Mataram, NTB Antara Jateng - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nusa Tenggara Barat, H Muhammad Rum, mengungkapkan, hingga saat ini terdapat 44 pendaki baik yang berasal dari mencanagera dan dalam negeri masih belum ditemukan dan kemungkinan diperkirakan masih berada di atas Gunung Rinjani.
"Ini yang kita belum tahu sampai sekarang keberadaannya. Karena dari laporan jumlah wisatawan yang masuk itu ada 464 orang, namun yang keluar setelah letusan hanya 420 orang, sehingga 44 orang belum kembali," kata Rum, di Mataram, Jumat.
Ia menuturkan, ada beberapa kemungkinan 44 orang pendaki itu belum diketahui keberadaannnya, pertama para pendaki tidak keluar melalui pintu resmi, yakni Sembalun Lombok Timur dan pintu masuk Senaru, Kabupaten Lombok Utara.
Kemeudian, kedua para pendaki diperkirakan masih berada di atas Gunung Rinjani, namun mereka masih berada di luar tiga kilometer yakni zona terlarang untuk pendakian.
"Waklaupun belum pasti, kemungkinan mereka masih berada di pos-pos yang dekat dengan kaldera Rinjani, seperti di pos enam. Tetapi itu masih batas aman untuk berkemah," ujarnya.
Menurut dia, meski daerah tidak aman itu sudah ditetapklan berada di radius 3 km, tetapi pihaknya bersama instansi lain sudah melakukan penyisiran. Namun, hingga saat ini nasib ke 44 pendaki itu bisa bisa diketahui.
"Sampai saat ini kita belum tahu, tetapi dari penyisiran sudah tidak ada pendaki yang berada di atas," ungkapnya.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi masih menetaapkan status Gunung Barujari, anak Gunung Rinjani di Kabupaten Lombok Timur, masih waspada level II, setelah meletus pada Selasa pukul 14.45 WITA.
Namun, meski saat ini Gunung Barujari berstatus waspada level II, aktivitas kegempaan tektonik masih muncul pada skala kecil yang terjadi sebanyak lima kali dengan amplitudo 3 mm -20 mm dan durasi 25 detik-105 detik. Tidak hanya itu, aktivitas kegempaan vulkanik dangkal juga terjadi, meski hanya satu kali dengan amplitudo 5 mm dan durasi 2 detik.
"Dengan status Gunung Barujari itu, kita merekomendasikan masyarakat maupun para wisatawan tidak beraktivitas atau berkemah di sekitar kaldera Gunung Barujari di dalam radius 3 km dari kawah," katanya.
"Ini yang kita belum tahu sampai sekarang keberadaannya. Karena dari laporan jumlah wisatawan yang masuk itu ada 464 orang, namun yang keluar setelah letusan hanya 420 orang, sehingga 44 orang belum kembali," kata Rum, di Mataram, Jumat.
Ia menuturkan, ada beberapa kemungkinan 44 orang pendaki itu belum diketahui keberadaannnya, pertama para pendaki tidak keluar melalui pintu resmi, yakni Sembalun Lombok Timur dan pintu masuk Senaru, Kabupaten Lombok Utara.
Kemeudian, kedua para pendaki diperkirakan masih berada di atas Gunung Rinjani, namun mereka masih berada di luar tiga kilometer yakni zona terlarang untuk pendakian.
"Waklaupun belum pasti, kemungkinan mereka masih berada di pos-pos yang dekat dengan kaldera Rinjani, seperti di pos enam. Tetapi itu masih batas aman untuk berkemah," ujarnya.
Menurut dia, meski daerah tidak aman itu sudah ditetapklan berada di radius 3 km, tetapi pihaknya bersama instansi lain sudah melakukan penyisiran. Namun, hingga saat ini nasib ke 44 pendaki itu bisa bisa diketahui.
"Sampai saat ini kita belum tahu, tetapi dari penyisiran sudah tidak ada pendaki yang berada di atas," ungkapnya.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi masih menetaapkan status Gunung Barujari, anak Gunung Rinjani di Kabupaten Lombok Timur, masih waspada level II, setelah meletus pada Selasa pukul 14.45 WITA.
Namun, meski saat ini Gunung Barujari berstatus waspada level II, aktivitas kegempaan tektonik masih muncul pada skala kecil yang terjadi sebanyak lima kali dengan amplitudo 3 mm -20 mm dan durasi 25 detik-105 detik. Tidak hanya itu, aktivitas kegempaan vulkanik dangkal juga terjadi, meski hanya satu kali dengan amplitudo 5 mm dan durasi 2 detik.
"Dengan status Gunung Barujari itu, kita merekomendasikan masyarakat maupun para wisatawan tidak beraktivitas atau berkemah di sekitar kaldera Gunung Barujari di dalam radius 3 km dari kawah," katanya.