Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto dalam rilis di Jakarta, Sabtu malam mengatakan, akibat insiden tersebut pada Sabtu terjadi pengurangan produksi pada fasilitas "early oil expansion" (EOE) dan "well pad" B dengan potensi kehilangan 50.000-55.000 barel.
"Namun, jika besok (Minggu, 2/8) sudah kondusif, akan diproduksikan dan dapat normal kembali," katanya.
Pihaknya terus memantau dan mengawal normalisasi kegiatan produksi pascainsiden tersebut.
"Benar, telah terjadi insiden. Langkah-langkah penanganan sedang dan akan terus dilakukan. Untuk mencegah dampak yang lebih besar, maka beberapa fasilitas strategis diamankan," katanya.
Ia menambahkan, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, kepolisian, dan para pihak terkait akan bertemu menyelesaikan insiden.
"Senin (3/8) akan diadakan rapat untuk memulihkan kondisi yang terganggu akibat insiden ini," ujar Djoko.
Pada Sabtu sekitar pukul 12.00 WIB, di lokasi proyek Blok Cepu di Kecamatan Gayam, Bojonegoro, sejumlah karyawan yang hendak istirahat melakukan tindakan anarkis dengan merusak kantor dan mobil menyusul pengetatan izin keluar untuk makan siang.
Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Erwin Maryoto mengatakan, insiden terjadi di area kerja EPC 1 Proyek Banyu Urip dengan kontraktor Tripatra-Samsung.
"Pekerja subkontraktor yang dipekerjakan Tripatra-Samsung, sedang meninggalkan area kerja sekitar jam makan siang ketika terjadi kericuhan yang menyebabkan kerusakan pada bangunan dan kendaraan. Tingkat kerusakan sedang dikaji dan juga penyebab insiden tersebut sedang diinvestigasi," ujarnya.
Namun, menurut dia, kini situasi sudah terkendali dan sedang dalam pemantauan.
Erwin juga mengatakan, Exxon sedang berkoordinasi dengan Tripatra-Samsung dan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan.
"Pekerjaan di area EPC 1 dan EPC 5 dihentikan dan produksi dari lokasi sekitar insiden dihentikan sementara sambil menunggu kajian-kajian selanjutnya," katanya.
Produksi yang dihentikan tersebut, lanjutnya, akan dimulai kembali bila keadaan sudah aman.
"Namun, jika besok (Minggu, 2/8) sudah kondusif, akan diproduksikan dan dapat normal kembali," katanya.
Pihaknya terus memantau dan mengawal normalisasi kegiatan produksi pascainsiden tersebut.
"Benar, telah terjadi insiden. Langkah-langkah penanganan sedang dan akan terus dilakukan. Untuk mencegah dampak yang lebih besar, maka beberapa fasilitas strategis diamankan," katanya.
Ia menambahkan, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, kepolisian, dan para pihak terkait akan bertemu menyelesaikan insiden.
"Senin (3/8) akan diadakan rapat untuk memulihkan kondisi yang terganggu akibat insiden ini," ujar Djoko.
Pada Sabtu sekitar pukul 12.00 WIB, di lokasi proyek Blok Cepu di Kecamatan Gayam, Bojonegoro, sejumlah karyawan yang hendak istirahat melakukan tindakan anarkis dengan merusak kantor dan mobil menyusul pengetatan izin keluar untuk makan siang.
Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Erwin Maryoto mengatakan, insiden terjadi di area kerja EPC 1 Proyek Banyu Urip dengan kontraktor Tripatra-Samsung.
"Pekerja subkontraktor yang dipekerjakan Tripatra-Samsung, sedang meninggalkan area kerja sekitar jam makan siang ketika terjadi kericuhan yang menyebabkan kerusakan pada bangunan dan kendaraan. Tingkat kerusakan sedang dikaji dan juga penyebab insiden tersebut sedang diinvestigasi," ujarnya.
Namun, menurut dia, kini situasi sudah terkendali dan sedang dalam pemantauan.
Erwin juga mengatakan, Exxon sedang berkoordinasi dengan Tripatra-Samsung dan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan.
"Pekerjaan di area EPC 1 dan EPC 5 dihentikan dan produksi dari lokasi sekitar insiden dihentikan sementara sambil menunggu kajian-kajian selanjutnya," katanya.
Produksi yang dihentikan tersebut, lanjutnya, akan dimulai kembali bila keadaan sudah aman.