"Rata-rata penurunan omzet setiap tahun antara 3-5 persen," kata Ketua Apepi Kota Semarang Bambang Yuwono di Semarang, Selasa.

Pihaknya menyatakan penurunan sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu seiring dengan maraknya ponsel cerdas dan gadget di kalangan anak muda. Banyak anak muda memilih telepon pintar premium berharag jutaan rupiah ketimbang membeli perhiasan emas.

"Bahkan, akhir tahun yang dulunya berdampak pada peningkatan penjualan perhiasan, akhir-akhir ini sudah tidak lagi memberikan dampak yang sama," katanya.

Selain maraknya ponsel cerdas, faktor lain yang memberikan dampak pada penurunan penjualan tersebut adalah daya beli masyarakat yang cenderung menurun.

"Orang tentu lebih mengutamakan membelanjakan uang untuk kebutuhan primer, sedangkan perhiasan bukan merupakan kebutuhan primer," katanya.

Bahkan, penurunan harga emas yang sempat terjadi beberapa waktu lalu tidak berdampak pada kenaikan penjualan.

"Dua hari yang lalu harga emas sempat mencapai angka Rp470 ribu/gram, kalau sekarang kan sudah mencapai Rp488 ribu/gram. Penurunan beberapa waktu lalu tersebut nyatanya tidak berdampak pada kenaikan penjualan perhiasan," katanya.

Meski tidak banyak laku seperti beberapa tahun lalu, diakuinya pembeli perhiasan emas tetap masih ada.

"Kalau untuk kalangan menengah ke atas biasanya membeli yang kadar emasnya 75 persen yaitu dengan harga Rp425 ribu/gram, sedangkan untuk kalangan menengah ke bawah banyak yang membeli perhiasan yang berkadar emas 42 persen dengan harga Rp240 ribu-250 ribu/gram," katanya.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024