"Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan meski tipis yang lebih disebabkan faktor teknikal, karena sentimen yang ada seharusnya dapat memperkuat laju rupiah," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid VIII serta rencana pemerintah menurunkan harga BBM seharusnya dapat menjadi sentimen positif.
"Isi paket kebijakan VIII yang masih mengedepankan deregulasi di bidang investasi dapat menggairahkan pasar uang. Di sisi lain, rencana pemerintah menurunkan harga BBM akan menjaga inflasi rendah ke depannya," katatnya.
Ia memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah dapat berbalik arah ke area positif menyusul sentimen dari dalam negeri cukup positif. Ditambah kondisi dolar AS di pasar uang global sedang tertekan akibat harga minyak mentah dunia yang mulai naik.
"Harga minyak dunia yang naik seharusnya akan menekan laju dolar AS," katanya.
Ia menambahkan bahwa hilangnya ketidakpastian dari bank sentral Amerika Serikat juga akan dapat menjadi pendukung bagi laju mata uang rupiah untuk kembali berada di area positif.
Analis dari LBP Enterprise, Lucky Purnomo, menambahkan, rupiah masih berada dalam kisaran yang stabil di Rp13.600 per dolar AS, harapan dari paket kebijakan ekonomi menjadi salah satu faktor pendukung mata uang domestik bergerak stabil.
"Sebanyak delapan paket kebijakan ekonomi telah diluncurkan oleh pemerintah hingga menjelang akhir tahun 2015, itu memberi kepercayaan pasar terhadap perekonomian domestik," katanya.
Menurut dia, paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid VIII serta rencana pemerintah menurunkan harga BBM seharusnya dapat menjadi sentimen positif.
"Isi paket kebijakan VIII yang masih mengedepankan deregulasi di bidang investasi dapat menggairahkan pasar uang. Di sisi lain, rencana pemerintah menurunkan harga BBM akan menjaga inflasi rendah ke depannya," katatnya.
Ia memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah dapat berbalik arah ke area positif menyusul sentimen dari dalam negeri cukup positif. Ditambah kondisi dolar AS di pasar uang global sedang tertekan akibat harga minyak mentah dunia yang mulai naik.
"Harga minyak dunia yang naik seharusnya akan menekan laju dolar AS," katanya.
Ia menambahkan bahwa hilangnya ketidakpastian dari bank sentral Amerika Serikat juga akan dapat menjadi pendukung bagi laju mata uang rupiah untuk kembali berada di area positif.
Analis dari LBP Enterprise, Lucky Purnomo, menambahkan, rupiah masih berada dalam kisaran yang stabil di Rp13.600 per dolar AS, harapan dari paket kebijakan ekonomi menjadi salah satu faktor pendukung mata uang domestik bergerak stabil.
"Sebanyak delapan paket kebijakan ekonomi telah diluncurkan oleh pemerintah hingga menjelang akhir tahun 2015, itu memberi kepercayaan pasar terhadap perekonomian domestik," katanya.