Manila (ANTARA News) - Filipina menaikkan tingkat kewaspadaan pada gunung berapi Mayon setelah ledakan keras dan aktivitas yang semakin meningkat, sehingga mendorong pihak berwenang untuk menutup semua sekolah dan mendesak penduduk untuk tinggal di dalam rumah.

Mayon, gunung berapi yang paling aktif di negara itu, telah memuntahkan abu, lahar dan bahan piroklastik sejak 13 Januari, yang menggusur hampir 40.000 penduduk di provinsi pusat Albay.

Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) meningkatkan kewaspadaannya terhadap Mayon ke level 4, yang menandakan letusan berbahaya sudah dekat, dari level 3, yang memperingatkan bahwa letusan semacam itu bisa berminggu-minggu atau bahkan berhari-hari.

"Kami sangat menyarankan semua orang, baik penghuni maupun wisatawan, untuk menghindari zona bahaya, dan maskapai penerbangan untuk menghindari terbang di dekat puncak gunung berapi itu,” kata kepala agensi Renato Solidum dalam sebuah konferensi pers.

Zona bahaya di sekitar gunung berapi yakni sekitar 2,4 kilometer telah diperluas hingga radius 8 kilometer, tambahnya.

Solidum mengatakan, agensi tersebut telah mencatat peningkatan aktivitas seismik dan semburan lava serta ledakan puncak sejak Minggu malam, yang mengindikasikan lebih banyak ledakan ke depan, termasuk letusan berbahaya.

Peringatan level 5 menandakan letusan berbahaya sedang berlangsung.

Provinsi Albay telah kehabisan dana darurat dan lebih banyak orang akan dievakuasi begitu bantuan keuangan pemerintah tiba, kata gubernur provinsi, Al Francis Bichara.

Dia memerintahkan sekolah untuk menunda kelas, di tengah peringatan jatuhnya abu menyusul ledakan di gunung berapi tersebut.

"Di beberapa daerah itu sudah nol jarak pandangnya, terutama di sepanjang kaki gunung berapi," katanya kepada CNN Philippines, seraya menambahkan bahwa angin kencang bisa membawa abu ke kota-kota yang jauh.

"(Orang) harus tinggal di rumah dan jika mereka berniat keluar dari rumah mereka, mereka harus memakai masker," kata Bichara. Demikian Reuters.

Penerjemah: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018