"Tahun lalu angka kecelakaan transportasi laut mencapai 450 kejadian, kalau dirata-rata ada 1,5 kali kejadian/hari, ini harus dikurangi," katanya usai menghadiri peringatan keselamatan pelayaran dan hari laut sedunia di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jumat.

Menurutnya, jumlah tersebut pada tahun ini berkurang cukup signifikan. Dari awal tahun hingga bulan Mei lalu hanya terjadi 50 kali kejadian yang bersifat insidental maupun kecelakaan berat dengan korban jiwa. Jika dirata-rata, dalam setiap minggunya ada dua kali kejadian kecelakaan baik ringan maupun berat.

"Meski demikian, kami inginnya menuju "zero accident". Untuk mewujudkan harapan tersebut, dalam enam bulan ini banyak peraturan yang dikeluarkan tentang pencegahan kecelakaan dan peraturan tentang izin berlayar," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya berharap kedisiplinan dari pihak syahbandar pelabuhan harus ditingkatkan. Salah satunya memastikan keperluan "docking" setiap kapal yang beroperasi melalui Pelabuhan Tanjung Emas.

"Jangan jadikan faktor cuaca sebagai alasan kecelakaan karena itu sama saja menyalahkan Tuhan. Alasan kecelakaan hanya ada dua yaitu teknis dan "human error", ini yang harus diperhatikan," katanya.

Mengenai alasan klasik kecelakaan transportasi laut yaitu kapasitas penumpang yang berlebihan, Jonan mengatakan hal itu sudah diatur dalam peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

"Kami mengantisipasi kondisi tersebut dengan menerbitkan peraturan tentang kapasitas angkut atau kapasitas muat penumpang di kapal, ada batas toleransinya," katanya.

Pihaknya berharap, pengelola kapal lebih meningkatkan kepedulian terkait kapasitas penumpang yang berlebihan tersebut.

"Syarat orang bisa menjadi penumpang itu kan harus punya tiket, kalau kapal sudah tidak bisa dimuati jangan dijual tiketnya. Dalam hal ini, proses pemantauannya diperiksa melalui syahbandar pelabuhan," katanya.

Sementara itu, pada peringatan keselamatan pelayaran dan hari laut sedunia tersebut, perusahaan kapal Dharma Lautan Utama (DLU) menggelar simulasi kebakaran kapal dengan melibatkan Basarnas, Pertamina, KSOP, dan pihak kesehatan.

"Harapannya simulasi tersebut dapat lebih sering dilakukan, paling tidak tiga bulan sekali. Ini juga dapat meminimalisasi angka korban jiwa dalam kecelakaan transportasi laut," katanya.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : hernawan
Copyright © ANTARA 2024