"Ekonomi global yang mulai memperlihatkan tanda-tanda pemulihan belum bisa diandalkan untuk mendorong perekonomian nasional karena laju pertumbuhan yang masih terlalu rendah dan sangat rentan," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas di Semarang, Jumat.

Menurutnya, perekonomian AS sebagai lokomotif ekonomi dunia mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang konsisten. Namun tren pertumbuhan tersebut masih menurun bila dibandingkan dengan pada saat sebelum krisis global terjadi.

Tantangan lain yaitu kondisi ekonomi di kawasan Eropa dan Jepang yang belum menunjukkan perbaikan dan masih terbilang rapuh. Menurutnya, ancaman deflasi masih membayangi perekonomian di kedua kawasan tersebut.

Di sisi lain, Tiongkok yang menjadi salah satu penopang ekonomi global juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Jika pada 10 tahun terakhir ini pertumbuhan ekonomi Tiongkok selalu di atas 10 persen, maka saat ini pertumbuhannya hanya di kisaran 7,5 persen.

"Perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai sentra manufaktur global ini perlu diwaspadai karena dapat berlangsung lama dan berdampak besar pada perdagangan dunia salah satunya Indonesia," katanya.

Sementara itu, tantangan domestik yang harus dihadapi yaitu ekonomi yang masih mengalami perlambatan salah satunya terlihat dari tekanan inflasi yang meningkat.

Ronald mengatakan, menghadapi berbagai tantangan tersebut BI telah mencanangkan kebijakan yang mengutamakan stabilitas ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang sehat. Kebijakan BI senantiasa diarahkan untuk menciptakan kondisi makro ekonomi yang stabil.

"Sejak tahun 2013 kami sudah menerapkan kebijakan moneter bias ketat, salah satu tujuannya adalah pencapaian inflasi menuju sasaran yang telah ditetapkan," katanya.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024