Kudus, Antara Jateng - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, memprediksi kebutuhan air bersih pelanggan selama bulan puasa meningkat hingga 20 persen, kata Direktur PDAM Kabupaten Kudus Ahmadi Syafa.

"Kebutuhan rata-rata pelanggan rumah tangga selama ini sekitar 18 meter kubik per bulannya, sedangkan pada bulan ramadhan bisa naik hingga hingga 20-an persen menjadi 21,6 meter kubik per bulannya," ujarnya di Kudus, Sabtu.

Meskipun ada kenaikan kebutuhan, kata dia, pasokan air untuk pelanggan dijamin terpenuhi, mengingat didukung 42 sumur produksi.

Prediksi kenaikan, kata dia, disesuaikan dengan jumlah pelanggan saat mencapai 37.000 pelanggan.

Sementara pasokan air bersih yang perlu disediakan untuk menghadapi lonjakan kebutuhan pelanggan, mencapai 750.000 kubik per bulan.

Untuk memastikan kebutuhan air bersih pelanggan selama bulan puasa terpenuhi dengan lancar, PDAM Kudus menerjunkan tim khusus untuk melakukan pengecekan pipa jaringan PDAM.

"Jangan sampai saat kebutuhan pelanggan meningkat justru terganggu jaringan pipa yang bocor atau gangguan lainnya," ujarnya.

Dari hasil pengecekan petugas di lapangan, berhasil ditemukan kebocoran pada jaringan distribusi utama dengan ukuran 8 inc.

Pipa tersebut, diperkirakan bocor sejak tiga hari lalu.

"Potensi kerugiannya diprediksi mencapai Rp50 jutaan dengan kebocoran per harinya mencapai 20 meter kubik," ujarnya.

Akibat kebocoran tersebut, lanjut dia, pelanggan PDAM tentu terganggu, sehingga pengecekan keandalan jaringan menjadi perhatian utama, khususnya pada saat terjadi kenaikan kebutuhan kebocoran bersih.

Sebelumnya, kata dia, upaya pengecekan jaringan juga dilakukan secara periodik, namun dengan jumlah personel yang tidak sebanyak saat ini

Pasalnya, kata dia, panjang jaringan pipa PDAM Kudus mencapai 15.000 kilometer sirkuit (Kms) .

Selain untuk menjamin kelancaran pasokan air bersih, kata dia, pengecekan jaringan pipa PDAM juga untuk menekan tingkat kebocoran air atau non revenue water (NRW) pada jaringan distribusi ke pelanggan.

Sepanjang bulan April 2016, kata dia, tingkat NRW berhasil ditekan menjadi 19,8 persen, dibanding sebelumnya lebih dari 20 persen.

Kebocoran tersebut, kata dia, disebabkan karena kerusakan jaringan karena ada yang masih berusia tua.

Faktor lainnya, karena risiko teknis saat penyambungan jaringan pipa ke pelanggan, pencurian, dan proses pembuangan udara untuk penggelontoran air pertama kali ke pelanggan, serta proses pencucian pipa jaringan.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : hernawan
Copyright © ANTARA 2024