Jayapura (ANTARA News) - Seluruh rakyat Timor Timur (kini Timor Leste) kapan saja dan dimana pun berada tidak akan pernah melupakan jasa besar mantan Presiden Soeharto (Pak Harto) dalam membangun rakyat dan tanah Timor Lorosae selama masa integrasi Timor Timur dengan Indonesia tahun 1976-1999. Pengakuan itu disampaikan peraih Nobel Perdamaian 1996 dan mantan Administrator Apostolik Dioses Dili, Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo,SDB di Mogofores, Portugal, Senin kepada ANTARA News melalui email. "Orang Timor Lorosae tidak akan pernah melupakan jasa besar Pak Harto dalam membangun Timtim di segala bidang kehidupan. Kita berharap, walaupun Pak Harto telah meninggal dunia para pemimpin bangsa Indonesia yang menggantikannya memiliki semangat membangun seperti Pak Harto dan terus menjalin kerja sama Indonesia dengan Timor Leste demi tercapai perdamaian dan kesejahteraan bersama," kata Belo. Walaupun dirasakan cukup terlambat, Belo menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam kepada keluarga Pak Harto dan Bangsa Indonesia atas wafatnya mantan Presiden Soeharto. "Semoga arwahnya dapat beristirahat di sisi Tuhan Maha Pencipta," katanya. Uskup Belo mengatakan, ketika mendapat berita bahwa Pak Harto meninggal dunia pada Minggu (27/1) Pkl.13.10 WIB, dirinya seakan-akan pulang ke tanah Timor Lorosae memutar kembali film perjalanan Pak Harto di "bumi matahari terbit" itu antara tahun 1976 hingga 1999. "Kesan saya tentang pribadi Pak Harto, walupun banyak masalah di Timor Timur, tetapi Pak Harto memandang semua itu dengan penuh arif-bijaksana. Beliau adalah Bapak Pembangunan, dan itu benar adanya. Saya bertemu dengan beliau sebanyak tiga kali," kata Uskup Belo. Pertemuan pertama kali ketika Pak Harto bersama Ibu Tien Soeharto datang ke Dili untuk meresmikan Gereja Katedral Dili. Pertemuan kedua, ketika Presiden Soeharto meresmikan Patung Kristus Raja di Fatucama, Dili Timur dan perjumpaan ketiga di kediaman Pak Harto di Jalan Cendana, Jakarta Pusat. "Saya sudah lupa tanggal dan hari pertemuan kami dengan Pak Harto itu tetapi seingat saya, ketika itu saya bersama Uskup Basilio do Nascimento datang ke Jakarta untuk silaturahmi dengannya. Kami bertemu pada malam hari, dari jam sembilan malam sampai dengan jam 10 malam waktu Jakarta," kata Uskup Belo. "Ketika bertemu, beliau menerima kami dengan senyum seorang bapak yang arif-bijaksana. Ketika itulah Pak Harto secara panjang lebar menerangkan ideologi Pancasila kepada kami berdua selaku Uskup Gereja Katolik di Timor Timur," katanya. Pak Harto sangat berharap agar dua Uskup dari Timtim ini dapat kembali ke tanah Timor Lorosae dan menjelaskan isi Pancasila itu kepada umat Katolik di sana. "Sebagai manusia, Pak Harto adalah sosok yang simpatik. Sebagai negarawan, beliau telah memimpin Republik Indonesia secara disiplin. Mungkin kekeliruan-kekeliruan yang terjadi pada rezim Orde Baru, itu adalah akibat dari tindakan oknum oknum yang belum memahami secara mendalam prinsip- prinsip Pancasila itu sendiri. Biarlah sejarah akan membuktikan semuanya itu," kata Uskup Belo. Uskup Belo berharap, bangsa Indonesia dan bangsa Timor Leste saling menghormati dan bersama-sama membangun dua negara ini menuju kesejahteraan dan perdamaian bersama dan bersama-sama pula mengupayakan perdamaian di kawasan ASEAN. "Kita meneladani sikap hidup Pak Harto yang arif-bijaksana dalam membangun kerja sama yang konstruktif antara Indonesia dengan Timor Leste. Rakyat Timor Leste tahu, apa yang sudah dibuat Pak Harto untuk mereka dan karenanya patut berterimakasih," kata Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo,SDB.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008