"Presiden yang terpilih nanti, harus tahu betul kepariwisataan berbasis masyarakat kawasan Candi Borobudur, apa yang sekarang sudah berjalan harus terus dikembangkan karena kunjungan turis ke desa-desa sekitar Candi Borobudur memberi manfaat langsung kepada masyarakat, termasuk kesenian rakyat," kata Ketua Asosiasi Kesenian Rakyat Borobudur Wasis di Borobudur, Sabtu.
Kegiatan kepariwisataan setempat, katanya, tidak hanya terfokus di Candi Borobudur, akan tetapi juga desa-desa di sekitarnya. Hingga saat ini, kawasan candi itu, juga menjadi tujuan wisata sehingga berkembang desa-desa wisata, seperti Candirejo, Wanurejo, Ringinanom, dan Karanganyar.
Ia mengatakan kesenian rakyat perlu terus dikembangkan menjadi satu paket kunjungan wisata kawasan Candi Borobudur. Asosiasi yang dipimpinnya, saat ini beranggota 69 kelompok kesenian rakyat, antara lain kuda lumping, topeng ireng, gatoloco, prajuritan, dan rebana, dan sendratari. Selama ini, mereka secara berkala mendapat kesempatan menyuguhkan keseniannya di Taman Lumbini, kompleks Taman Wisata Candi Borobudur.
"Di beberapa desa kawasan Borobudur sudah jalan, perlu terus disempurnakan. Pariwisata berbasis masyarakat memberikan 'income' langsung ke masyarakat desa-desa yang dikunjungi tamu-tamu," katanya.
Ia mengharapkan presiden dengan pemerintahan mendatang mendorong masyarakat makin mandiri dalam mengembangkan kesenian rakyat kawasan Candi Borobudur, antara lain melalui berbagai pelatihan peningkatan mutu dan fasilitasi kebutuhan kelompok.
Wakil Ketua Forum Rembuk Klaster Kepariwisataan Borobudur Basiyo mengemukakan pentingnya presiden terpilih memperhatikan pembangunan berbagai sarana dan prasarana pengembangan kepariwisataan kawasan Candi Borobudur.
"Lihat saja sekarang, misalnya jalan antara Bumisegoro sampai Klipoh, yang menjadi kawasan wisata Borobudur, kondisinya kurang mendapat perhatian, perlu terus ditingkatkan, karena menjadi jalan para wisatawan ke desa-desa sekitar candi ini," kata Basiyo yang juga pembuat kerajinan tangan untuk suvenir wisata Candi Borobudur itu.
Selain itu, katanya, lampu penerangan jalan dan trotoar di kawasan Candi Borobudur juga perlu mendapatkan perhatian dari pemerintahan yang baru, hasil Pemilu Presiden, 9 Juli 2014.
Hingga saat ini, katanya, wisatawan mancanegara sudah cukup banyak yang mengunjungi desa-desa sekitar Candi Borobudur, antara lain dengan berjalan kali, bersepeda, atau naik dokar, sehingga membutuhkan pembangunan infrastruktur jalan dan penerangan secara memadai.
Direktur Keuangan Badan Usaha Milik Desa "Graha Mandala Borobudur" (bergerak di bidang usaha jasa kepariwisataan Candi Borobudur) Priyoto mengemukakan pentingnya para pasangan calon presiden dan wakil presiden menjelaskan tentang visi, misi, dan program mereka masing-masing terkait dengan pengembangan kawasan objek wisata, seperti halnya kawasan Candi Borobudur.
"Siapa pun yang jadi presiden nanti, perlu meningkatkan kualitas kepariwisataan kawasan, mempermudah wisatawan melalu aturan yang tidak sulit dilaksanakan, dan memperbanyak sekolah pariwisata," kata Priyoto yang juga pengelola Hotel Lotus II Borobudur itu.
Selain itu, katanya, usaha-usaha pelestarian Candi Borobudur tidak boleh kontraproduktif dengan kepentingan komersialnya.
Ia mengemukakan pengembangkan kepariwisataan kawasan Candi Borobudur akan membuka akses kepada wisatawan untuk secara langsung berinteraksi dengan masyarakat di desa-desa sekitarnya.
"Wisatawan perlu tahu dengan baik setiap desa sekitar Borobudur dengan kekhasannya, pola hidup yang berbeda-beda dan menarik, sedangkan masyarakat terus mengembangkan diri agar bisa menjual potensinya dengan sikap ramah sehingga tamu yang datang akan terkesan," katanya.