Borobudur, Antara Jateng - Nilai-nilai universal tentang Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memperkaya moral spiritual masyarakat yang dibutuhkan untuk kebaikan hidup individu maupun bersama, kata rohaniwan Buddha Biksu Sri Pannyavaro Mahathera.
"Semoga nilai-nilai berharga dari bagunan tua Borobudur bisa memberi manfaat tidak hanya bagi turis, tetapi juga memperkaya moral spiritual masyarakat," katanya di Borobudur, Kamis.
Biksu Pannyavaro yang juga Kepala Wihara Mendut Kabupaten Magelang mengemukakan hal tersebut setelah pembukaan "Borobudur International Buddhist Conference" di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur (19-20 Mei 2016) dengan diikuti ratusan biksu dan umat Buddha berasal dari tujuh negara.
Ia mengaku sudah berbicara dengan Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Edy Setijono terkait dengan pengembangan Candi Borobudur sebagai "monumen hidup".
"Borobudur tidak sekadar sisa-sisa batu-batu dari zaman dulu, tetapi batu-batu itu, yang meskipun tidak utuh lagi, menyampaikan pesan-pesan filosofis, pesan-pesan moral yang saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat," ujarnya.
Ia mengemukakan tentang nilai-nilai kebinekaan yang terkandung di Candi Borobudur tetapi juga berbagai nilai universal yang dibutuhkan seluruh umat manusia, antara lain tentang moral, cinta kasih, tanggung jawab, setia kawan, kerja keras, kebersamaan, sikap malu berbuat buruk, dan peduli kepada mereka yang menderita.
"Nilai-nilai itu universal, yang ada pada semua agama. Dan Borobudur kaya dengan nilai-nilai itu," ucapnya.
Ia mengakui pemanfaatan Candi Borobudur saat ini tidak hanya menitikberatkan kepada hal-hal yang spiritual, akan tetapi juga kepariwisataan.
Berbagai pemangku kepentingan atas Candi Borobudur, katanya, berkehendak baik mengangkat apa yang lebih dari warisan budaya dunia tersebut, sehingga pengunjung tidak sekadar mengagumi bangunan bersejarah yang besar, tetapi juga nilai-nilai yang dikandungnya.
Ia mengatakan semua kalangan dan lapisan masyarakat, termasuk umat Buddha, bisa menggunakan Borobudur selama tidak mengganggu keberadaan candi yang dibangun sekitar abad ke-8 masa pemerintahan Dinasti Syailendra itu.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Dasikin mengatakan salah satu keunikan Candi Borobudur menyangkut relief-relief pada dinding candi tersebut yang sebagai cermin refleksi pikiran manusia dalam berkomunikasi dengan Tuhan.
Ia menyebut lumrah jika saat ini Candi Borobudur juga berkembang sebagai tempat wisata.
"Biarlah Borobudur milik masyarakat dunia dengan berbagai tujuan, seperti penelitian dan wisata religi, untuk mengungkapkan nilai-nilai universal. Spiritualitas Borobudur untuk umat manusia di dunia, untuk membangun masyarakat yang religius dan harmonis," katanya.
"Semoga nilai-nilai berharga dari bagunan tua Borobudur bisa memberi manfaat tidak hanya bagi turis, tetapi juga memperkaya moral spiritual masyarakat," katanya di Borobudur, Kamis.
Biksu Pannyavaro yang juga Kepala Wihara Mendut Kabupaten Magelang mengemukakan hal tersebut setelah pembukaan "Borobudur International Buddhist Conference" di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur (19-20 Mei 2016) dengan diikuti ratusan biksu dan umat Buddha berasal dari tujuh negara.
Ia mengaku sudah berbicara dengan Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Edy Setijono terkait dengan pengembangan Candi Borobudur sebagai "monumen hidup".
"Borobudur tidak sekadar sisa-sisa batu-batu dari zaman dulu, tetapi batu-batu itu, yang meskipun tidak utuh lagi, menyampaikan pesan-pesan filosofis, pesan-pesan moral yang saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat," ujarnya.
Ia mengemukakan tentang nilai-nilai kebinekaan yang terkandung di Candi Borobudur tetapi juga berbagai nilai universal yang dibutuhkan seluruh umat manusia, antara lain tentang moral, cinta kasih, tanggung jawab, setia kawan, kerja keras, kebersamaan, sikap malu berbuat buruk, dan peduli kepada mereka yang menderita.
"Nilai-nilai itu universal, yang ada pada semua agama. Dan Borobudur kaya dengan nilai-nilai itu," ucapnya.
Ia mengakui pemanfaatan Candi Borobudur saat ini tidak hanya menitikberatkan kepada hal-hal yang spiritual, akan tetapi juga kepariwisataan.
Berbagai pemangku kepentingan atas Candi Borobudur, katanya, berkehendak baik mengangkat apa yang lebih dari warisan budaya dunia tersebut, sehingga pengunjung tidak sekadar mengagumi bangunan bersejarah yang besar, tetapi juga nilai-nilai yang dikandungnya.
Ia mengatakan semua kalangan dan lapisan masyarakat, termasuk umat Buddha, bisa menggunakan Borobudur selama tidak mengganggu keberadaan candi yang dibangun sekitar abad ke-8 masa pemerintahan Dinasti Syailendra itu.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Dasikin mengatakan salah satu keunikan Candi Borobudur menyangkut relief-relief pada dinding candi tersebut yang sebagai cermin refleksi pikiran manusia dalam berkomunikasi dengan Tuhan.
Ia menyebut lumrah jika saat ini Candi Borobudur juga berkembang sebagai tempat wisata.
"Biarlah Borobudur milik masyarakat dunia dengan berbagai tujuan, seperti penelitian dan wisata religi, untuk mengungkapkan nilai-nilai universal. Spiritualitas Borobudur untuk umat manusia di dunia, untuk membangun masyarakat yang religius dan harmonis," katanya.