. Sebagian lagi diambil dari pengumpul.
Ia menuturkan pohon natal dari barang bekas ini merupakan ide kreatif panitia yang kebetulan ditunjuk menjadi koordinator perayaan Natal 2016 di tiga wilayah Robertus, yakni di wilayah Jaranan, Malanggaten dan Tukangan.
"Di kampung Jaranan, sudah didirikan kampung organik, lalu kami menemukan ide dari kampung ini. Botol-botol bekas yang biasanya hanya dibuang juga bisa berguna jadi benda yang indah," katanya.
Ia berharap aksi ini dapat berkesinambungan. Pemanfaatan barang bekas atau dikenal dengan reuse, reduce, recycle dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh jemaat khususnya, dan masyarakat pada umumnya.
"Jangan anggap sepele barang yang sudah dianggap tidak berguna, karena ternyata bisa menjadi sesuatu yang mengagumkan," katanya.
Sekretaris Panitia Perayaan Natal Gereja Santo Ignatius, Erni Susilani di Magelang, Jumat, mengatakan barang-barang bekas yang digunakan untuk membuat pohon Natal tersebut, antara lain
botol plastik, kertas, dan kayu.
"Pembuatan pohon Natal dari barang bekas ini sekaligus mendukung program 'go green'," katanya.
Ia menyebutkan pohon Natal setinggi tiga meter itu disusun dari 10.000 botol bekas air minum.
Selain pohon Natal, katanya botol bekas juga disusun menjadi goa atau tempat kelahiran Yesus Kristus. Rangkaian itu dihias menggunakan lampu warna-warni, ditambah berbagai ornamen, yang kemudian diletakan di dekat altar di dalam dan di depan pintu masuk gereja.
Menurut dia, botol-botol bekas dikumpulkan dari jemaat sejak Juni 2016. Seminggu sekali setiap jemaat membawa botol bekas, kemudian dikumpulkan. Sebagian lagi diambil dari pengumpul.
Ia menuturkan pohon natal dari barang bekas ini merupakan ide kreatif panitia yang kebetulan ditunjuk menjadi koordinator perayaan Natal 2016 di tiga wilayah Robertus, yakni di wilayah Jaranan, Malanggaten dan Tukangan.
"Di kampung Jaranan, sudah didirikan kampung organik, lalu kami menemukan ide dari kampung ini. Botol-botol bekas yang biasanya hanya dibuang juga bisa berguna jadi benda yang indah," katanya.
Ia berharap aksi ini dapat berkesinambungan. Pemanfaatan barang bekas atau dikenal dengan reuse, reduce, recycle dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh jemaat khususnya, dan masyarakat pada umumnya.
"Jangan anggap sepele barang yang sudah dianggap tidak berguna, karena ternyata bisa menjadi sesuatu yang mengagumkan," katanya.