Jakarta Antara Jateng - Tak kenal, maka tak sayang, begitu kata pepatah umum yang sering diungkapkan.
Ternyata itu ada benarnya. Setidaknya itu yang dirasakan sebagian jurnalis Indonesia yang diundang Toyota ke Jepang pada program "Technology Media Trip 2016" Tidak hanya menjajal berbagai mobil hibrid yang menjadi andalan Toyota meraih pasar di segmen mobil ramah lingkungan (green car), namun banyak presentasi yang diberikan terkait lingkungan dan fitur keselamatan memberi wawasan baru.
Dari rangkaian kegiatan "Technology Media Trip" yang diselenggarakan Toyota Motor Asia Pasific (TMAP) di Jepang itu, siapapun dapat menilai kesungguhan perusahaan yang dirintis Sakichi Toyoda dalam menjaga iklim dan lingkungan dunia yang lebih baik.
Peta jalan ke arah pembangunan industri otomotif yang bebas emisi gas buang (CO2) atau "zero emission" nampak jelas terlihat dan ada hasil nyata rintisannya.
Hasil nyata itu terlihat, mulai dari pengembangan mobil dengan teknologi hibrid yang mampu menekan penggunaan bahan bakar bensin dan emisi gas buang, sampai dengan terciptanya mobil berbahan bakar hidrogen yang bebas emisi karbon.
Komitmen
Semua pencapaian yang tersebut, rupanya berawal dari kesadaran dan komitmen Toyota sebagai industri kendaraan bermotor untuk menahan laju pemanasan global dan perubahan iklim yang sangat cepat akibat emisi karbon.
Berdasarkan laporan assesment Intergovernmental Panel on Cilmate Change (IPPC) Working Group III 5th tahun 2014, tanpa intervensi masyarakat, laju pertumbuhan emisi karbon akan menyebabkan kenaikan suhu rata-rata sebesar 3,7-4,8 derajat celcius pada 2100. Untuk itu diperlukan upaya keras guna memperlambat kenaikan suhu bumi.
International Energy Agency (IEA) menyebut sektor transportasi memberi kontribusi sebesar 23 persen emisi karbon di dunia. Ketiga terbesar setelah industri dan rumah tinggal.
Dari 23 persen kontribusi polusi, sebanyak 80 persen diantaranya disumbang dari transportasi darat, termasuk dari kendaraan penumpang dan niaga.
Sebagai produsen otomotif dunia, Toyota, tentu saja juga dituntut untuk ikut serta dalam upaya penurunan emisi karbon agar laju pemanasan global bisa ditekan.
"Sejak Earth Summit di Rio de Janeiro (Brasil) tahun 1992, Toyota telah menjadikan isu ramah lingkungan dan pembangunan berkelanjutan sebagai prioritas dalam bisnisnya," kata Grand Master Divisi Public Affair Toyota Motor Corp (TMC) Hisashi Nakai dalam pemaparannya tentang aktivitas lingkungan Toyota di hadapan sekitar 100 jurnalis mancanegara di Fuji Speedway, Shizouka, Jepang.
Setahun setelah itu, industri otomotif yang kini dipimpin generasi ke-3 keluarga Toyoda itu mengeluarkan "Toyota Earth Charter." itu kemudian menjadi basis perusahaan untuk menyediakan kendaraan yang aman dan bersih dari emisi gas buang.
Toyota pun mulai mengarahkan teknologi kendaraan bermotornya untuk menurunkan emisi karbon, mulai dari pengembangan dan desain, produksi, bahkan juga di kegiatan logistik dan penjualan menjadi sasaran Toyota dalam penurunan emisi.
Hibrid
Kesungguhan TMC mengembangkan teknologi ramah lingkungan tercipta tahun 1997 ketika sedan Prius dikeluarkan sebagai kendaraan pertama Toyota yang menggunakan berteknologi hibrid.
Paduan mesin bensin dan motor listrik sebagai tenaga penggerak, membuat mobil hibrid hemat bahan bakar minyak (BBM), yang berdampak pula pada penurunan emisi karbon.
Bila pada saat itu, konsumsi BBM sedan konvensional mencapai rata-rata 14 km/liter, maka Prius Generasi I hanya mengkonsumsi bahan bakar fosil itu sebesar 28km/liter.
Kini sejak 1997 sampai sekarang lebih dari 30 model mobil Toyota, baik di segmen sedan, minivan, SUV (sport utility vehicle) dan kendaraan niaga, telah menggunakan teknologi hibrid.
Bahkan pada Mei 2016 penjualan kendaraan hibrid Toyota telah menembus penjualan sembilan juta unit.
"Dengan menjual sembilan juta kendaraan hibrid, Toyota telah secara cepat mengurangi emisi karbon dan menghemat BBM sangat besar," ujar Nakai.
TMC mengklaim dengan pencapaian itu, pihaknya telah menurunkan emisi karbon sebanyak 67 juta ton atau setara dengan berat 24 juta unit Toyota Land Cruiser, serta menghemat 25 juta kiloliter bensin.
Tidak berhenti sampai di situ, sesuai dengan Toyota Environment Challange 2050, yang salah satu targetnya membuat mobi baru zero emission, Toyota menciptakan kendaraan berbasis tenaga listrik (EV) seperti I-Road dan bahan bakar terbarukan (FCV) seperti hidrogen (sedan Mirai).
"Ke depan EV (kendaraan listrik) dan FCV (kendaraan hidrogen) akan menjadi andalan kami, bila infrastrukturnya telah bagus, karena zero emission," ujar Nakai.
Dan itu tidak mustahil, mengingat Toyota telah memasarkan Mirai di Jepang dan Amerika Serikat, serta I-Road secara terbatas di Jepang dan Itali.
Ternyata itu ada benarnya. Setidaknya itu yang dirasakan sebagian jurnalis Indonesia yang diundang Toyota ke Jepang pada program "Technology Media Trip 2016" Tidak hanya menjajal berbagai mobil hibrid yang menjadi andalan Toyota meraih pasar di segmen mobil ramah lingkungan (green car), namun banyak presentasi yang diberikan terkait lingkungan dan fitur keselamatan memberi wawasan baru.
Dari rangkaian kegiatan "Technology Media Trip" yang diselenggarakan Toyota Motor Asia Pasific (TMAP) di Jepang itu, siapapun dapat menilai kesungguhan perusahaan yang dirintis Sakichi Toyoda dalam menjaga iklim dan lingkungan dunia yang lebih baik.
Peta jalan ke arah pembangunan industri otomotif yang bebas emisi gas buang (CO2) atau "zero emission" nampak jelas terlihat dan ada hasil nyata rintisannya.
Hasil nyata itu terlihat, mulai dari pengembangan mobil dengan teknologi hibrid yang mampu menekan penggunaan bahan bakar bensin dan emisi gas buang, sampai dengan terciptanya mobil berbahan bakar hidrogen yang bebas emisi karbon.
Komitmen
Semua pencapaian yang tersebut, rupanya berawal dari kesadaran dan komitmen Toyota sebagai industri kendaraan bermotor untuk menahan laju pemanasan global dan perubahan iklim yang sangat cepat akibat emisi karbon.
Berdasarkan laporan assesment Intergovernmental Panel on Cilmate Change (IPPC) Working Group III 5th tahun 2014, tanpa intervensi masyarakat, laju pertumbuhan emisi karbon akan menyebabkan kenaikan suhu rata-rata sebesar 3,7-4,8 derajat celcius pada 2100. Untuk itu diperlukan upaya keras guna memperlambat kenaikan suhu bumi.
International Energy Agency (IEA) menyebut sektor transportasi memberi kontribusi sebesar 23 persen emisi karbon di dunia. Ketiga terbesar setelah industri dan rumah tinggal.
Dari 23 persen kontribusi polusi, sebanyak 80 persen diantaranya disumbang dari transportasi darat, termasuk dari kendaraan penumpang dan niaga.
Sebagai produsen otomotif dunia, Toyota, tentu saja juga dituntut untuk ikut serta dalam upaya penurunan emisi karbon agar laju pemanasan global bisa ditekan.
"Sejak Earth Summit di Rio de Janeiro (Brasil) tahun 1992, Toyota telah menjadikan isu ramah lingkungan dan pembangunan berkelanjutan sebagai prioritas dalam bisnisnya," kata Grand Master Divisi Public Affair Toyota Motor Corp (TMC) Hisashi Nakai dalam pemaparannya tentang aktivitas lingkungan Toyota di hadapan sekitar 100 jurnalis mancanegara di Fuji Speedway, Shizouka, Jepang.
Setahun setelah itu, industri otomotif yang kini dipimpin generasi ke-3 keluarga Toyoda itu mengeluarkan "Toyota Earth Charter." itu kemudian menjadi basis perusahaan untuk menyediakan kendaraan yang aman dan bersih dari emisi gas buang.
Toyota pun mulai mengarahkan teknologi kendaraan bermotornya untuk menurunkan emisi karbon, mulai dari pengembangan dan desain, produksi, bahkan juga di kegiatan logistik dan penjualan menjadi sasaran Toyota dalam penurunan emisi.
Hibrid
Kesungguhan TMC mengembangkan teknologi ramah lingkungan tercipta tahun 1997 ketika sedan Prius dikeluarkan sebagai kendaraan pertama Toyota yang menggunakan berteknologi hibrid.
Paduan mesin bensin dan motor listrik sebagai tenaga penggerak, membuat mobil hibrid hemat bahan bakar minyak (BBM), yang berdampak pula pada penurunan emisi karbon.
Bila pada saat itu, konsumsi BBM sedan konvensional mencapai rata-rata 14 km/liter, maka Prius Generasi I hanya mengkonsumsi bahan bakar fosil itu sebesar 28km/liter.
Kini sejak 1997 sampai sekarang lebih dari 30 model mobil Toyota, baik di segmen sedan, minivan, SUV (sport utility vehicle) dan kendaraan niaga, telah menggunakan teknologi hibrid.
Bahkan pada Mei 2016 penjualan kendaraan hibrid Toyota telah menembus penjualan sembilan juta unit.
"Dengan menjual sembilan juta kendaraan hibrid, Toyota telah secara cepat mengurangi emisi karbon dan menghemat BBM sangat besar," ujar Nakai.
TMC mengklaim dengan pencapaian itu, pihaknya telah menurunkan emisi karbon sebanyak 67 juta ton atau setara dengan berat 24 juta unit Toyota Land Cruiser, serta menghemat 25 juta kiloliter bensin.
Tidak berhenti sampai di situ, sesuai dengan Toyota Environment Challange 2050, yang salah satu targetnya membuat mobi baru zero emission, Toyota menciptakan kendaraan berbasis tenaga listrik (EV) seperti I-Road dan bahan bakar terbarukan (FCV) seperti hidrogen (sedan Mirai).
"Ke depan EV (kendaraan listrik) dan FCV (kendaraan hidrogen) akan menjadi andalan kami, bila infrastrukturnya telah bagus, karena zero emission," ujar Nakai.
Dan itu tidak mustahil, mengingat Toyota telah memasarkan Mirai di Jepang dan Amerika Serikat, serta I-Road secara terbatas di Jepang dan Itali.