"Perayaan Maulid Nabi adalah merayakan kelahiran utusan Tuhan yang membawa pencerahan, pesan-pesan terang atau kebenaran kepada umat manusia. Kita pantas dan harus berbahagia memperingatinya karena Tuhan mengirim utusan-Nya yang membimbing kita ke jalan kebenaran," katanya di Magelang, Sabtu.
Ia menyampaikan hal itu bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiulawal 1436 Hijriah atau 3 Januari 2015.
Nabi Muhammad SAW, katanya, telah memberikan ajaran tentang berbagai nilai keteladanan hidup terkait dengan keberadaan manusia sebagai pribadi maupun tentang hubungan antarmanusia.
Setelah berhasil memimpin pembebasan Kota Mekah dari orang-orang musyrik, katanya, Nabi Muhammad SAW memberikan perlindungan kepada mereka yang tidak menjadi pengikut Rasulullah.
Hal itu, kata Madjidun, merupakan contoh keteladanan Nabi Muhammad SAW tentang nilai-nilai toleransi beragama yang harus terus-menerus dijalani oleh umat Islam hingga saat ini.
"Beliau mengajarkan tentang akhlak atau perilaku yang baik. Perilaku Beliau juga sebagai teladan. Perilaku, perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad menjadi contoh bagi perbuatan manusia, seperti kasih sayang, kepedulian, empati, dan moralitas," katanya.
Ia menjelaskan Nabi Muhammad SAWVdiutus Tuhan sebagai penyempurna dan memperbaiki perilaku manusia agar selalu berada di jalan kebenaran.
"Toleransi itu tidak harus bahwa agamamu itu benar lalu aku ikut percaya, tetapi silakan kalian meyakini agamamu itu benar, dan saya juga memiliki keyakinan berbeda, dalam konteks sosial yang berbeda. Terhadap musuh yang telah ditaklukan, Muhammad memberi bekal, mereka tidak ditahan dan dibunuh. Ini bukti Beliau melindungi musuhnya. Beliau menerapkan etika perang, antara lain melarang menyerang musuh yang sedang beribadah, anak-anak dan perempuan," katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga menyatakan masih melihat situasi di mana orang-orang yang mengatasnamakan tentara Allah, tetapi perbuatannya tidak mencerminkan perilaku Nabi Muhammad SAW yang penuh kasih sayang.
Ia menjelaskan Nabi Muhammad SAW datang sebagai contoh perilaku dan akhlak bagi kehidupan sehari-hari umat Islam.
"Siapa yang berperilaku seperti Muhammad, itulah Islam," katanya.
Pada kesempatan itu, ia mencontohkan tentang perilaku Nabi Muhammad SAW yang dijalani jajaran Banser dan warga nahdliyin lainnya di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saat umat beragama lain beribadah, khususnya pada hari besar keagamaan.
"Teman-teman Banser menjaga umat Nasrani saat beribadah Natal di berbagai gereja dan umat Buddha saat merayakan Waisak di Candi Borobudur. Itulah akhlak, teladan Nabi Muhammad, supaya umat beragama lain bisa nyaman beribadah. Apa yang dilakukan Banser itulah akhlak Muhammad yang diteladani warga nahdliyin. Ini keluar dari suatu keyakinan yang dalam tentang pemahaman dan pengamalan Islam menurut NU," katanya.
Ia menyampaikan hal itu bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiulawal 1436 Hijriah atau 3 Januari 2015.
Nabi Muhammad SAW, katanya, telah memberikan ajaran tentang berbagai nilai keteladanan hidup terkait dengan keberadaan manusia sebagai pribadi maupun tentang hubungan antarmanusia.
Setelah berhasil memimpin pembebasan Kota Mekah dari orang-orang musyrik, katanya, Nabi Muhammad SAW memberikan perlindungan kepada mereka yang tidak menjadi pengikut Rasulullah.
Hal itu, kata Madjidun, merupakan contoh keteladanan Nabi Muhammad SAW tentang nilai-nilai toleransi beragama yang harus terus-menerus dijalani oleh umat Islam hingga saat ini.
"Beliau mengajarkan tentang akhlak atau perilaku yang baik. Perilaku Beliau juga sebagai teladan. Perilaku, perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad menjadi contoh bagi perbuatan manusia, seperti kasih sayang, kepedulian, empati, dan moralitas," katanya.
Ia menjelaskan Nabi Muhammad SAWVdiutus Tuhan sebagai penyempurna dan memperbaiki perilaku manusia agar selalu berada di jalan kebenaran.
"Toleransi itu tidak harus bahwa agamamu itu benar lalu aku ikut percaya, tetapi silakan kalian meyakini agamamu itu benar, dan saya juga memiliki keyakinan berbeda, dalam konteks sosial yang berbeda. Terhadap musuh yang telah ditaklukan, Muhammad memberi bekal, mereka tidak ditahan dan dibunuh. Ini bukti Beliau melindungi musuhnya. Beliau menerapkan etika perang, antara lain melarang menyerang musuh yang sedang beribadah, anak-anak dan perempuan," katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga menyatakan masih melihat situasi di mana orang-orang yang mengatasnamakan tentara Allah, tetapi perbuatannya tidak mencerminkan perilaku Nabi Muhammad SAW yang penuh kasih sayang.
Ia menjelaskan Nabi Muhammad SAW datang sebagai contoh perilaku dan akhlak bagi kehidupan sehari-hari umat Islam.
"Siapa yang berperilaku seperti Muhammad, itulah Islam," katanya.
Pada kesempatan itu, ia mencontohkan tentang perilaku Nabi Muhammad SAW yang dijalani jajaran Banser dan warga nahdliyin lainnya di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saat umat beragama lain beribadah, khususnya pada hari besar keagamaan.
"Teman-teman Banser menjaga umat Nasrani saat beribadah Natal di berbagai gereja dan umat Buddha saat merayakan Waisak di Candi Borobudur. Itulah akhlak, teladan Nabi Muhammad, supaya umat beragama lain bisa nyaman beribadah. Apa yang dilakukan Banser itulah akhlak Muhammad yang diteladani warga nahdliyin. Ini keluar dari suatu keyakinan yang dalam tentang pemahaman dan pengamalan Islam menurut NU," katanya.