Mereka yang membacakan karya-karya sastra itu pada Jumat (13/11) dalam rangkaian pementasan kesenian hingga menjelang tengah malam itu, yakni Eka Budianta, Joko Pinurba, dan Gunawan Maryanto.

Eka Budianta yang penerima hadiah Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa untuk kumpulan puisi terbaik pada 2012 itu, pada kesempatan tersebut membacakan puisinya berjudul "Legenda Gunung Ratu".

Penyair Joko Pinurba, penerima "Khatulistiwa Literary Award" pada 2005 untuk buku puisi berjudul "Kekasihku", membaca tiga karyanya, masing-masing berjudul "Asu" (2011), "Pemeluk Agama" (2015), dan Penyair Muda (2010).

Penyair yang juga sutradara, aktor, dan penulis, Gunawan Maryanto, membacakan tiga puisi, masing-masing berjudul "Sepasang Arca" (2012), "Selo Blekithi" (2011), dan "Kayon Dapuran" (2009).

Beberapa puisi yang mereka baca dengan ditonton ratusan peserta BWCF 2015 dari berbagai daerah di Indonesia dan masyarakat kawasan dusun terakhir di ketinggian sekitar 1.700 meter dari permukaan air laut, sebelum puncak Gunung Sumbing itu, pada umumnya bercerita berbagai hal yang terkait dengan gunung. Tema besar BWCF selama 12-14 November 2015 adalah "Gunung, Bencana, dan Mitos di Nusantara".

Pergelaran kesenian di Sanggar Cahyo Budoyo Sumbing terkait dengan BWCF dipusatkan di Candi Borobudur Kabupaten Magelang itu, antara lain juga menyuguhkan tarian "Jejer Gandrung" oleh Sanggar Wongso Arum Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, tarian "Nyonto Youtube" (Komunitas Lima Gunung), pentas musik eksplorasi oleh Kelompok Jodokemil (Kabupaten Magelang).

Selain itu, pentas wayang kontemporer "Wayang Gunung Kulit Wong Urip" (Komunitas Lima Gunung) dan suguhan sejumlah tembang oleh penyanyi Endah Laras dengan grupnya "Brayat Endah Laras" (Solo).

Hadir pada kesempatan itu, antara lain Direktur Samana Foundation (penyelenggara BWCF) Yoke Darmawan, budayawan Komunitas Lima Gunung Sutanto Mendut, Budi Subanar, Muji Sutrisno, pengusaha Poppy Dharsono, para peneliti gunung, penulis, dan penyair.

Poppy yang mantan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (2009-2014) itu, pada kesempatan tersebut mengapresiasi festival yang pada 2015 sebagai keempat kalinya tersebut sebagai bagian dari upaya secara berkelanjutan memelihara dan melestarikan warisan budaya bangsa.

"Adat, seni hilang karena pengaruh budaya luar. Untuk itu, kita harus bersama-sama menghormati, memelihara, dan melestarikan apa yang telah diciptakan oleh leluhur kita," katanya.

Muji Sutrisno menyebut pergelaran di kawasan Gunung Sumbing itu sebagai ungkapan syukur atas anugerah gunung kepada manusia.

Rangkaian BWCF antara lain diskusi tentang penelitian sejumlah gunung berapi di Indonesia yang pernah mengalami letusan dahsyat pada masa lampau dan penyerahan penghargaan "Sang Hyang Kamahayanikan".

Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024