Mataram, Antara Jateng - Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin agar penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tingkat Nasional XXVI di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) mampu membumikan Al Quran.
"MTQ Nasional harus mampu membumikan Al Quran sehingga lebih mudah dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat kita," kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan MTQ Tingkat Nasional ke-26 yang dilangsungkan di Astaka Utama Islamic Centre, Mataram, Sabtu malam.
Presiden menyatakan memiliki harapan yang besar bahwa MTQ yang telah membudaya di tengah masyarakat di Tanah Air selain berkembang dari segi syiar dan kualitas penyelenggaraannya juga dapat mewarnai wajah umat Islam dan bangsa Indonesia.
Menurut dia, tujuan dan makna kegiatan MTQ bukan sekadar prestasi yang utama.
"Namun yang lebih utama lagi adalah syiar dan dakwah tentang bagaimana membumikan Al-Quran," katanya.
Mantan Gubernur DKI itu ingin agar Al Quran dijadikan sebagai nafas, sebagai pegangan hidup yang hakiki, dan sebagai kepribadian masyarakat Muslim di Tanah Air.
Ia menyayangkan sekarang ini masih banyak orang mudah mencela, mudah mengumpat, mudah merendahkan orang lain, mudah mengejek, mudah menjelek-jelekkan orang lain, bahkan sopan santun pun diabaikan.
"Ungkapan pedas, ujaran kebencian yang asal bunyi bertebaran luar biasa khususnya di ranah media sosial. Ungkapan tersebut semakin menghebat saat terjadi konstetasi politik seperti pemilihan gubernur, pemilihan bupati, pemilihan walikota, pemilihan presiden, serta pemilihan anggota legislatif," katanya.
Kandidat lain, kata Presiden, tidak lagi dilihat sebagai sahabat, teman, atau mitra melainkan dianggap sebagai musuh yang harus dihabisi.
"Selain itu saya berharap agar hakikat makna dan tujuan MTQ kita pegang teguh sehingga Al-Quran benar-benar kita resapi, kita hayati, kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Sebab, kata Presiden, saat seseorang menggaungkan Al-Quran maka sebenarnya sedang mengagungkan nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kesalehan sosial, nilai-nilai yang mengutamakan pembelaan pada yang lemah, fakir, dan miskin bukan nilai-nilai keserakahan seperti mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.
Pada kesempatan itu, Presiden memberikan sambutan dan pemukulan gendeng beleg sebagai tanda peresmian Pembukaan MTQ Tingkat Nasional XXVI Tahun 2016.
Setelah pemukulan gendeng beleg oleh Presiden juga disajikan atraksi 26 penabuh gendang beleg.
Pejabat yang mendampingi Presiden pada acara itu yakni Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Gubernur NTB TGB Zainul Majdi.
Pembukaan MTQ Nasional dan Konferensi Islam Internasional Washatiyah itu juga dihadiri 30 duta besar dari negara sahabat, terutama dari negara-negara Timur Tengah dan para gubernur dan bupati/wali kota dari berbagai provinsi di Tanah Air.
Acara tersebut juga disaksikan sekitar 5.000 orang dari para kafilah, termasuk masyarakat NTB.
"MTQ Nasional harus mampu membumikan Al Quran sehingga lebih mudah dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat kita," kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan MTQ Tingkat Nasional ke-26 yang dilangsungkan di Astaka Utama Islamic Centre, Mataram, Sabtu malam.
Presiden menyatakan memiliki harapan yang besar bahwa MTQ yang telah membudaya di tengah masyarakat di Tanah Air selain berkembang dari segi syiar dan kualitas penyelenggaraannya juga dapat mewarnai wajah umat Islam dan bangsa Indonesia.
Menurut dia, tujuan dan makna kegiatan MTQ bukan sekadar prestasi yang utama.
"Namun yang lebih utama lagi adalah syiar dan dakwah tentang bagaimana membumikan Al-Quran," katanya.
Mantan Gubernur DKI itu ingin agar Al Quran dijadikan sebagai nafas, sebagai pegangan hidup yang hakiki, dan sebagai kepribadian masyarakat Muslim di Tanah Air.
Ia menyayangkan sekarang ini masih banyak orang mudah mencela, mudah mengumpat, mudah merendahkan orang lain, mudah mengejek, mudah menjelek-jelekkan orang lain, bahkan sopan santun pun diabaikan.
"Ungkapan pedas, ujaran kebencian yang asal bunyi bertebaran luar biasa khususnya di ranah media sosial. Ungkapan tersebut semakin menghebat saat terjadi konstetasi politik seperti pemilihan gubernur, pemilihan bupati, pemilihan walikota, pemilihan presiden, serta pemilihan anggota legislatif," katanya.
Kandidat lain, kata Presiden, tidak lagi dilihat sebagai sahabat, teman, atau mitra melainkan dianggap sebagai musuh yang harus dihabisi.
"Selain itu saya berharap agar hakikat makna dan tujuan MTQ kita pegang teguh sehingga Al-Quran benar-benar kita resapi, kita hayati, kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Sebab, kata Presiden, saat seseorang menggaungkan Al-Quran maka sebenarnya sedang mengagungkan nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kesalehan sosial, nilai-nilai yang mengutamakan pembelaan pada yang lemah, fakir, dan miskin bukan nilai-nilai keserakahan seperti mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.
Pada kesempatan itu, Presiden memberikan sambutan dan pemukulan gendeng beleg sebagai tanda peresmian Pembukaan MTQ Tingkat Nasional XXVI Tahun 2016.
Setelah pemukulan gendeng beleg oleh Presiden juga disajikan atraksi 26 penabuh gendang beleg.
Pejabat yang mendampingi Presiden pada acara itu yakni Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Gubernur NTB TGB Zainul Majdi.
Pembukaan MTQ Nasional dan Konferensi Islam Internasional Washatiyah itu juga dihadiri 30 duta besar dari negara sahabat, terutama dari negara-negara Timur Tengah dan para gubernur dan bupati/wali kota dari berbagai provinsi di Tanah Air.
Acara tersebut juga disaksikan sekitar 5.000 orang dari para kafilah, termasuk masyarakat NTB.