Pada Kamis (24/12) malam itu terdengar lagu rohani "Malam Kudus" dari Kapel Santa Maria Regina Pacis Kelurahan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang terletak di tepi areal sawah setempat.
Lagu yang dilantunkan sekelompok paduan suara tersebut, selain mengiring umat memulai perayaan misa kudus malam Natal, juga seakan mengiring manuk "dares" bertengger di sarang yang dibuat petani di sawahnya itu.
Sejenak kemudian, suara kodok dan jengkerik dari berbagai tempat bersahut-sahutan seakan tiada henti, turut mengiring umat di kapel setempat merayakan peringatan malam kelahiran Yesus Kristus. Misa yang diawali lantunan lagu rohani "Malam Kudus" tersebut, dipimpin oleh Romo Ignatius Dradjat Soesilo.
Lirik lagu "Malam Kudus" yang aslinya "Stille Nacht" itu, diciptakan oleh Pastor Joseph Mohr pada 1816 ketika bertugas di gereja di Desa Mariapfarr, Lungau, Pegunungan Alpen, Austria.
Ketika hendak memimpin misa Natal 1818 di Gereja Santo Nikolaus, Obendorf, Salzburg, Austria, Mohr menyerahkan lirik itu kepada pemimpin koor gereja setempat, Franz Gruber.
Gruber yang juga seorang guru sekolah dasar setempat kemudian menggubah melodinya dan selanjutnya lagu "Malam Kudus" dilantunkan pertama kali pada misa malam Natal, 24 Desember 1818.
Lagu "Malam Kudus" selanjutnya hingga saat ini menjadi tanda kegembiraan dan kedamaian umat kristiani saat merayakan pesta rohani, Natal.
Sebagaimana umat di wilayah Gereja Santo Nikolaus, Obendorf, Salzburg, Austria, kala itu bergembira mendengar Pastor Mohr dan Gruber membawakan pertama kali lagu "Malam Kudus" tersebut, demikian pula umat Katolik Wilayah Santa Maria Regina Pacis Secang terkesan takzim, gembira, dan kepenuhan kedamaian saat merayakan malam Natal 2015.
Kedamaian bermalam Natal umat Katolik di kota kecil, kawasan perbatasan antara Kabupaten Magelang dengan Temanggung itu, seolah makin terasa dengan kelebatan seekor burung sriti di langit-langit kapel, bagaikan menari-nari mengikuti lantunan tembang legenda Natal, "Malam Kudus".
Suasana misa malam Natal yang sederhana dijalani umat setempat barangkali memang gayung bersambut dengan tema Natal tahun ini, "Menghadirkan Tuhan dalam Kelestarian Alam bagi Kehidupan Menggereja, Keluarga, dan Masyarakat".
"Syukur kepada Tuhan karena malam ini kita bisa bersama-sama merayakan malam Natal dalam suasana cerah. Umat Secang bergembira, karena sanak keluarga yang merantau, bisa pulang untuk merayakan bersama di kapel ini," kata Ketua Wilayah Gereja Santa Maria Regina Pacis Secang Marcus Ngadiyono.
Mereka, katanya dalam sambutan di hadapan umat, antara lain ada yang datang dari Jakarta, Bandung, Cilacap, Yogyakarta, Salatiga, Semarang, dan Surabaya.
"Ini anugerah yang luar biasa," ucapnya.
Kepala Gereja Kevikepan Kedu Romo Fransiskus Xaverius Krisno Handoyo pada kesempatan berbeda, mengatakan berbagai gereja dan kapel di wilayah kevikepan setempat yang meliputi Kota Magelang, Kabupaten Magelang, dan Temanggung, menyelenggarakan misa Natal.
"Natal tahun ini juga menjadi kesempatan yang baik bagi keluarga-keluarga kristiani untuk merefleksikan makna kerahiman Allah, melalui peristiwa kelahiran Yesus," katanya.
Perayaan misa kudus malam Natal di Kapel Secang itu, antara lain ditandai dengan pemberkatan gua natal oleh Romo Drajat. Gua natal yang berupa pernak-pernik keluarga kudus (Maria, Yosep, dan bayi Yesus), para gembala, domba, unta, patung tiga raja, pohon natal, dan lampu kerlap-kerlip aneka warna itu, dibangun umat di samping altar misa.
Pada kesempatan di depan gua natal itu, juga diungkapkan doa, harapan, dan pujian syukur secara khusus oleh perwakilan umat Katolik Secang yang terdiri masing-masing seorang bapak, ibu, remaja, dan anak.
Dalam khotbahnya, Romo Drajat yang sehari-hari bertugas sebagai Minister Seminari Menengah Mertoyudan Kabupaten Magelang, tempat pendidikan para calon imam Katolik, mengemukakan bahwa damai Natal bukan hanya tercurah kepada umat dan keluarga kristiani, namun juga alam semesta.
Malam Natal yang kudus juga menjadi momentum umat untuk merenungkan tentang lingkungan alam karya Allah itu, yang harus juga dijaga dan dilestarikan oleh manusia.
"Paus Fransiskus (pemimpin tertinggi Gereja Katolik berkedudukan di Vatikan, Roma, red.) mengajak kita untuk peduli terhadap lingkungan. Jangan biarkan lahan menjadi kosong dan 'bero' (tak ditanami), tetapi dimanfaatkan supaya bisa membawa kesegaran dan kesejahteraan lingkungan. Jangan biarkan air hujan mengalir hilang begitu saja. Paus menganjurkan kita membuat resapan untuk menampung air hujan, untuk mengatasi krisis air," katanya.
Ia juga mengemukakan tentang keprihatinan atas pemanfaatan lingkungan alam oleh manusia pada zaman ini yang tak memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepentingan generasi kehidupan pada masa mendatang.
Krisis air bersih di alami masyarakat di berbagai tempat, katanya, terjadi terutama karena sikap manusia yang mementingkan diri sendiri dan tidak peduli tehadap lingkungan.
Oleh karena itu, katanya, pelestarian terhadap lingkungan dan penyelamatan terhadap alam harus menjadi upaya kebaikan umat dalam mewujudkan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari.
"Kadang-kadang itu sulit dilakukan, tetapi Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Ia selalu hadir terlebih dalam situasi sulit yang dihadapi manusia. Dia memberikan jaminan tidak pernah meninggalkan kita, Dia tidak pernah membiarkan kita sendiri, Dia selalu menyertai kita dengan cara yang kadang-kadang tidak bisa kita pahami dan prediksi. Oleh karenanya, kita harus selalu penuh pengharapan," ucapnya.
Pesan gembira dan kedamaian dalam perayaan Natal tahun ini, bukan semata-mata menyentuh umat dan keluarga-keluarga kristiani, namun juga damai untuk lingkungan alam sekitarnya.
"Supaya kita bisa merayakan Natal dengan gembira, kita kuatkan semangat peduli terhadap lingkungan sekitar. Jangan biarkan anak cucu kita mengalami kiris ekologi," kata Romo Drajat.
Lagu yang dilantunkan sekelompok paduan suara tersebut, selain mengiring umat memulai perayaan misa kudus malam Natal, juga seakan mengiring manuk "dares" bertengger di sarang yang dibuat petani di sawahnya itu.
Sejenak kemudian, suara kodok dan jengkerik dari berbagai tempat bersahut-sahutan seakan tiada henti, turut mengiring umat di kapel setempat merayakan peringatan malam kelahiran Yesus Kristus. Misa yang diawali lantunan lagu rohani "Malam Kudus" tersebut, dipimpin oleh Romo Ignatius Dradjat Soesilo.
Lirik lagu "Malam Kudus" yang aslinya "Stille Nacht" itu, diciptakan oleh Pastor Joseph Mohr pada 1816 ketika bertugas di gereja di Desa Mariapfarr, Lungau, Pegunungan Alpen, Austria.
Ketika hendak memimpin misa Natal 1818 di Gereja Santo Nikolaus, Obendorf, Salzburg, Austria, Mohr menyerahkan lirik itu kepada pemimpin koor gereja setempat, Franz Gruber.
Gruber yang juga seorang guru sekolah dasar setempat kemudian menggubah melodinya dan selanjutnya lagu "Malam Kudus" dilantunkan pertama kali pada misa malam Natal, 24 Desember 1818.
Lagu "Malam Kudus" selanjutnya hingga saat ini menjadi tanda kegembiraan dan kedamaian umat kristiani saat merayakan pesta rohani, Natal.
Sebagaimana umat di wilayah Gereja Santo Nikolaus, Obendorf, Salzburg, Austria, kala itu bergembira mendengar Pastor Mohr dan Gruber membawakan pertama kali lagu "Malam Kudus" tersebut, demikian pula umat Katolik Wilayah Santa Maria Regina Pacis Secang terkesan takzim, gembira, dan kepenuhan kedamaian saat merayakan malam Natal 2015.
Kedamaian bermalam Natal umat Katolik di kota kecil, kawasan perbatasan antara Kabupaten Magelang dengan Temanggung itu, seolah makin terasa dengan kelebatan seekor burung sriti di langit-langit kapel, bagaikan menari-nari mengikuti lantunan tembang legenda Natal, "Malam Kudus".
Suasana misa malam Natal yang sederhana dijalani umat setempat barangkali memang gayung bersambut dengan tema Natal tahun ini, "Menghadirkan Tuhan dalam Kelestarian Alam bagi Kehidupan Menggereja, Keluarga, dan Masyarakat".
"Syukur kepada Tuhan karena malam ini kita bisa bersama-sama merayakan malam Natal dalam suasana cerah. Umat Secang bergembira, karena sanak keluarga yang merantau, bisa pulang untuk merayakan bersama di kapel ini," kata Ketua Wilayah Gereja Santa Maria Regina Pacis Secang Marcus Ngadiyono.
Mereka, katanya dalam sambutan di hadapan umat, antara lain ada yang datang dari Jakarta, Bandung, Cilacap, Yogyakarta, Salatiga, Semarang, dan Surabaya.
"Ini anugerah yang luar biasa," ucapnya.
Kepala Gereja Kevikepan Kedu Romo Fransiskus Xaverius Krisno Handoyo pada kesempatan berbeda, mengatakan berbagai gereja dan kapel di wilayah kevikepan setempat yang meliputi Kota Magelang, Kabupaten Magelang, dan Temanggung, menyelenggarakan misa Natal.
"Natal tahun ini juga menjadi kesempatan yang baik bagi keluarga-keluarga kristiani untuk merefleksikan makna kerahiman Allah, melalui peristiwa kelahiran Yesus," katanya.
Perayaan misa kudus malam Natal di Kapel Secang itu, antara lain ditandai dengan pemberkatan gua natal oleh Romo Drajat. Gua natal yang berupa pernak-pernik keluarga kudus (Maria, Yosep, dan bayi Yesus), para gembala, domba, unta, patung tiga raja, pohon natal, dan lampu kerlap-kerlip aneka warna itu, dibangun umat di samping altar misa.
Pada kesempatan di depan gua natal itu, juga diungkapkan doa, harapan, dan pujian syukur secara khusus oleh perwakilan umat Katolik Secang yang terdiri masing-masing seorang bapak, ibu, remaja, dan anak.
Dalam khotbahnya, Romo Drajat yang sehari-hari bertugas sebagai Minister Seminari Menengah Mertoyudan Kabupaten Magelang, tempat pendidikan para calon imam Katolik, mengemukakan bahwa damai Natal bukan hanya tercurah kepada umat dan keluarga kristiani, namun juga alam semesta.
Malam Natal yang kudus juga menjadi momentum umat untuk merenungkan tentang lingkungan alam karya Allah itu, yang harus juga dijaga dan dilestarikan oleh manusia.
"Paus Fransiskus (pemimpin tertinggi Gereja Katolik berkedudukan di Vatikan, Roma, red.) mengajak kita untuk peduli terhadap lingkungan. Jangan biarkan lahan menjadi kosong dan 'bero' (tak ditanami), tetapi dimanfaatkan supaya bisa membawa kesegaran dan kesejahteraan lingkungan. Jangan biarkan air hujan mengalir hilang begitu saja. Paus menganjurkan kita membuat resapan untuk menampung air hujan, untuk mengatasi krisis air," katanya.
Ia juga mengemukakan tentang keprihatinan atas pemanfaatan lingkungan alam oleh manusia pada zaman ini yang tak memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepentingan generasi kehidupan pada masa mendatang.
Krisis air bersih di alami masyarakat di berbagai tempat, katanya, terjadi terutama karena sikap manusia yang mementingkan diri sendiri dan tidak peduli tehadap lingkungan.
Oleh karena itu, katanya, pelestarian terhadap lingkungan dan penyelamatan terhadap alam harus menjadi upaya kebaikan umat dalam mewujudkan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari.
"Kadang-kadang itu sulit dilakukan, tetapi Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Ia selalu hadir terlebih dalam situasi sulit yang dihadapi manusia. Dia memberikan jaminan tidak pernah meninggalkan kita, Dia tidak pernah membiarkan kita sendiri, Dia selalu menyertai kita dengan cara yang kadang-kadang tidak bisa kita pahami dan prediksi. Oleh karenanya, kita harus selalu penuh pengharapan," ucapnya.
Pesan gembira dan kedamaian dalam perayaan Natal tahun ini, bukan semata-mata menyentuh umat dan keluarga-keluarga kristiani, namun juga damai untuk lingkungan alam sekitarnya.
"Supaya kita bisa merayakan Natal dengan gembira, kita kuatkan semangat peduli terhadap lingkungan sekitar. Jangan biarkan anak cucu kita mengalami kiris ekologi," kata Romo Drajat.