Solo, Antara Jateng - Warga Kelurahan Penumping Kecamatan Laweyan Kota Solo yang sedang memperingati 1.000 hari arwah neneknya yang sudah meninggal di gelar balai kelurahan dibubarkan oleh sekelompok orang yang tidak kenal.

Ursula salah satu anak keluarga yang sedang memperingati 1.000 hari warga Penumping Solo, Rabu, mengatakan, peristiwa tersebut terjadi saat keluarga memperingati 1.000 hari meninggalnya neneknya yang digelar di pendopo Kelurahan Penumping Solo, pada Selasa (6/9), sekitar pukul 19.30 WIB.

Menurut Ursula, peristiwa tersebut berawal dari keluarganya yang mengadakan peringatan 1.000 hari meninggal neneknya dengan acara Misa. Karena, rumahnya sempit, kemudian minta izin pak Lurah untuk meminjam pendopo yang sering digunakan kegiatan apa saja oleh warga setempat.

"Kami kemudian menggunakan pendopo awalnya untuk melakukan doa, setelah itu, kemudian juga diundang warga sekitar untuk peringatan meninggalnya nenek saya ini," kata Ursula.

Namun, kata dia, saat acara Misa mau selesai ada datang seorang mengambil gambar, dan orang yang tidak dikenal itu, kemudian terus menghilang.

Ursula menjelaskan pihaknya sempat curiga dengan orang yang mengambil gambar tersebut. Tiga orang yang tidak dikenal kemudian mendatangi untuk membubarkan acara doa arwah tersebut, dan kemudian mereka diajak berdialog agar tidak terjadi keributan.

"Warga yang ikut acara Misa sempat ketakutan, karena beberapa menit kemudian datang puluhan orang yang dikenal dengan berteriak-teriak untuk membukarkan kegiatan itu," kata.

Namun, anggota kepolisian dan pak Camat kemudian datang ke lokasi untuk menengahi tersebut.

"Mereka sempat menendang kursi dan meja berteriak agar segera bubar. Kami tidak mengenal seklompk orang itu, karena bukan warga Kelurahan Penumping," katanya,

Bahkan, saat anggota polisi datang ke lokasi mereka sudah pergi meninggalkan lokasi. Mereka memang tidak sempat merusak barang-barang karena ada salah satu orang kelompok dia yang mengetahui bahwa barang-barang itu, milik kelurahan.

Camat Laweyan Hendro Pramono saat dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian tersebut, dan hal tersebut hanya kesalah-pahaman. Seorang warga pinjam pendopo untuk acara peringatan 1.000 hari arwah orang tuanya, karena tempat rumahnya kecil.

"Acara itu, kalau orang jawa peringatan 1.000 hari orang meninggal dengan baca doa Tahlil," kata Hendro.

Menurut Hendro, kelompok orang yang mendatangi ke lokasi peringatan 1.000 hari arwah tersebut tidak dikenal oleh warga setempat. Mereka bukan warga kelurahan Penumping, karena dilihat dari wajahnya tidak ada yang dikenal. Polisi saat datang ke lokasi mereka sudah pergi meninggalkan lokasi.

Kepala Polsek Laweyan Kompol Agus Puryadi saat dikonfirmasi soal kejadian sekelompok orang tidak dikenal yang membubarkan warga yang sedang acara peringatan 1.000 hari arwah, membenarkan.

"Kami setelah mendapat laporan langsung ke lokasi dan kelompok orang yang tidak dikenal itu, sudah meninggalkan tempat. Namun, mereka tidak sampai merusak atau berbuat anarkis bertindak melawan hukum," kata Kapolsek.

Adanya suatu kelompok yang tidak setuju kegiatan agama yang digelar di sebuah balai desa, kata Kapolsek, pihaknya selaku aparat penegak hukum mengimbau warga yang terdiri dari berbagai suku agama dan berbedaan yang lain tergabung dalam kebenekaan harus saling menghormati dan tolerasi.

"Jika ada perbuatan yang sampai merugikan orang lain apapun alasannya, hal ini adalah perbuatan hukum. Kepolisian tidak mengharapkan adanya tindakan yang melawan hukum," katanya.

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024