Jakarta (ANTARA News) - Semangat jurnalis dan penulis yang meraih Penghargaan Kebebasan Pers Guillermo Cano dalam World Press Freedom Day 2017, Dawit Isaak diharapkan dapat menyebar untuk membangun kebebasan, keadilan sosial dan perdamaian di Eritrea.

"Sekarang hidupnya telah menjadi inspirasi saya dan saya mengerti pilihan, nilai dan aspirasinya. Saya paham perjuangan dan dedikasinya untuk keadilan sosial, perdamaian dan stabilitas lebih dibutuhkan sekarang," ujar Betlehem Isaak mewakili ayahnya menerima penghargaan itu di Jakarta, Rabu malam.

Betlehem mengatakan ayahnya selalu menanamkan bahwa tanpa basis dasar berupa pemenuhan HAM, kebebasan berbicara, akses pendidikan dan kesehatan, masyarakat tidak akan bisa tumbuh dan negara tidak akan bisa meraih stabilitas.

Dari nilai-nilai itu, Betlehem pun memutuskan untuk turut mendedikasikan diri untuk melawan pihak yang menghalangi kebebasan.

"Dia ingin orang berbicara bebas dan memiliki pemahaman dan saling menghormati serta memberi orang hak untuk menentukan nasibnya," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Betlehem mengajak komunitas internasional untuk berdialog dengan Eritrea demi kemaslahatan warganya dan terbangunnya harmoni.

Ia juga berjanji akan terus mendukung warga Eritrea yang mengalami kesusahan dan tantangan berat serta mengajak untuk membangun masa depan bersama.

Ke depan Betlehem mengaku akan fokus pada penciptaan kesempatan untuk anak muda Eritrea yang tertarik untuk mengembangkan yayasan untuk masa depan negaranya serta berkontribusi agar Eritrea lebih inklusif, toleran dan berkeadilan.

Meskipun Dawit Isaak tidak ada dalam penyerahan penghargaan itu, Betlehem percaya ayahnya tidak ingin dirinya marah atau sedih, tetapi terus mengembangkan asa dan memaafkan. Dia akan memberitahuku untuk memahami dan fokus pada apa yang bisa kita lakukan untuk membantu orang lain.

"Jangan biarkan peperangan hati yang berdampak pada kedaulatan, budaya dan hak kalah karena kita telah lupa berbicara," ujar Betlehem.

Dawit Isaak yang lahir pada 1964 merupakan jurnalis dan penulis campuran Swedia-Eritrea. Dia dihukum penjara di Eritrea dan pada 23 September 2016 Dawit telah ditahan selama 15 tahun.

Dawiit Isaak ditahan di Eritrea pada September 2001 bersama dengan 10 jurnalis independen lainnya dan sampai saat ini belum pernah diadili.

Dawit adalah satu-satunya warga Swedia yang menjadi perhatian Amnesti Internasional dan satu-satunya penduduk Uni Eropa yang dihukum karena opininya.

Pewarta: Dyah Dwi A
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017