"Selama ini, para pengusaha skala mikro kan kesulitan dalam mengakses permodalan. Akhinya, banyak yang terjerat rentenir," kata pendiri dan Ketua Dewan Pengawas KSP Semar Joko Sambodo di Semarang, Kamis.

Mantan Direktur Pemasaran Bank Jateng itu, mengaku prihatin dengan banyaknya pengusaha sektor mikro terjerat rentenis, seperti pengusaha nasi kucing (angkringan), bakso, atau mi ayam keliling.

Maka dari itu, Joko mendirikan KSP Semar sejak Februari 2014 yang disusul status badan hukum yang ditetapkan pada September di tahun yang sama untuk membantu pengusaha mikro.

"Sampai sekarang ini, anggota KSP Semar sudah mencapai sekitar 1.000 orang. Kebanyakan, ya, pengusaha sektor mikro karena komitmen kami membantu dan memberdayakan mereka," katanya.

Baru dua tahun berjalan, aset KSP Semar yang semula hanya Rp345 juta sekarang ini sudah sekitar Rp9,3 miliar yang semuanya murni bersumber dari anggota yang tersebar di beberapa daerah.

Sebagai KSP yang berskala Jawa Tengah, Joko mengatakan berupaya membuka kantor-kantor perwakilan di beberapa kabupaten/kota, seperti di Kecamatan Gunungpati, Semarang, dan Kota Salatiga.

"Sekarang begini, penjual nasi kucing, misalnya. Mereka mau pinjam modal ke bank tidak punya jaminan dan persyaratannya 'njlimet'. Kalau koperasi kan tidak, yang penting jadi anggota," katanya.

Suku bunga pinjaman yang dikenakan pun, kata dia, kompeten dan tidak sampai melebihi lembaga-lembaga pinjaman lainnya, seperti bank umum, bank perkreditan rakyat (BPR), dan koperasi.

"Koperasi didirikan kan untuk anggota. Dana yang ditarik dari anggota, ya, dikembalikan lagi untuk menyejahterakan anggota," kata Joko yang pernah menjabat Direktur Operasional Bank Jateng itu.

Dengan berbagai kemudahan akses permodalan bagi anggota, kata pria kelahiran Surakarta, 10 November 1959 itu, semakin lama akan semakin banyak kalangan pengusaha mikro tertarik untuk bergabung.

Pewarta : -
Editor : Zuhdiar Laeis
Copyright © ANTARA 2024