Purbalingga, Antara Jateng - Bupati Purbalingga, Jawa Tengah, Tasdi, mengatakan pada saat ini masih ada sebanyak 6.000 penduduk di wilayah tersebut buta huruf.
"Berdasarkan data dan setelah cek di lapangan ternyata masih ada sekitar 6.000 penduduk yang tidak bisa baca tulis atau buta huruf," kata Bupati Purbalingga Tasdi di Purbalingga, Rabu.
Dia menjelaskan dari jumlah tersebut sebagian besar merupakan masyarakat yang sudah berusia tua.
"Dari jumlah tersebut kebanyakan orang usia tua. Akan tetapi hal tersebut menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kabupaten Purbalingga," katanya.
Dia menambahkan, selain menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah kabupaten, adanya masyarakat buta huruf mempengaruhi rendahnya nilai indeks pembangunan manusia (IPM) Purbalingga.
Menurut bupati, ada tiga hal yang dapat mempengaruhi nilai IPM diantaranya adalah masalah pendidikan, kesehatan dan juga ekonomi.
Di bidang pendidikan, menurut dia, rata-rata pendidikan sekolah masyarakat yang hanya 7,6 tahun ikut menyumbang rendahnya IPM di wilayah tersebut.
Bidang lain yang mempengaruhi rendahnya IPM, tambah dia, adalah bidang kesehatan dimana angka harapan hidup menurun dari 72 tahun menjadi 71 tahun.
Sementara, pada bidang ekonomi, hal yang mempengaruhi IPM di wilayah tersebut, adalah rendahnya pendapatan per kapita.
"Pendapatan per kapita hanya sekitar Rp1 juta dari 301.000 kepala keluarga (KK)," katanya.
Untuk memajukan dan meningkatkan semua hal tersebut, kata dia, harus ada pemberdayaan dan peningkatan sumber daya manusia.
"Budayakan gemar membaca dan terus belajar, walaupun sudah tua harus tetap belajar," katanya.
"Berdasarkan data dan setelah cek di lapangan ternyata masih ada sekitar 6.000 penduduk yang tidak bisa baca tulis atau buta huruf," kata Bupati Purbalingga Tasdi di Purbalingga, Rabu.
Dia menjelaskan dari jumlah tersebut sebagian besar merupakan masyarakat yang sudah berusia tua.
"Dari jumlah tersebut kebanyakan orang usia tua. Akan tetapi hal tersebut menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kabupaten Purbalingga," katanya.
Dia menambahkan, selain menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah kabupaten, adanya masyarakat buta huruf mempengaruhi rendahnya nilai indeks pembangunan manusia (IPM) Purbalingga.
Menurut bupati, ada tiga hal yang dapat mempengaruhi nilai IPM diantaranya adalah masalah pendidikan, kesehatan dan juga ekonomi.
Di bidang pendidikan, menurut dia, rata-rata pendidikan sekolah masyarakat yang hanya 7,6 tahun ikut menyumbang rendahnya IPM di wilayah tersebut.
Bidang lain yang mempengaruhi rendahnya IPM, tambah dia, adalah bidang kesehatan dimana angka harapan hidup menurun dari 72 tahun menjadi 71 tahun.
Sementara, pada bidang ekonomi, hal yang mempengaruhi IPM di wilayah tersebut, adalah rendahnya pendapatan per kapita.
"Pendapatan per kapita hanya sekitar Rp1 juta dari 301.000 kepala keluarga (KK)," katanya.
Untuk memajukan dan meningkatkan semua hal tersebut, kata dia, harus ada pemberdayaan dan peningkatan sumber daya manusia.
"Budayakan gemar membaca dan terus belajar, walaupun sudah tua harus tetap belajar," katanya.