Riset yang dilakukan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dan BPS berjudul "Peran Teknologi Inseminasi Buatan pada Produksi Sapi Potong di Indonesia" dilaksanakan oleh tim peneliti Rina Oktaviana dan Yusman Syaukat dari IPB, Kusriatmi dari BPS Provinsi DI Yogyakarta dan Ali Said dari BPS RI bertujuan menganalisis dampak perbaiki teknologi tersebut.
"Peningkatan dosis IB akan meningkatkan produksi peternakan sapi dan produksi daging sapi domestik, menurunkan harga sapi domestik, meningkatkan permintaan daging sapi nasional, serta meningkatkan produksi domestik bruto (PDB) dan kesempatan kerja subsektor peternakan," Dr Yusman Syaukat dalam siaran pers yang diterima Antara di Bogor, Senin.
Dikatakannya, tim melakukan analisis terhadap subsektor peternakan serta proyeksi pencapaian swasembada daging di Indonesia. Analisis dilakukan pada data "time series" tahunan selama periode 1999-2011. Analisis data menggunakan model ekonometrik dengan sistem persaman simultan. Estimasi paramenter menggunakan metode "two stage least square" (2SLS).
Berdasarkan proyeksi permintaan dan produksi daging sapi nasional yang diperoleh dari model ekonometrik yang telah dibangun sebelumnya, sampai tahun 2021, produksi daging nasional belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi nasional.
"Tahun 2021, kebutuhan konsumsi mencapai 490 ribu ton, sedangkan produksi domestik hanya mencapai 397,91 ribu ton jika dosis IB meningkat 25 persen per tahun," kata dia.
Dengan demikian, lanjutnya, produksi domestik hanya bisa memenuhi sekitar 81,21 persen dari kebutuhan dalam negeri. Akan tetapi dari model ekonometrik yang telah dibangun, peningkatan aplikasi dosis IB sebesar 25 persen per tahun, pertumbuhan daging sapi domestik mencapai 5,92 persen per tahun. Jika penggunaan dosis IB ditingkatkan 40 persen per tahun maka pertumbuhan produksi daging sapi domestik mencapai 6,4 persen per tahun.
"Dengan demikian, perbaikan teknologi akan mempercepat swasembada daging sapi di Indonesia," katanya.
Syaukat mengatakan, jika dosis IB ditingkatkan hingga 40 persen per tahun, maka produksi daging sapi domestik dapat mencapai 414,35 ribu ton atau sekitar 85,56 persen dari kebutuhan daging sapi nasional.
"Perbaikan teknologi melalui peningkatan aplikasi dosis IB akan mempercepat pencapaian swasembada daging," katanya.
"Peningkatan dosis IB akan meningkatkan produksi peternakan sapi dan produksi daging sapi domestik, menurunkan harga sapi domestik, meningkatkan permintaan daging sapi nasional, serta meningkatkan produksi domestik bruto (PDB) dan kesempatan kerja subsektor peternakan," Dr Yusman Syaukat dalam siaran pers yang diterima Antara di Bogor, Senin.
Dikatakannya, tim melakukan analisis terhadap subsektor peternakan serta proyeksi pencapaian swasembada daging di Indonesia. Analisis dilakukan pada data "time series" tahunan selama periode 1999-2011. Analisis data menggunakan model ekonometrik dengan sistem persaman simultan. Estimasi paramenter menggunakan metode "two stage least square" (2SLS).
Berdasarkan proyeksi permintaan dan produksi daging sapi nasional yang diperoleh dari model ekonometrik yang telah dibangun sebelumnya, sampai tahun 2021, produksi daging nasional belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi nasional.
"Tahun 2021, kebutuhan konsumsi mencapai 490 ribu ton, sedangkan produksi domestik hanya mencapai 397,91 ribu ton jika dosis IB meningkat 25 persen per tahun," kata dia.
Dengan demikian, lanjutnya, produksi domestik hanya bisa memenuhi sekitar 81,21 persen dari kebutuhan dalam negeri. Akan tetapi dari model ekonometrik yang telah dibangun, peningkatan aplikasi dosis IB sebesar 25 persen per tahun, pertumbuhan daging sapi domestik mencapai 5,92 persen per tahun. Jika penggunaan dosis IB ditingkatkan 40 persen per tahun maka pertumbuhan produksi daging sapi domestik mencapai 6,4 persen per tahun.
"Dengan demikian, perbaikan teknologi akan mempercepat swasembada daging sapi di Indonesia," katanya.
Syaukat mengatakan, jika dosis IB ditingkatkan hingga 40 persen per tahun, maka produksi daging sapi domestik dapat mencapai 414,35 ribu ton atau sekitar 85,56 persen dari kebutuhan daging sapi nasional.
"Perbaikan teknologi melalui peningkatan aplikasi dosis IB akan mempercepat pencapaian swasembada daging," katanya.