Washington (ANTARA) - Penjabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat Patrick Shanahan pada Selasa (18/6) mengubur ambisi sebagai kepala Dephan AS pada saat laporan bermunculan soal kekerasan dalam rumah tangganya.

Kesempatan Shanahan yang hilang itu membuat kepemimpinan militer AS kembali jatuh pada ketidakpastian pada saat ketegangan negara itu dengan Iran sedang meningkat.

Shanahan mengambil keputusan itu, yang pertama kali diumumkan Presiden AS Donald Trump di Twitter, guna menghindarkan anak-anaknya "kembali mengingat-ingat bagian traumatis dalam kehidupan keluarga kami."

"Sangat disayangkan bahwa kondisi menyakitkan dan sangat dalam yang dihadapi keluarga pada masa lalu sedang diungkit-ungkit," kata Shanahan dalam pernyataan. Shanahan sebelumnya adalah seorang pejabat tinggi di Boeing.

Beberapa jam sebelum menunjuk Kepala Staff Angkatan Darat Mark Esper untuk menggantikan Shanahan sebagai penjabat menteri pertahanan, Trump mengatakan kepada para wartawan bahwa ia ingin mencalonkan Esper sebagai menteri pertahanan.

Esper adalah mantan pejabat tinggi perusahaan pembuat alat pertahanan, Raytheon, dan veteran angkatan darat.

Shanahan, 56 tahun, menjabat sebagai menteri pertahanan sementara pada Januari setelah Menteri Pertahanan Jim Mattis tiba-tiba mengundurkan diri karena ketidaksepahaman dengan Trump menyangkut kebijakan.

Shanahan sebelumnya dijadwalkan menghadiri sidang peneguhan pencalonan di depan para senator AS ketika dugaan soal kasus kekerasan dalam rumah tangganya muncul di tengah pemeriksaan latar belakang yang dijalankan Biro Penyelidik Federal (FBI).

Surat kabar USA Today melaporkan bahwa FBI telah memeriksa perselisihan sembilan tahun antara Shanahan dan istrinya saat itu.

USA today melaporkan bahwa Shanahan, dalam pernyataan pada Senin (17/6) larut malam, mengatakan bahwa ia "tidak pernah menyerang" mantan istrinya.

Menurut laporan itu, Shanahan dan istrinya sama-sama mengaku dipukul oleh masing-masing dan bahwa istrinya ditahan setelah kejadian tersebut namun tuntutan digugurkan.

Koran Washington Post juga melaporkan bahwa remaja putra Shanahan diduga memukul ibunya dengan tongkat bisbol pada 2011, yaitu saat keluarga Shanahan sudah tercerai berai. Pemukulan itu menyebabkan sang ibu tidak sadarkan diri dalam keadaan berlumuran darah.

Shanahan menjadi sosok terkemuka pada saat ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran meningkat dalam pekan-pekan belakangan.

Shanahan jugalah yang, pada Senin, mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mengerahkan sekitar 1.000 tentara tambahan ke Timur Tengah atas kekhawatiran soal ancaman dari Iran.

Sumber: Reuters
 

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019