Jakarta Antara Jateng - Hadiah Nobel Ekonomi 2016 diberikan kepada Oliver Hart dari Harvard University dan Bengt Holmström dari Massachusetts Institute of Technology di Amerika Serikat untuk sumbangan mereka bagi teori kontrak.

The Royal Swedish Academy of Sciences, yang memberikan Hadiah Sveriges Riksbank dalam Ilmu Ekonomi guna mengenang Alfred Nobel, menyatakan bahwa perangkat teoritis baru yang dibuat oleh Hart dan Holmström penting untuk memahami kontrak dan institusi-institusi, serta jebakan dalam rancangan kontrak dalam ekonomi modern yang disatukan oleh kontrak yang tak terhitung banyaknya.

Penerima Nobel Ekonomi tahun ini mengembangkan teori kontrak, kerangka kerja komprehensif untuk menganalisis berbagai macam masalah dalam rancangan kontrak seperti bayaran berbasis performa untuk eksekutif atas, pembayaran bersama yang dapat dikurangi dalam asuransi, dan privatisasi kegiatan-kegiatan sektor publik.

Pada akhir 1970an, Bengt Holmström menunjukkan bagaimana seorang prinsipal (misalnya pemegang saham perusahaan) harus merancang kontrak optimal untuk seorang agen (pemimpin eksekutif perusahaan), yang tindakannya sebagian tak teramati oleh prinsipal.

Prinsip keinformatifan Holmström menyatakan dengan jelas bagaimana kontrak ini harus menghubungkan bayaran agen dengan informasi terkait performa menurut Komite Nobel di laman resminya, Senin.

Menggunakan model dasar prinsipal-agen, ilmuwan kelahiran Finlandia tahun 1949 itu menunjukkan bagaimana kontrak optimal secara hati-hati menimbang risiko terhadap insentif.

Dalam karya selanjutnya, Holmström menggeneralisasi hasil-hasil ini ke pengaturan yang lebih realistis, misalnya ketika pekerja tidak hanya dihargai dengan bayaran tapi juga dengan potensi promosi, sementara prinsipal hanya mengamati dimensi tertentu performa; dan ketika anggota individual tim bisa menumpang pada upaya anggota yang lain.

Sementara Oliver Hart, pada pertengahan 1980an membuat kontribusi fundamental bagi cabang baru teori kontrak yang berhubungan dengan kasus kontrak penting yang tidak lengkap.

Karena tidak mungkin bagi satu kontrak untuk menyebut secara pasti setiap kemungkinan, cabang teori ini merinci alokasi optimal hak kontrol di mana pihak-pihak yang membuat kontrak harus punya hak untuk membuat keputusan dalam keadaan tertentu.

Temuan ilmuwan kelahiran Inggris tahun 1948 itu tentang kontrak yang tidak lengkap memberi cahaya baru pada kepemilikan dan kontrol bisnis dan berdampak besar pada beberapa bidang ekonomi, demikian pula pada bidang hukum dan politik.

Risetnya, menurut Komite Nobel, memberi kita perangkat teori baru untuk mempelajari pertanyaan-pertanyaan semacam jenis perusahaan-perusahaan mana yang harus bergabung, bauran tepat utang dan pembiayaan ekuitas, dan kapan institusi seperti sekolah atau penjara harus dikelola publik atau swasta.

"Analisis mereka tentang pengaturan kontrak optimal meletakkan pondasi intelektual untuk merancang kebijakan dan institusi dalam banyak area, mulai dari undang-undang kepailitan sampai konstitusi politik," kata Komite Nobel.

Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024