Kegiatan yang merupakan bagian dari Gerakan Tanam 1.000 cabai di sepanjang jalan Desa Banyuurip, Sabtu (9/4) tersebut mendapat dukungan dari Bupati Pati Haryanto.

Bupati berharap tanam cabai di pekarangan rumah tersebut dapat menghasilkan dan memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat secara mandiri. Apalagi cabai merupakan komoditas pertanian yang memiliki nilai pasar yang baik dan paling mudah tumbuh serta kebutuhan masyarakat akan cabai juga tinggi.

"Data dari Kementerian Pertanian menunjukan bahwa kebutuhan cabai setiap tahunnya mencapai 1,7 juta ton. Bahkan komoditas cabai menyumbang angka inflasi hingga 0,4 persen," kata Bupati Haryanto usai menanam cabai bersama KWT Berkah Lumintu.

Pemerintah memasukan cabai sebagai komoditas strategis dan mendapatkan perhatian lebih selain komoditas pangan lainnya, seperti beras, jagung, kedelai, daging sapi, dan gula.

"Harga cabai yang naik turun bisa mengganggu ketahanan ekonomi keluarga karena ketergantuan cabai sebagai bahan pangan. Untuk menyiasati hal tersebut diperlukan ide-ide inovatif seperti yang dilakukan KWT Berkah Lumintu dengan memanfaaatkan lahan pekarangan untuk menanam tanaman pangan yang menjadi kebutuhan keluarga," katanya.

Bupati berharap menaman cabai di pekarangan, tidak berhenti di KWT Berkah Lumintu, tetapi bisa lebih banyak yang mengikutinya oleh para ibu-ibu di luar Desa Banyuurip.

"Saya berharap akan lebih banyak lagi keluarga yang melakukan hal yang sama. Bayangkan saja, berapa banyak uang yang akan dihemat oleh satu keluarga dengan menanam cabai di pekarangan," katanya.

Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkah Lumintu Sri Ratnawati menambahkan bahwa dunia pertanian ke depan akan banyak berbasis pada pertanian organik sebagai penyedia pangan yang sehat dan hal tersebut dapat dimulai dengan menyediakan sayuran dan buah-buahan dari pekarangan rumah sendiri.

"Optimalisasi lahan pekarangan yang berbasis organik inilah yang dilakukan oleh KWT Berkah Lumintu. Meskipun, secara umum kegiatan KWT Berkah Lumintu adalah beternak kambing kemudian kotorannya dimanfaatkan sebagai pupuk kandang," katanya.

Kegiatan tersebut kemudian berkembang menjadi optimalisasi lahan pekarangan dengan berkebun secara organik guna penyediaan pangan yang sehat serta peningkatan pendapatan bagi keluarga. Dan juga ada simpan pinjam yang dananya berasal dari tabungan anggota itu sendiri. Terakhir, pengelolaan hasil pertanian dan arisan,” kata Sri Ratnawati.(hms)


Pewarta : Nazaruddin
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024