Solo, Antara Jateng - Perayaan Hari Tari Dunia yang diawali oleh dua penari, Samsuri, dosen Fakultas Seni Ilmu Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Mudjo Setyo, personel Wayang Orang Bharata Jakarta untuk menari 24 jam non-setop, berlangsung meriah.
Rektor ISI Surakarta Sri Rochana W., saat membuka perayaan yang ke-10 itu di halaman rektorat setempat di Solo, Kamis, mengharapkan perayaan yang ke-10 dengan tema "Menyemai Rasa, Semesta Raga" memperkuat komitmen untuk menjadikan tari sebagai bagian penting mengisi dan memperkaya kehidupan.
"Bukan sekadar hiburan ringan semata dan bukan sekadar garapan fisik yang atraktif," kata Rochana.
Ia mengatakan dalam perayaan tersebut dipergelarkan berbagai kegiatan saling mendukung untuk mewadahi tema, di antaranya pergelaran tari selama 24 jam non-setop oleh lebih dari 168 kelompok seniman tari, pergelaran karya-karya empu atau maestro tari, seminar tari, dan orasi budaya bertema tari.
Samsuri dan Mudjo Setyo menari selama 24 jam non-setop, mulai Kamis pukul 16.10 WIB hingga Jumat (29/4) pukul 16.10 WIB, sedangkan di beberapa tempat lainnya juga digelar aneka suguhan tari.
Samsuri dan Mudjo Setyo, setelah mengikuti pembukaan acara itu, kemudian berjalan dengan diikuti berbagai peserta tari menuju Pendapa Gedung ISI Surakarta.
Sebelum menari 24 jam, Samsuri menyatakan kesiapannya melakukan kegiatan tersebut.
"Apapun yang terjadi akan saya lakukan untuk menari 24 jam ini," katanya.
Ia mengaku belajar menari sejak kuliah di kampus itu pada 1981 sampai selesai dan kemudian menjadi dosen tari di kampus setempat.
"Saya 10 bersaudara dan sebagian besar berkecimpung dalam dunia seni, untuk itu saya juga tidak asing mengenai tari," katanya.
Ia mengatakan ketika kuliah juga memimpin grup ketoprak dan wayang orang di Solo.
"Dalam menari 24 jam ini mengambil cerita 'Bima Mencari Ilmu di Dunia'," katanya.
Setelah pembukaan acara itu, dilanjutkan arak-arakan menuju pendopo kampus dengan diiringi, antara lain tarian "Buto Banyuwangi", "Baleganjur", dan masyarakat RW 12 Ngasinan, dilanjutkan tarian "Lilin", "Wersita", "Manipuri", "Ola Oleng", "Udang", "Tikus Pithi", "Golek Surung Dayung".
Pada Jumat (29/4), dilanjutkan dengan tarian "Gundang-Gundangan" dan "Dayang Rindu" dari Sanggar Sasana Budaya Bandar Lampung, "Men Duano" dari Padang Panjang, "Kusumaningrum" dari Sanggar Lentara Pendidikasn Sendratari FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Perayaan Hari Tari Dunia 2016 di kota itu di beberapa tempat, di antaranya Kompleks Kampus ISI Surakarta, Taman Sri Wedari, Jalan Jenderal Sudirman, dan berbagai mal di Kota Solo.
Rektor ISI Surakarta Sri Rochana W., saat membuka perayaan yang ke-10 itu di halaman rektorat setempat di Solo, Kamis, mengharapkan perayaan yang ke-10 dengan tema "Menyemai Rasa, Semesta Raga" memperkuat komitmen untuk menjadikan tari sebagai bagian penting mengisi dan memperkaya kehidupan.
"Bukan sekadar hiburan ringan semata dan bukan sekadar garapan fisik yang atraktif," kata Rochana.
Ia mengatakan dalam perayaan tersebut dipergelarkan berbagai kegiatan saling mendukung untuk mewadahi tema, di antaranya pergelaran tari selama 24 jam non-setop oleh lebih dari 168 kelompok seniman tari, pergelaran karya-karya empu atau maestro tari, seminar tari, dan orasi budaya bertema tari.
Samsuri dan Mudjo Setyo menari selama 24 jam non-setop, mulai Kamis pukul 16.10 WIB hingga Jumat (29/4) pukul 16.10 WIB, sedangkan di beberapa tempat lainnya juga digelar aneka suguhan tari.
Samsuri dan Mudjo Setyo, setelah mengikuti pembukaan acara itu, kemudian berjalan dengan diikuti berbagai peserta tari menuju Pendapa Gedung ISI Surakarta.
Sebelum menari 24 jam, Samsuri menyatakan kesiapannya melakukan kegiatan tersebut.
"Apapun yang terjadi akan saya lakukan untuk menari 24 jam ini," katanya.
Ia mengaku belajar menari sejak kuliah di kampus itu pada 1981 sampai selesai dan kemudian menjadi dosen tari di kampus setempat.
"Saya 10 bersaudara dan sebagian besar berkecimpung dalam dunia seni, untuk itu saya juga tidak asing mengenai tari," katanya.
Ia mengatakan ketika kuliah juga memimpin grup ketoprak dan wayang orang di Solo.
"Dalam menari 24 jam ini mengambil cerita 'Bima Mencari Ilmu di Dunia'," katanya.
Setelah pembukaan acara itu, dilanjutkan arak-arakan menuju pendopo kampus dengan diiringi, antara lain tarian "Buto Banyuwangi", "Baleganjur", dan masyarakat RW 12 Ngasinan, dilanjutkan tarian "Lilin", "Wersita", "Manipuri", "Ola Oleng", "Udang", "Tikus Pithi", "Golek Surung Dayung".
Pada Jumat (29/4), dilanjutkan dengan tarian "Gundang-Gundangan" dan "Dayang Rindu" dari Sanggar Sasana Budaya Bandar Lampung, "Men Duano" dari Padang Panjang, "Kusumaningrum" dari Sanggar Lentara Pendidikasn Sendratari FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Perayaan Hari Tari Dunia 2016 di kota itu di beberapa tempat, di antaranya Kompleks Kampus ISI Surakarta, Taman Sri Wedari, Jalan Jenderal Sudirman, dan berbagai mal di Kota Solo.