Juru Bicara UNHCR Adrian Edwards mengatakan wabah tersebut telah menjadi "komplikasi tambahan baru yang berkembang dan mengkhawatirkan" pada saat ribuan warga Burundi telah menyelamatkan diri ke negara tetangga guna menghindari kerusuhan yang berkaitan dengan pemilihan presiden mendatang di Burundi.

"Semua korban dilaporkan meninggal di Kota Pelabuhan Kigoma di Danau Tanganyika, di Desa Kagunga dan Nyarugusu --yang berdekatan, dan di antara orang yang diangkut dengan feri dari Kagunga ke Kigoma," kata Edwards di dalam satu taklimat.

"Sebanyak 3.000 kasus telah dilaporkan, dan jumlahnya meningkat jadi 300 sampai 400 kasus baru per hari, terutama di Kagunga dan daerah sekitarnya. Dengan tingkat ini, kasus lain diperkirakan dapat muncul dalam beberapa hari ke depan dan sampai situasi dapat dikendalikan," ia menambahkan, sebagaimana dikutip Xinhua.

Juru bicara tersebut mengatakan langkah pencegahan guna menyediakan air bersih dan kebersihan mendasar, dan dua hari pertama perawatan medis sangat penting buat orang yang mengalami dehidrasi.

Kolera menular melalui air minum yang tercemar. Kondisi yang tidak bersih dan terlalu banyak orang di Kagunga, desa terpencil di tepi danau dengan kesehatan yang terbatas, dan konsumsi air dari danau diduga menjadi penyebab. Beberapa bagian daerah itu adalah daerah wabah kolera.

UNHCR bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan untuk memimpin tim tanggap wabah kolera bersama PBB dan mitra PBB, untuk menyediakan kebersihan, air dan pemeliharaan kesehatan darurat. Itu meliputi tambahan pasokan air yang aman, dan pengiriman --melalui udara-- obat, pasokan medis, alat perlindungan, alat pasokan air dan barang lain buat pengungsi serta instalasi kesehatan pemerintah.

Sementara kekhawatiran bahwa jumlah pengungsi dapat berlipat selama enam bulan ke depan, UNHCR dan 17 mitranya hari ini membeberkan Rencana Tanggap Pengungsi Regional, yang mencari dana 207 juta dolar AS untuk melindungi dan membantu sebanyak 200.000 pengungsi Burundi di semua negeri itu.

Pewarta : Antaranews
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024