Alcatel ingin Flash cepat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Salah satu strateginya adalah fokus kepada komunitas online dan membawanya ke offline.
Berikut wawancara ANTARA News baru-baru ini dengan Country Marketing Manager Alcatel Indonesia, Eko Susanto.
Tanya (T): Fokus Alcatel di pasar Indonesia?
Jawab (J): Dari awal peluncuran Flash series kami sudah bilang bahwa kami fokus pada komunitas online, makanya kami berharap Flash adalah feedback dari customer. Itu yang kami buat menjadi device. Flash terlepas dari produk Alcatel, Flash benar-benar unik, bahkan layanan care tersendiri, layanan jual juga tersendiri, terpisah dari yang lainnya. Konsepnya online sharing dan online caring. Begitu ngomong online jangan tanggung-tanggung, jangan cuma jualan online, begitu rusak pun online.
T: Kenapa harus online?
J: Tanggapannya lebih cepat, lagi pula feedback-nya lebih beragam, tidak sekedar personal. Taruh lah kemarin ada komentar satu di forum yang baca enggak cuma satu orang, jadi lebih viral. Itu lebih hidup, dibandingkan kalau kita bicara offline, dengan customer service, penjelasan customer hanya didapat dari customer service, tidak ada komentar dari end-user lain. Tetapi, kalau di forum, banyak yang komentar, dan device confidence level jadi tinggi jatuhnya karena sudah melewati banyak tempaan.
T: Segmentasi Flash di Indonesia?
J: Middle. Berdasarkan survey, handphone di harga Rp 2,5 juta ke atas masih dimakan dengan brand-brand itu. Tapi, kalau untuk level tengah, selama spek-nya value for money, dalam arti, dengan harga segitu sudah mendapat spek yang luar biasa, dapat pelayanan yang lumayan bagus, sudah pasti customer nyaman. Makanya, Flash itu bisa dibilang beda. Pada dasarnya kami belum gaining benefit, dalam artian revenue, kami sedang mencari pengalaman pengguna untuk kami jadikan loyal user. Sama seperti Nokia pada zaman dulu, kalau punya Nokia pasti enggak mau dijual, pasti beli lagi.
T: Bagaimana Alcatel melihat pasar di Indonesia?
J: Seksi banget. Lautnya masih luas, ikannya masih sedikit.
T: Bagaimana bersaing dengan vendor-vendor lain?
J: Makanya kami punya Flash Community. Tidak hanya itu. Salah satu cara kami menanggulangi orang yang tidak percaya, untuk membuat confidence level tinggi, perlu testimonial dari orang yang sudah punya, reviewer.
T: Strategi Alcatel untuk bersaing?
J: Strateginya adalah dari customer kami berkembang, dari dan untuk Flash user. Itu yang sampai sekarang masih mumpuni, belum kepikiran untuk yang lain. Tetap ada pengembangan lho ya, sebelumnya enggak ada Flash Community, sebelumnya enggak ada online to offline gathering, sebelumnya belum pernah ada yang namanya Fota. Kalau ada perbaikan kami umumkan di forum. Customer dimanjakan deh, layanan customer kami antar jemput lho. Kami jemput handphone, kami kembalikan lagi, tidak ada biaya kirim selama masih ada asuransi, kami menyebutnya Flash Care.
T: Apa tantangan terbesar Alcatel untuk mengembangkan produk di Indonesia?
J: Masih soal internet. Makanya pangsa pasar terbesar kami masih di kota-kota besar, Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, walaupun sudah sampai Papua dan daerah-daerah terpencil karena kami juga bekerja sama dengan Lazada, tapi itu masih tantangan terbesar. Kalau saja semua sudah melek internet, pasti lebih gas pol.
T: Kontribusi Indonesia di pasar global Alcatel?
J: Perangkat Flash sale ini masih ditujukan untuk pasar Asia Tenggara, 7 negara. Soal kontribusi kami paling besar, bisa dilihat dari awareness, di Flash Community yang terbesar adalah dari Indonesia, yang kedua Filipina.
T: Mengenai tingkat kandungan dalam negeri perangkat 4G ?
J: Kami akan mengikuti kebijakan pemerintah. Sekarang sedang dalam proses pengajuan. Kami ikuti peraturan pemerintah 20 persen. Walaupun kami belum bisa bikin pabrik, tapi ada rekanan. Sudaa beberapa kandidat yang kami pilih.
T: Terkait keinginan Menkominfo Rudiantara agar setiap vendor dapat mengeluarkan ponsel di bawah Rp 1 juta, apakah Alcatel berniat untuk memenuhinya?
J: Kami sedang ada rencana. Market itu berkembang, yang soal di bawah Rp 1 juta, pastinya akan diproduksi di sini, kemungkinan ada.
T: Alcatel meluncurkan berapa produk dalam setahun?
J: Minimal kami ada empat device keluar selama setahun. Tahun ini yang akan keluar tiga, karena enggak keburu sama perijinan. Biasanya, setiap kuartal satu device. Syukur-syukur bisa dua seperti kemarin, penjualan Flash Plus berhenti untuk mengeluarkan Flash selanjutnya.
T: Target 2016?
J: Kami bisa merangkul pasar yang lebih besar dan kami bisa membuat komunitas online ke offline, kami bisa punya base camp dimana-mana untuk Flash user. Point utamanya, kami ingin tetap menjadi bagian dari pengembangan dari sisi orang yang internet-minded. Kami device yang fokus di online, punya kelebihan di offline. Karena kami tidak menjual brand, kami menjual pertemanan dan loyalitas.
Berikut wawancara ANTARA News baru-baru ini dengan Country Marketing Manager Alcatel Indonesia, Eko Susanto.
Tanya (T): Fokus Alcatel di pasar Indonesia?
Jawab (J): Dari awal peluncuran Flash series kami sudah bilang bahwa kami fokus pada komunitas online, makanya kami berharap Flash adalah feedback dari customer. Itu yang kami buat menjadi device. Flash terlepas dari produk Alcatel, Flash benar-benar unik, bahkan layanan care tersendiri, layanan jual juga tersendiri, terpisah dari yang lainnya. Konsepnya online sharing dan online caring. Begitu ngomong online jangan tanggung-tanggung, jangan cuma jualan online, begitu rusak pun online.
T: Kenapa harus online?
J: Tanggapannya lebih cepat, lagi pula feedback-nya lebih beragam, tidak sekedar personal. Taruh lah kemarin ada komentar satu di forum yang baca enggak cuma satu orang, jadi lebih viral. Itu lebih hidup, dibandingkan kalau kita bicara offline, dengan customer service, penjelasan customer hanya didapat dari customer service, tidak ada komentar dari end-user lain. Tetapi, kalau di forum, banyak yang komentar, dan device confidence level jadi tinggi jatuhnya karena sudah melewati banyak tempaan.
T: Segmentasi Flash di Indonesia?
J: Middle. Berdasarkan survey, handphone di harga Rp 2,5 juta ke atas masih dimakan dengan brand-brand itu. Tapi, kalau untuk level tengah, selama spek-nya value for money, dalam arti, dengan harga segitu sudah mendapat spek yang luar biasa, dapat pelayanan yang lumayan bagus, sudah pasti customer nyaman. Makanya, Flash itu bisa dibilang beda. Pada dasarnya kami belum gaining benefit, dalam artian revenue, kami sedang mencari pengalaman pengguna untuk kami jadikan loyal user. Sama seperti Nokia pada zaman dulu, kalau punya Nokia pasti enggak mau dijual, pasti beli lagi.
T: Bagaimana Alcatel melihat pasar di Indonesia?
J: Seksi banget. Lautnya masih luas, ikannya masih sedikit.
T: Bagaimana bersaing dengan vendor-vendor lain?
J: Makanya kami punya Flash Community. Tidak hanya itu. Salah satu cara kami menanggulangi orang yang tidak percaya, untuk membuat confidence level tinggi, perlu testimonial dari orang yang sudah punya, reviewer.
T: Strategi Alcatel untuk bersaing?
J: Strateginya adalah dari customer kami berkembang, dari dan untuk Flash user. Itu yang sampai sekarang masih mumpuni, belum kepikiran untuk yang lain. Tetap ada pengembangan lho ya, sebelumnya enggak ada Flash Community, sebelumnya enggak ada online to offline gathering, sebelumnya belum pernah ada yang namanya Fota. Kalau ada perbaikan kami umumkan di forum. Customer dimanjakan deh, layanan customer kami antar jemput lho. Kami jemput handphone, kami kembalikan lagi, tidak ada biaya kirim selama masih ada asuransi, kami menyebutnya Flash Care.
T: Apa tantangan terbesar Alcatel untuk mengembangkan produk di Indonesia?
J: Masih soal internet. Makanya pangsa pasar terbesar kami masih di kota-kota besar, Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, walaupun sudah sampai Papua dan daerah-daerah terpencil karena kami juga bekerja sama dengan Lazada, tapi itu masih tantangan terbesar. Kalau saja semua sudah melek internet, pasti lebih gas pol.
T: Kontribusi Indonesia di pasar global Alcatel?
J: Perangkat Flash sale ini masih ditujukan untuk pasar Asia Tenggara, 7 negara. Soal kontribusi kami paling besar, bisa dilihat dari awareness, di Flash Community yang terbesar adalah dari Indonesia, yang kedua Filipina.
T: Mengenai tingkat kandungan dalam negeri perangkat 4G ?
J: Kami akan mengikuti kebijakan pemerintah. Sekarang sedang dalam proses pengajuan. Kami ikuti peraturan pemerintah 20 persen. Walaupun kami belum bisa bikin pabrik, tapi ada rekanan. Sudaa beberapa kandidat yang kami pilih.
T: Terkait keinginan Menkominfo Rudiantara agar setiap vendor dapat mengeluarkan ponsel di bawah Rp 1 juta, apakah Alcatel berniat untuk memenuhinya?
J: Kami sedang ada rencana. Market itu berkembang, yang soal di bawah Rp 1 juta, pastinya akan diproduksi di sini, kemungkinan ada.
T: Alcatel meluncurkan berapa produk dalam setahun?
J: Minimal kami ada empat device keluar selama setahun. Tahun ini yang akan keluar tiga, karena enggak keburu sama perijinan. Biasanya, setiap kuartal satu device. Syukur-syukur bisa dua seperti kemarin, penjualan Flash Plus berhenti untuk mengeluarkan Flash selanjutnya.
T: Target 2016?
J: Kami bisa merangkul pasar yang lebih besar dan kami bisa membuat komunitas online ke offline, kami bisa punya base camp dimana-mana untuk Flash user. Point utamanya, kami ingin tetap menjadi bagian dari pengembangan dari sisi orang yang internet-minded. Kami device yang fokus di online, punya kelebihan di offline. Karena kami tidak menjual brand, kami menjual pertemanan dan loyalitas.