"Penguatan rupiah selama minggu lalu sepertinya masih belum mampu mendorong investor asing untuk kembali berpartisipasi di pasar obligasi, terutama obligasi Pemerintah," kata Kepala Cabang PT Danareksa Sekuritas Semarang Melcy RS Makarawung di Semarang, Rabu.

Meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menutup minggu dengan penguatan tipis sebesar 0,63 persen, namun kepemilikan investor asing turun Rp1,05 triliun selama minggu lalu.

"Sejauh ini investor masih cenderung memperpendek durasi portofolionya, otomatis mereka memperpendek durasi di pasar obligasi Pemerintah," katanya.

Pihaknya menilai, faktor yang menyebabkan investor memperpendek durasi di pasar obligasi Pemerintah karena ingin meminimalisasi tingkat kerugian. Kondisi tersebut wajar mengingat depresiasi nilai rupiah terhadap dolar AS masih berlanjut.

Hal tersebut terlihat dari volume transaksi selama beberapa minggu terakhir yang didominasi oleh obligasi tenor pendek yaitu antara 1-5 tahun. Untuk total transaksi obligasi tenor pendek selama minggu lalu mencapai Rp39,9 triliun atau 64,8 persen dari total transaksi keseluruhan.

Sedangkan pada minggu sebelumnya, obligasi tenor pendek juga mendominasi pasar sekunder dengan total transaksi sebesar Rp32,5 triliun atau 61,4 persen dari total transaksi.

Di sisi lain, transaksi untuk tenor panjang mengalami penurunan sebesar Rp747 miliar yaitu dari Rp5,02 triliun menjadi Rp4,27 triliun pada perdagangan minggu lalu.

Sementara itu, selama ini investor asing sangat berpartisipasi pada pasar obligasi Pemerintah. Setelah krisis ekonomi global pada tahun 2008, partisipasi tersebut terus meningkat, bahkan per 31 Maret 2015 kepemilikan asing di obligasi Pemerintah mencapai Rp504,16 triliun atau 38,6 persen dari total dana yang masuk di obligasi.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : hernawan
Copyright © ANTARA 2024