Kapal barang bermuatan penumpang tersebut mengalami mati mesin akibat dihantam gelombang sekitar dua meteran di perairan Karimata Kayong Utara.
Namun, kapal berbahan fiber itu tidak tenggelam dan hanya mengapung-apung selama berjam-jam di perairan sekitar 16 mil dari Muara Ketapang.
Akhirnya, tim pencari dan penyelamat (search and rescue/SAR) berhasil menemukan mereka dan mengevakuasi dibantu personel TNI Angkatan Laut (AL) dan Komando Distrik Militer (Kodim) Ketapang, sekira pukul 05.00 WIB.
Seluruh penumpang berhasil di evakuasi dan selamat hingga dibawa kembali ke Ketapang.
Saat dikonfirmasi, Kepala Basarnas Ketapang, Kamel, mengemukakan bahwa kalau informasi yang di dapat pihaknya ada kapal barang yang juga mengangkut penumpang tersebut berangkat dari Ketapang menuju Karimata pada Kamis (24/12) sekitar pukul 19.00 WIB.
Kapal mengalami mati mesin lantaran dihantam gelombang setinggi dua meteran sekira pukul 21.00 WIB.
"Jadi, saat dihantam gelombang, kapal mencoba kembali arah lagi ke Ketapang karena memang masih lebih dekat di Ketapang, tetapi mesin kapal mati, sehingga kapal menjadi oleng," ujarnya
Pihak kapal tidak dapat melakukan komunikasi lantaran terkendala sinyal di tengah cuaca buruk.
Namun, awak kapal sekira pukul 23.00 WIB berhasil menghubungi salah satu rekan mereka yang berada di darat yang kemudian berkoordinasi dan memberi laporan ke Basarnas Ketapang.
"Kita pun langsung mempersiapkan diri dan peralatan, namun kita baru bergerak sekitar pukul 05.00 WIB lantaran kita baru mendapatkan informasi valid di mana lokasi kapal tersebut. Ternyata, lokasi kapal sekitar 16 mil dari muara Ketapang," katanya.
Kamel menjelaskan, pihaknya sempat mengalami kendala dalam mengevakuasi korban karena cuaca buruk, dan gelombang laut setinggi sekira 1,5 meter masih menerjang.
"Evakuasi kita lakukan dua kali, evakuasi pertama pukul 05.00 kita utamakan membawa ibu-ibu dan anak-anak sebanyak 28 orang, kemudian evakuasi kedua kita bawa 19 orang," katanya.
Ia menimpali, "Kapal tersebut dibawa oleh kaptennya dengan kondisi kapal masih tidak normal, dan akhirnya berhasil mendarat di demaga Ketapang."
Menurut Kamel, memang kapal tidak mengalami kerusakan fisik, hanya saja kondisi mesin kapal yang mati sehingga kapal terapung-apung di permukaan air dan dikhawatirkan dapat membuat kapal tenggelam lantaran gelombang besar.
Selain itu, menurut dia, beruntung pompa mesin air di kapal terus dihidupkan sehingga kapal tidak tenggelam.
Fitri (17), salah satu siswi di SMAN 1 Sukadana, Kabupaten Kayong Utara asal Dusun Kelumpang, Desa Batok Jaya, Kecamatan Kepulauan Karimata, yang menjadi salah seorang penumpang kapal tersebut mengaku traumatis.
Ia pun mengaku, sempat pingsan lantaran kapal yang ditumpanginya terombang ambing dihantam ombak di lautan.
"Awalnya kapal berjalan lancar dari Ketapang, tapi tiba-tiba ada gelombang besar dan mesin kapal tiba-tiba mati sekitar pukul 22.00 WIB," katanya di kantor Basarnas Ketapang.
Akibatnya dirinya yang tidak tahan mengalami mabuk sebelum akhirnya sempat pingsan.
"Ya, masih trauma, soalnya baru pertama kali hal ini terjadi. Biasanya saya naik kapal tidak pernah seperti ini," katanya.
Ia menjelaskan, banyak penumpang yang juga mulai ketakutan akibat terombang-ambing, dan di kapal tidak disiapkan baju pelampung maupun pengaman lainnya.
"Saya berharap ke depan tiap kapal ada mesin cadangan, kemudian harus disiapkan baju pelampung," demikian Fitri.
Namun, kapal berbahan fiber itu tidak tenggelam dan hanya mengapung-apung selama berjam-jam di perairan sekitar 16 mil dari Muara Ketapang.
Akhirnya, tim pencari dan penyelamat (search and rescue/SAR) berhasil menemukan mereka dan mengevakuasi dibantu personel TNI Angkatan Laut (AL) dan Komando Distrik Militer (Kodim) Ketapang, sekira pukul 05.00 WIB.
Seluruh penumpang berhasil di evakuasi dan selamat hingga dibawa kembali ke Ketapang.
Saat dikonfirmasi, Kepala Basarnas Ketapang, Kamel, mengemukakan bahwa kalau informasi yang di dapat pihaknya ada kapal barang yang juga mengangkut penumpang tersebut berangkat dari Ketapang menuju Karimata pada Kamis (24/12) sekitar pukul 19.00 WIB.
Kapal mengalami mati mesin lantaran dihantam gelombang setinggi dua meteran sekira pukul 21.00 WIB.
"Jadi, saat dihantam gelombang, kapal mencoba kembali arah lagi ke Ketapang karena memang masih lebih dekat di Ketapang, tetapi mesin kapal mati, sehingga kapal menjadi oleng," ujarnya
Pihak kapal tidak dapat melakukan komunikasi lantaran terkendala sinyal di tengah cuaca buruk.
Namun, awak kapal sekira pukul 23.00 WIB berhasil menghubungi salah satu rekan mereka yang berada di darat yang kemudian berkoordinasi dan memberi laporan ke Basarnas Ketapang.
"Kita pun langsung mempersiapkan diri dan peralatan, namun kita baru bergerak sekitar pukul 05.00 WIB lantaran kita baru mendapatkan informasi valid di mana lokasi kapal tersebut. Ternyata, lokasi kapal sekitar 16 mil dari muara Ketapang," katanya.
Kamel menjelaskan, pihaknya sempat mengalami kendala dalam mengevakuasi korban karena cuaca buruk, dan gelombang laut setinggi sekira 1,5 meter masih menerjang.
"Evakuasi kita lakukan dua kali, evakuasi pertama pukul 05.00 kita utamakan membawa ibu-ibu dan anak-anak sebanyak 28 orang, kemudian evakuasi kedua kita bawa 19 orang," katanya.
Ia menimpali, "Kapal tersebut dibawa oleh kaptennya dengan kondisi kapal masih tidak normal, dan akhirnya berhasil mendarat di demaga Ketapang."
Menurut Kamel, memang kapal tidak mengalami kerusakan fisik, hanya saja kondisi mesin kapal yang mati sehingga kapal terapung-apung di permukaan air dan dikhawatirkan dapat membuat kapal tenggelam lantaran gelombang besar.
Selain itu, menurut dia, beruntung pompa mesin air di kapal terus dihidupkan sehingga kapal tidak tenggelam.
Fitri (17), salah satu siswi di SMAN 1 Sukadana, Kabupaten Kayong Utara asal Dusun Kelumpang, Desa Batok Jaya, Kecamatan Kepulauan Karimata, yang menjadi salah seorang penumpang kapal tersebut mengaku traumatis.
Ia pun mengaku, sempat pingsan lantaran kapal yang ditumpanginya terombang ambing dihantam ombak di lautan.
"Awalnya kapal berjalan lancar dari Ketapang, tapi tiba-tiba ada gelombang besar dan mesin kapal tiba-tiba mati sekitar pukul 22.00 WIB," katanya di kantor Basarnas Ketapang.
Akibatnya dirinya yang tidak tahan mengalami mabuk sebelum akhirnya sempat pingsan.
"Ya, masih trauma, soalnya baru pertama kali hal ini terjadi. Biasanya saya naik kapal tidak pernah seperti ini," katanya.
Ia menjelaskan, banyak penumpang yang juga mulai ketakutan akibat terombang-ambing, dan di kapal tidak disiapkan baju pelampung maupun pengaman lainnya.
"Saya berharap ke depan tiap kapal ada mesin cadangan, kemudian harus disiapkan baju pelampung," demikian Fitri.