"Mereka akan bersama-sama dengan seniman kelompok kami dalam pementasan di Festival Lima Gunung nanti," kata Pimpinan Padepokan Warga Budaya Gejayan Riyadi di Magelang, Senin.
Ia mengatakan empat di antara tujuh siswa dari Korsel itu akan bersama sekitar 50 seniman padepokan tersebut, mementaskan tarian tradisional masyarakat setempat, Soreng, pada Minggu (16/8), di arena festival.
Festival Lima Gunung XIV diselenggarakan secara mandiri oleh seniman petani yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) di dua lokasi, yakni Dusun Mantran Wetan (Gunung Andong) dan Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun (Gunung Merapi) pada 14-17 Agustus 2015.
Sebanyak tujuh siswa dengan dua guru pendamping Silangsa Small School, Namwon, Korea Selatan, selama 1-20 Agustus 2015 menjalani proses belajar tentang kebudayaan dan kehidupan masyarakat sehari-hari di kawasan Gunung Merapi, Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kabupaten Magelang.
Ia mengatakan hingga saat ini, mereka telah lima kali berlatih tarian Soreng di padepokan setempat bersama dengan seniman petani di daerah itu.
"Bukan persoalannya mereka harus bisa menari dengan baik tarian Soreng, tetapi mereka mendapatkan pengalaman untuk berlatih bersama dan mementaskan tarian tradisional itu bersama kami. Tentu ini pengalaman berharga untuk mereka dan juga pengalaman anggota padepokan kami," kata Riyadi yang juga salah satu pemimpin Komunitas Lima Gunung.
Ia mengatakan tarian Soreng bercerita tentang legenda keprajuritan Arya Penangsang dari Jipang Panolan dalam menghadapi pasukan Sultan Hadiwijaya dari Pajang.
Sebanyak tujuh siswa Korsel, katanya, juga akan mementaskan tarian berasal dari negara itu, berjudul K-Pop Arirang, pada Sabtu (15/8) di arena festival di Dusun Mantran Wetan.
Sekitar 800-1.000 seniman bakal tampil pada Festival Lima Gunung XIV. Mereka selain para seniman petani Komunitas Lima Gunung, juga berbagai grup kesenian di sekitar lokasi festival dan jejaring komunitas tersebut di berbagai kota dan luar negeri.
Selain pementasan kesenian, festival mendatang, antara lain ditandai dengan kirab budaya, sarasehan budaya, pidato kebudayaan, peluncuran buku, pameran seni rupa, ziarah ke puncak Gunung Andong, peresmian masjid, dan peringatan HUT Ke-70 RI.
Ia mengatakan empat di antara tujuh siswa dari Korsel itu akan bersama sekitar 50 seniman padepokan tersebut, mementaskan tarian tradisional masyarakat setempat, Soreng, pada Minggu (16/8), di arena festival.
Festival Lima Gunung XIV diselenggarakan secara mandiri oleh seniman petani yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) di dua lokasi, yakni Dusun Mantran Wetan (Gunung Andong) dan Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun (Gunung Merapi) pada 14-17 Agustus 2015.
Sebanyak tujuh siswa dengan dua guru pendamping Silangsa Small School, Namwon, Korea Selatan, selama 1-20 Agustus 2015 menjalani proses belajar tentang kebudayaan dan kehidupan masyarakat sehari-hari di kawasan Gunung Merapi, Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kabupaten Magelang.
Ia mengatakan hingga saat ini, mereka telah lima kali berlatih tarian Soreng di padepokan setempat bersama dengan seniman petani di daerah itu.
"Bukan persoalannya mereka harus bisa menari dengan baik tarian Soreng, tetapi mereka mendapatkan pengalaman untuk berlatih bersama dan mementaskan tarian tradisional itu bersama kami. Tentu ini pengalaman berharga untuk mereka dan juga pengalaman anggota padepokan kami," kata Riyadi yang juga salah satu pemimpin Komunitas Lima Gunung.
Ia mengatakan tarian Soreng bercerita tentang legenda keprajuritan Arya Penangsang dari Jipang Panolan dalam menghadapi pasukan Sultan Hadiwijaya dari Pajang.
Sebanyak tujuh siswa Korsel, katanya, juga akan mementaskan tarian berasal dari negara itu, berjudul K-Pop Arirang, pada Sabtu (15/8) di arena festival di Dusun Mantran Wetan.
Sekitar 800-1.000 seniman bakal tampil pada Festival Lima Gunung XIV. Mereka selain para seniman petani Komunitas Lima Gunung, juga berbagai grup kesenian di sekitar lokasi festival dan jejaring komunitas tersebut di berbagai kota dan luar negeri.
Selain pementasan kesenian, festival mendatang, antara lain ditandai dengan kirab budaya, sarasehan budaya, pidato kebudayaan, peluncuran buku, pameran seni rupa, ziarah ke puncak Gunung Andong, peresmian masjid, dan peringatan HUT Ke-70 RI.