Yogyakarta (ANTARA News) - Forum Pemantau Independen Pemerintah Kota Yogyakarta bersiap menyampaikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait pasar seni dan kerajinan XT-Square, setelah menerima aduan dari sejumlah pedagang yang menempati kios di pasar tersebut.

"Aduan yang masuk akan kami tindaklanjuti dengan melakukan pemantauan langsung di lapangan untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya. Hasil pemantauan di lapangan itu akan menjadi dasar untuk membuat rekomendasi yang akan diserahkan kepada pemerintah daerah," kata Koordinator Forum Pemantau Independen (Forpi) Pemerintah Kota Yogyakarta Winarta di Yogyakarta, Selasa.

Ia berharap, pemerintah kota bisa segera menindaklanjuti rekomendasi tersebut dengan menetapkan sebuah kebijakan sehingga pasar seni dan kerajinan tersebut berkembang lebih baik.

Berdasarkan hasil pertemuan dengan belasan pedagang kerajinan di XT-Square, Winarta menilai bahwa pedagang memiliki berbagai ide untuk meramaikan pasar seni dan kerajinan tersebut.

"Namun, banyak ide-ide tersebut yang nampaknya tidak ditanggapi dengan baik oleh manajemen," katanya.

Forpi, lanjut dia, juga mendesak Pemerintah Kota Yogyakarta untuk segera melakukan evaluasi terhadap pasar seni dan kerajinan tersebut, dan diharapkan hasil evaluasi itu dapat menjawab keresahan pedagang akibat kondisi pasar yang tetap sepi sejak dibuka dua tahun lalu.

Sementara itu, salah satu pedagang yang mengadukan nasibnya ke Forpi, Triharso Wibowo, menyampaikan kritik kepada manajemen yang dinilai tidak serius mengelola pasar seni dan kerajinan itu.

"Manajemen memang berusaha bertemu dengan biro perjalanan wisata atau instansi lain dalam industri pariwisata. Namun, pembicaraan yang dilakukan bukan untuk mendatangkan wisatawan ke pasar tersebut tetapi justru upaya menyewakan kios," katanya.

Padahal, lanjut dia, konsumen utama di pasar seni dan kerajinan tersebut adalah wisatawan dari luar Kota Yogyakarta. "Jika mengandalkan wisatawan lokal, maka produk kerajinan yang kami jual tidak akan laku," katanya.

Triharso pun menyebut, kunjungan ke pasar seni dan kerajinan tersebut cukup tinggi, namun tidak ada pengunjung yang datang ke zona kerajinan.

"XT-Square memang ramai karena ada berbagai hiburan seperti karaoke atau museum tiga dimensi. Tetapi, pengunjung tidak menyempatkan diri berbelanja ke zona kerajinan karena mereka kebanyakan warga lokal," katanya.

Ia berharap Pemerintah Kota Yogyakarta dapat mengeluarkan kebijakan agar pelaku usaha terutama perajin yang membuka kios di zona kerajinan tetap dapat berjualan di pasar tersebut dan pasar tersebut ramai pembeli.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014