Ketua kelompok mahasiswa tersebut, Amin Ningsih di Magelang, Selasa, mengatakan proposal telah dipresentasikan di hadapan tim penilai yang dilakukan di Kopertis pada 5 Juni 2015.
Selain Amin Ningsih, kelompok mahasiswa tersebut beranggotakan Dewi Risti, Wahyu Prihastuti, dan Widiyanti. Mereka adalah mahasiswa semester II Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknik UM Magelang.

Amin mengatakan cengkih kering merupakan bahan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia, baik sebagai bahan rokok maupun obat herbal. Cengkih kering mengandung energi, protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, dan zat besi.

Selain itu, cengkih kering juga mengandung vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C.

Ia menuturkan karya mereka terinspirasi produk minyak cengkih di Desa Kali Kendo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang karena di daerah tersebut banyak pohon cengkih. Minyak cengkih sering digunakan untuk minyak oles. Ia menuturkan ternyata minyak cengkih dapat digunakan sebagai pelembab yang dapat mencerahkan kulit. Namun karena produk ini berbentuk cair, maka setelah dipakai tangan terasa licin.

"Agar tangan tidak terasa licin, maka minyak cengkih dibuat dalam bentuk padat melalui proses hidrogenisasi. Hasil produk berupa krim memudahkan dan memberikan kenyamanan bagi pemakai," katanya.

Hal tersebut memacu Amin dan ketiga temannya mengajukan proposal berjudul "Clovia, Krim Cengkih untuk Kecantikan" di Kopertis Wilayah VI dan berhasil lolos seleksi mendapatkan dana pengembangan senilai Rp7,2 juta.

Ia menjelaskan merek Clovia diambil dari kata clove yang berarti cengkih. Sedangkan clovia merupakan produk olahan cengkih berupa krim yang digunakan sebagai pelembab wajah.

Proses produksi krim tersebut melalui beberapa tahapan. Tahap pertama air sebanyak lima hingga 10 liter dimasukkan ke dalam ketel uap atau alat destilasi. Selanjutnya cengkih kering dimasukkan ke dalam ketel uap yang ditutup dan ditaruh di atas kompor yang telah dipasang pendingin melalui air yang dialirkan.

"Pada saat itulah proses destilasi berlangsung hingga terbentuk cairan minyak dan air. Berikutnya yang diambil hanya minyaknya saja dan diukur, kemudian dimasukkan ke dalam wadah besar. Tahap akhir, pada wadah besar itu dimasukkan hidrogen hingga terbentuk krim," katanya.

Pada proses produksi, katanya krim dikemas dalam wadah khusus berukuran 30 ml, lalu diberi label Clovia dan diuji di laboratorium farmasi milik Fakultas Ilmu Kesehatan UM Magelang sebelum dipasarkan.

Menurut dia pada tahap awal Clovia dipasarkan di lingkungan terdekat termasuk kampus dengan harga Rp30.000 per wadah.

Ia berharap, Clovia dapat terus diproduksi dan digunakan untuk pelembab dan pencerah wajah. Selain itu mereka juga berharap agar proposal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional.

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Zuhdiar Laeis
Copyright © ANTARA 2024