Magelang, Antara Jateng - Buku "Gubernur Jelata" karya Agus Becak diluncurkan di kawasan Candi Gunung Wukir, Desa Kadiluwih, Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu.

Peluncuran buku terbitan Galang Press yang difasilitasi Komunitas Lima Gunung tersebut dimeriahkan pementasan "Jejak Ratu Adil Ragam Hayati" yang merupakan kolaborasi teater, musik, tari, sastra, seni rupa, dan situs prasasti canggal.

Penulis buku "Gubernur Jelata", Agus Becak, menjelaskan bahwa buku setebal 227 halaman ini berisi tentang kegilaan-kegilaan dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

"Kegilaan Pak Gubernur yang saya tulis pada buku ini, antara lain, 'nggandul' di bak truk saat menengok pengungsi banjir dan kencing di salah satu rumah penduduk," katanya.

Menurut pria bernama asli Agus Sunandar, di tengah zaman yang tidak menentu ini, rakyat butuh pemimpin yang "edan" pula karena hanya pemimpin yang gilalah yang akan dicatat oleh sejarah.

"Peluncuran buku ini bagi saya tidak terlalu penting karena yang terpenting spirit kebudayaan menjaga perdamaian, gotong royong, dan persatuan," ujar pria jebolan Institut Seni Indonesia itu.

Agus mengaku tersanjung dan terharu karena ternyata kebudayaan mampu merekatkan semua pihak.

"Pada saat rakyat rawan perpecahan, ternyata kebudayaan mampu menjadi garansi persatuan dan perdamaian," katanya saat memberikan orasi budaya pada peluncuran buku "Gubernur Jelata".

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkapkan bahwa Agus Becak ternyata memperhatikan hal-hal kecil dari dirinya dan menuangkannya dalam buku.

"Pelajaran yang bisa diberikan adalah saya sebenarnya orang yang bisa melakukan yang seperti dilakukan mereka. Saya Gubernur tapi saya juga orang biasa, saya bisa marah, bisa tersenyum, bisa 'dlosoran' dengan mereka dan itu diceritakan dengan apa adanya tanpa puja-puji yang menyebalkan," ujarnya.

Ganjar menilai buku "Gubernur Jelata" ini juga menunjukkan sisi kekurangan dari sosok Ganjar Pranowo dalam mengemban tugas sebagai Gubernur Jawa Tengah.

"Mudah-mudahan dengan buku ini masyarakat bisa melihat sisi manusia dari seorang Ganjar Pranowo yang biasa-biasa saja," katanya.

Dalam orasi budayanya, Presiden Komunitas Lima Gunung Tanto Mendut sengaja memilih Candi Gunung Wukir untuk peluncuran buku "Gubernur Jelata" agar masyarakat mengenal sejarah Gunung Wukir sebagai candi leluhur dari Candi Borobudur dan Candi Prambanan.

"Ganjar saya kenal sebagai gubernur yang paling cocok dengan cita-cita kerakyatan dan kebudayaan. Saya kenal sudah sejak lama dan saya berharap Ganjar bisa memimpin Jateng menuju kesejahteraan," ujarnya.

Sementara itu, dalam peluncuran buku "Gubernur Jelata", teaterawan Landung Simatupang juga membacakan salah satu tulisan berjudul Maaf untuk Brexit dari buku itu dengan gaya teatrikal, kemudian dilanjutkan orasi budaya oleh budayawan Bre Redana, serta sastrawan Triyanto Triwikromo Semarang.

Saat berjalan meninggalkan lokasi peluncuran buku, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sempat terjatuh satu kali akibat kondisi jalan berupa tanah merah yang licin setelah hujan deras.

Sebelumnya, Ganjar harus berjalan kaki sepanjang 500 meter dengan medan yang relatif cukup berat.

Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2025