Jakarta (ANTARA News) - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menunjukkan semangat persatuan saat mendaki bersama Gunung Baekdu, di sela-sela pertemuan Intra-Korea di Korea Utara.

Gunung Baekdu yang terletak di Korea Utara adalah gunung tertinggi di Semenanjung Korea dan dianggap suci oleh masyarakat setempat.

"Gunung Baekdu adalah tempat kelahiran para leluhur masyarakat Korea," ujar Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom kepada sejumlah media di Jakarta, Jumat.

Kegiatan mendaki gunung yang terletak di perbatasan Korea Utara dan China itu dilakukan oleh kedua pemimpin Korea pada Kamis (20/9).

Dilaporkan Reuters, Presiden Moon memang menggemari kegiatan mendaki gunung dan sudah pernah trekking di Pegunungan Himalaya sedikitnya dua kali.

Mendaki Gunung Baekdu menjadi mimpi yang akhirnya terwujud bagi Moon.

Ini adalah kali pertama seorang pemimpin Korea Selatan mendaki gunung setinggi 2.750 meter di Korea Utara itu.

Moon dan Kim menggunakan kereta gantung menuju Heaven Lake, sebuah kaldera di puncak Gunung Baekdu, dan berjalan-jalan di sekitarnya bersama ibu negara masing-masing.

"Mereka sempat mengambil foto bersama dan untungnya pada saat itu cuacanya sangat sempurna," tutur Dubes Kim.

Presiden Moon juga tampak mengambil air Heaven Lake dan menempatkannya ke dalam botol plastik.

Botol tersebut, kata Dubes Kim, telah diisi air dari Gunung Halla, gunung tertinggi Korea Selatan yang terletak di Pulau Jeju.

Dengan mencampurkan air dari Gunung Baekdu di Korea Utara dan Gunung Halla di Korea Selatan, Moon ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa kedua negara benar-benar bisa bersatu kembali.

"Selama kunjungan di Korea Utara, Presiden Moon dan Kim Jong-un menghabiskan 15 jam bersama, dan bukan hanya untuk pertemuan formal. Ini menunjukkan rasa solidaritas dan persatuan," tutur Dubes Kim. 

Baca juga: Pemimpin Korsel-Korut tandatangani dokumen di Pyongyang

Baca juga: Moon: Kim inginkan pertemuan lagi dengan Trump percepat denuklirisasi


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018