Borobudur, Antara Jateng - Balai Konservasi Borobudur (BKB) mengemukakan pentingnya Zona I Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dikembangkan menjadi tempat wisata edukasi terutama terkait dengan botani.

"Ke depannya bisa dikembangkan untuk tempat wisata edukasi, terutama terkait dengan botani," kata Kepala BKB Marsis Sutopo di Borobudur, Rabu.

Ia mengatakan hal itu di sela penanaman pohon bodhi (Ficus religiosa) di Lapangan Gunadharma sebelah barat Candi Borobudur. Sebanyak dua pohon bodhi yang ditanam di tempat itu, bantuan dari Perhimpunan Fu Jing Yogyakarta.

Ia menjelaskan tentang pentingnya generasi muda Indonesia mengetahui dengan baik kekayaan alam termasuk terkait dengan botani.

Pohon bodhi termasuk kategori langka, sedangkan bagi umat Buddha dianggap suci karena pada sekitar 2500 tahun lalu menjadi tempat Sidharta Gautama memperoleh penerangan sempurna melalui meditasinya untuk selanjutnya menjadi Sang Buddha Gautama.

Pada kesempatan itu, Marsis menyambut positif penanaman pohon bodhi di kompleks Candi Borobudur, antara lain menambah kekayaan pepohonan di objek wisata yang juga warisan budaya dunia itu.

Ia mengatakan di Zona I luar Candi Borobudur, termasuk Lapangan Gunadharma, memang untuk penanaman berbagai pohon langka. Beberapa pohon terkait dengan relief di candi yang dibangun sekitar abad ke-8 masa pemerintahan Dinasti Syailendra tersebut, tumbuh subur di kawasan itu.

Sekitar lima pohon bodhi, katanya, juga tumbuh cukup besar di halaman Candi Borobudur, dengan salah satunya berupa turunan pohon bodhi yang asli dari tempat meditasi Sidharta Gautama.

Koordinator Perhimpunan Fu Jing Yogyakarta Handoyo Wibowo (Koh Hwat) menyatakan dua pohon bodhi yang ditanam itu, panjangnya 3,5 meter dan tinggi enam meter. Pohon tersebut didatangkan dari Kediri, Jawa Timur

"Kami ingin mengungkapkan perhatian terhadap konservasi Candi Borobudur melalui bantuan pohon ini, wujud cinta kami kepada Candi Borobudur, dan harapannya menjadi bahan studi generasi muda kita," katanya.

Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024