"Kajian tersebut telah kami usulkan kepada Bupati Purbalingga dan jajaran terkait. Jika disetujui, kami akan segera berkoordinasi dengan Kementerian ESDM," katanya di Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu.

Menurut dia, kajian tersebut perlu dilakukan karena maraknya perburuan batu Klawing yang tersebar di Daerah Aliran Sungai Klawing, Purbalingga, dapat mengancam kelestarian lingkungan dan merusak situs cagar budaya.

Ia mengatakan bahwa kajian geologi tersebut ditujukan untuk mengetahui lebih jauh mengenai potensi batu Klawing di Purbalingga dan mencari solusi pengembangannya selain pengawasan serta pengendalian perburuan bahan batu akik itu dapat terlaksan
"Di samping itu, agar potensi batu tersebut memberikan nilai positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari program pengembangan potensi gelologi, bahan tambang, serta air bawah tanah bidang energi dan sumber daya mineral. Oleh karena itu, kegiatan tersebut akan dilaksanakan oleh Kementrian ESDM," katanya.

Lebih lanjut, Sigit mengatakan bahwa anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan kajian batu Klawing sekitar Rp500 juta yang bersumber dari APBN 2015.

Menurut dia, anggaran tersebut digunakan untuk kajian geologi, sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat terkait potensi batu Klawing, pengawasan dan pengendalian perburuan batu Klawing, dan bantuan sarana-prasarana teknologi pengolahan batu.

"Perburuan batu Klawing yang mengancam lingkungan serta kerusakan situs cagar budaya, serta masih kurangnya sarana prasarana dan teknologi juga menjadi permasalahan hingga saat ini. Bahkan, masih ada masyarakat yang menjual batu Klawing dalam bentuk mentah dengan harga murah ke luar daerah," katanya.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024