Magelang, Antara Jateng - Pameran Hari Pangan Sedunia 2016 Kabupaten Magelang, salah satu upaya menggerakkan ekonomi kerakyatan melalui berbagai produk pertanian organik yang diolah petani setempat, kata Moderator Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Kevikepan Kedu Romo Lambertus Issri Purnomo Murtyanto.

"Bazar ini kesempatan petani dan masyarakat umum, sebagai upaya menggerakkan ekonomi kerakyatan untuk meningkatkan dan mengembangkan produk-produk, terutama pertanian organik," katanya di Magelang, Jumat.

Issri mengemukakan hal itu usai mendampingi Bupati Magelang Zaenal Arifin meninjau sekitar 40 gerai pameran HPS 2016 (21-23 Oktober) di Lapangan Pastoran Muntilan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terutama menyajikan berbagai produk pertanian organik, baik berupa hasil bumi pertanian secara organik maupun produk olahan dan industri kerajinan rumah tangga.

Ia mengemukakan pentingnya produk pertanian organik semakin memperoleh pangsa pasar yang menjangkau berbagai kalangan masyarakat lebih luas.

"Karena konsumennya masih belum banyak, masih sebatas kalangan menengah ke atas," katanya.

Pertanian organik bukan sekadar pengolahan pertanian dengan bibit, pupuk, dan pengendalian hama menggunakan bahan-bahan alam, namun juga membangun sikap hidup manusia yang organik. Hasil pertanian organik mengedepankan produk dengan tingkat kesehatan lebih baik ketimbang pertanian menggunakan bahan-bahan kimia.

Komisi PSE Kevikepan Kedu selama ini melakukan pendampingan dan pemberdayaan petani organik di berbagai tempat, terutama di Kabupaten Magelang, Kota Magelang, dan Kabupaten Temanggung. Komisi itu juga telah membuka "Pasar Rebo" di Pusat Pastoran Sanjaya Muntilan dengan para petani organik dari berbagai tempat yang menjual langsung hasil pertanian mereka kepada masyarakat umum.

"Masih terus membutuhkan promosi dan edukasi. Pameran ini juga bagian dari edukasi tentang pertanian organik," ujarnya.

Ia mengaku petani organik terkadang masih kesulitan memasarkan produk mereka karena pada umumnya harganya masih lebih tinggi daripada hasil pertanian umumnya selama ini yang secara nonorganik.

Ia menyebut selisih harga panenan pertanian organik dengan nonorganik bervariasi antara Rp1.000-Rp1.500 per kilogram. Ia juga mencontohkan tentang waktu pengolahan padi organik yang lebih lama atau sekitar enam bulan, sedangkan padi biasa antara empat hingga lima bulan.

"Ini coba terus dipelajari untuk dikembangkan. Butuh komitmen dan kesungguhan petani untuk mengembangkan pengolahan organik. Biaya pertanian organik sebenarnya lebih murah karena menggunakan bahan-bahan alam di sekitar untuk pupuk. Nilai edukasi dan kesehatan menjadi hal yang penting dalam pertanian organik," ujarnya.

Pameran HPS 2016 dikemas dalam agenda Gelar Budaya diprakarsai Musueum Misi Muntilan dengan melibatkan berbagai kalangan masyarakat setempat. Tema Gelar Budaya 2016 adalah "Nandur Banyu Ngrukti Guwa Garbaning Pertiwi" (Menanam air merawat ibu pertiwi) dengan kegiatan, antara lain kerja bakti membersihkan Sungai Lamat dari sampah, memanam bibit pohon penghijauan, pentas kesenian rakyat, dialog lintas agama, kirab budaya, dan pameran HPS.

Bupati Zaenal Arifin mengatakan upaya menjaga kelestarian lingkungan sebagai hal yang wajib dilakukan oleh seluruh kalangan masyarakat sebagai wujud syukur atas anugerah alam dari Tuhan, membangun keharmonisan hubungan alam dan manusia, serta upaya mencegah bencana alam.

Ia juga mengapresiasi Gelar Budaya 2016 karena menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih peduli kepada alam dan mencintai lingkungan sekitar.

Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024