"Ini merupakan realisasi dari Rapat Koordinasi BMKG-BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) terkait pemasangan sirine utama InaTEWS di Jakarta, pada tanggal 28 November 2013," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Moch. Riyadi saat Sosialisasi Sirine InaTEWS di Kantor Kelurahan Tegalkamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap, Senin.

Menurut dia, rapat tersebut membahas pengadaan sirine utama InaTEWS beserta pengendalinya, yakni 13 sirine serta enam pengendali di Sumatra, Jawa, dan Bali.

Dalam hal ini, kata dia, Cilacap merupakan salah satu kabupaten yang mendapat alokasi sirine utama InaTEWS dan ditempatkan di halaman Kantor Kelurahan Tegalkamulyan dengan pusat pengendali di BPBD Cilacap.

Ia mengatakan bahwa konstruksi 13 sirine utama InaTEWS tersebut berbeda dengan 39 sirine peringatan dini bencana tsunami yang telah dibangun BMKG di sejumlah wilayah Indonesia.

"Sirine utama ini menggunakan konstruksi 'monopole antenna' sedangkan sirine-sirine sebelumnya menggunakan konstruksi 'steel tower'," katanya.

Selain itu, kata dia, sirine utama InaTEWS dapat dikendalikan dari jarak jauh atau dari Jakarta, pusat pengendali di BPBD, maupun dikendalikan langsung di lokasi.

"Sistem sirine InaTEWS adalah sistem sirine peringatan dini terintegrasi yang dapat memberikan peringatan nada dan suara kepada masyarakat di lokasi yang saat itu terancam bencana tsunami sebagai perintah evakuasi setelah mendapatkan peringatan dini dari BMKG," jelasnya.

Lebih lanjut, Riyadi mengatakan bahwa sistem sirine utama InaTEWS dapat menjangkau area dalam radius 1,5 -2 kilometer dengan kekuatan suara 120 desibel (dB).


Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024