Presiden Jokowi yang didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo hadir di "Auditorium Palace of Fine Arts", San Fransisco, Selasa sekitar pukul 18.45 waktu setempat atau Rabu sekitar pukul 09.45 WIB.
Konsul Jenderal RI di San Fransisco Ardi Hermawan pada kesempatan itu mengatakan jumlah masyarakat dan diaspora Indonesia yang hadir untuk bertemu Presiden sebanyak 800 orang.
"Jumlah yang hadir pada malam hari ini sebanyak 800 orang terdiri dari profesional dan pekerja IT, para peneliti, dan mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di universitas terkemuka di San Fransisco," ungkapnya.
Ada pula masyarakat dari kalangan sosial keagamaan, komunitas kedaerahan, pekerja seni yang tergabung dalam kelompok seni budaya dari Jawa, Sunda, Bali, dan kontemporer Bali.
"Banyaknya masyarakat Indonesia yang bekerja di Silicon Valley menunjukkan pengakuan kepada Indonesia," ucap Ardi Hermawan.
Presiden Jokowi yang hadir di lokasi yang mirip gedung teater itu mengatakan sejak menjabat sebagai Presiden, ia sudah dua kali ke AS.
"Saya sudah dua kali ke Amerika, jauh banget," katanya membuka pidatonya yang disambut dengan tawa oleh hadirin.
Pada kesempatan itu, Presiden mengatakan ingin menyampaikan beberapa hal yang terkait masalah dan tantangan yang dihadapi di Tanah Air.
Ia mencontohkan pada 2014 terjadi krisis Yunani dan ketika disiapkan langkah antisipasi justru muncul kendala lain yakni depresiasi mata uang yuan.
Ketika disiapkan antisipasinya, malah muncul penguatan suku bunga akibat kebijakan The Fed, hingga kemudian muncul masalah penurunan harga minyak.
"Dunia memang seperti itu," ujar Jokowi.
Jokowi menjelaskan akibat resesi global banyak negara di dunia yang mengalami pertumbuhan ekonomi minus, misalnya, Brasil minus 3, Rusia minus 5, dan lain-lain.
Namun, Indonesia berupaya untuk mengantisipasi sehingga pada kuartal pertama tahun lalu pertumbuhan ekonomi 5 persen, sempat turun pada kuartal kedua menjadi 4,68 persen, kemudian naik pada kuartal ketiga menjadi 4,7 persen, dan kuartal keempat kembali naik menjadi 5,04 persen.
Di hadapan masyarakat dan diaspora Indonesia di San Fransisco, Presiden juga menjelaskan soal kompetisi, termasuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah diberlakukan mulai Januari 2016.
"Kemarin kita masuk AEC yang sudah tidak bisa kita tolak lagi, di depan kita juga sudah ada TPP, di depan lagi ada RCEP blok Chinanya, ada FTA Uni Eropa, ini era keterbukaan," tuturnya.
Oleh karena itu untuk mendongkrak daya saing Indonesia, Pemerintah telah meluncurkan 10 paket kebijakan.
Pada kesempatan yang sama ia juga memaparkan tentang sejumlah proyek investasi yang sedang dibangun pemerintah di berbagai provinsi.
Konsul Jenderal RI di San Fransisco Ardi Hermawan pada kesempatan itu mengatakan jumlah masyarakat dan diaspora Indonesia yang hadir untuk bertemu Presiden sebanyak 800 orang.
"Jumlah yang hadir pada malam hari ini sebanyak 800 orang terdiri dari profesional dan pekerja IT, para peneliti, dan mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di universitas terkemuka di San Fransisco," ungkapnya.
Ada pula masyarakat dari kalangan sosial keagamaan, komunitas kedaerahan, pekerja seni yang tergabung dalam kelompok seni budaya dari Jawa, Sunda, Bali, dan kontemporer Bali.
"Banyaknya masyarakat Indonesia yang bekerja di Silicon Valley menunjukkan pengakuan kepada Indonesia," ucap Ardi Hermawan.
Presiden Jokowi yang hadir di lokasi yang mirip gedung teater itu mengatakan sejak menjabat sebagai Presiden, ia sudah dua kali ke AS.
"Saya sudah dua kali ke Amerika, jauh banget," katanya membuka pidatonya yang disambut dengan tawa oleh hadirin.
Pada kesempatan itu, Presiden mengatakan ingin menyampaikan beberapa hal yang terkait masalah dan tantangan yang dihadapi di Tanah Air.
Ia mencontohkan pada 2014 terjadi krisis Yunani dan ketika disiapkan langkah antisipasi justru muncul kendala lain yakni depresiasi mata uang yuan.
Ketika disiapkan antisipasinya, malah muncul penguatan suku bunga akibat kebijakan The Fed, hingga kemudian muncul masalah penurunan harga minyak.
"Dunia memang seperti itu," ujar Jokowi.
Jokowi menjelaskan akibat resesi global banyak negara di dunia yang mengalami pertumbuhan ekonomi minus, misalnya, Brasil minus 3, Rusia minus 5, dan lain-lain.
Namun, Indonesia berupaya untuk mengantisipasi sehingga pada kuartal pertama tahun lalu pertumbuhan ekonomi 5 persen, sempat turun pada kuartal kedua menjadi 4,68 persen, kemudian naik pada kuartal ketiga menjadi 4,7 persen, dan kuartal keempat kembali naik menjadi 5,04 persen.
Di hadapan masyarakat dan diaspora Indonesia di San Fransisco, Presiden juga menjelaskan soal kompetisi, termasuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah diberlakukan mulai Januari 2016.
"Kemarin kita masuk AEC yang sudah tidak bisa kita tolak lagi, di depan kita juga sudah ada TPP, di depan lagi ada RCEP blok Chinanya, ada FTA Uni Eropa, ini era keterbukaan," tuturnya.
Oleh karena itu untuk mendongkrak daya saing Indonesia, Pemerintah telah meluncurkan 10 paket kebijakan.
Pada kesempatan yang sama ia juga memaparkan tentang sejumlah proyek investasi yang sedang dibangun pemerintah di berbagai provinsi.